Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2020
…
8 pages
1 file
ABSTRAK Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perjalanan sejarah yang tidaklah sebentar. Indonesia memiliki penduduk yang banyak, selain itu dari segi ras, etnis, agama, dan kepercayaan pun sangat beragam. Ragam perbedaan tersebut merupakan sebuah ciri khas Indonesia yang dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang plural. Kondisi dan keadaan Indonesia yang beragam tersebut sangatlah unik dan menarik. Indonesia memiliki perjalanan sejarah yang tidaklah sebentar. Sumpah pemuda adalah tahap awal tumbuh nasionalisme Indonesia. Puncak pemersatu seluruh kalangan kedaerahan memerjuangkan kemerdekaan. Rasa nasionalisme yang tumbuh kemudian dirumuskan menjadi Pancasila. Gotong royong juga merupakan tanda semangat multikultural yang saling manghargai dan menghormati perbedaan demi kemerdekaan dan kemajuan bersama. Tulisan ini membahas semangat multikulturalisme dalam nasionalisme Pancasila. Semangat nasionalisme multikultural menegaskan bahwa perbedaan akan tetap diakui namun di samping itu dipandang sama saat berada di ranah publik. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa sebagai pengayom dan perangkul banyak golongan. Pancasila dapat menjaga pluralitas yang ada pada masyarakat Indonesia dan menyamaratakan hak-hak warga negara Indonesia.
Prosiding Seminar International Multikultural & Globalisasi , 2012
Indonesia is a nation state that consists of many ethnicities, culture, religious and spiritualities. Plurality has become the reality of the social living rich in diversities. The substance of Pancasila as an ideology of Indonesia in "de jure" guarantees aqual opportunities to all members of nation, but an actualization, there are often discriminations occuring to several groups of minorities; they are treated with an injust manner. Post the downfall of the new order (Soeharto regime) there are new fenomena of the fundamentalist groups. These fundamentalist groups have the tendencies to confined and forced all moral beliefs according to their ideas. This monistical moral enforcement challenges our understanding of building the spirit of multiculturalism. The consciousness of defending pluralism gives new strength to accept those who are different from us. This opens a new chance to an affirmative action. Therefore, the spirit of multiculturalism is important to be discussed in this contemporary era. Why it is important? Because, there are many incidents of discrimination and separation minoritie as "the other"; Secondly, there ought to be a transformation in people attitued, those who are primordial, that reject diversities and pluralites. They must realize that the single affiliated value is an impossibility to be applied in Indonesia; Thirdly, there is an understanding and appreciation through new approach of ethics, which Levinas speaks on the other as our responsibilities. That needs higher conception or relation, a transcendent one.
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda.
2019
Abstrak Tentu saja semua masyarakat bangsa ini tidak mau dikatakan sebagai orang yang "munafik", yaitu orang yang mengingkari nilai-nilai yang pernah dicita-citakan, dirumuskan, dan ditegakkan para pendahulu. Dalam hal ini, memperoleh kemerdekaan dan menegakkan harga diri bangsa adalah cita-cita yang pernah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini. Namun, apa yang terjadi tampaknya cita-cita yang telah terwujud itu sekarang telah diingkari. Sebagian di antara kita telah menjadi orang yang "munafik", sehingga harga diri kita sebagai suatu bangsa seakan-akan telah hilang dan bahkan senang menjadi bangsa yang "didhalimi dan dijajah". Dalam rangka mengkritisi perilaku yang selama ini tampak melenceng, artikel ini akan mengajak semua komponen untuk menengok kembali sejarah, sehingga dapat dilihat ternyata betapa luhurnya perjuangan para pendiri bangsa ini karena mereka telah menegakkan nilai-nilai yang luhur yang tampak tercermin dalam Pancasila. Demikian pula, dengan melihat sejarah akan kelihatan betulkan jiwa nasionalisme sudah tertanam dalam pribadi sebagai bangsa Indonesia, atau ternyata kita hanyalah menjadi orang yang munafik. Kenyataannya banyak dari komponen bangsa ini telah mengingkari nilai-nilai Pancasila, sehingga sulit untuk dikatakan sebagai golongan yang berjiwa nasionalisme. Betapa tidak, bukankah sebagian masyarakat telah mementingkan dirinya sendiri, misalnya, dengan melakukan praktek korupsi atau melakukan apa pun demi memperoleh keinginannya, misalnya kekuasaan. Demikian pula, ternyata pemerintah bangsa ini tidak mempunyai kekuatan, sehingga membiarkan dan bahkan memberi kesempatan bangsa lain untuk mendhalimi dan menindas. Butul bahwa penjajahan dalam bentuk fisik sudah enyah dari bangsa ini, akan tetapi bukankah neokolonialisme telah tumbuh yang sebenarnya lebih menyakitkan, karena seolah-oleh bangsa ini tersiksa dalam waktu yang lama dan tidak segera menemukan kesembuhan.. Kata Kunci: Didhalimi, munafik, nasionalisme, neokolonialisme, korupsi, Pancasila, dan sejarah. Suatu bangsa terbentuk dari pengalaman bersama di masa lampau. Hal ini berarti bahwa sejarah "bersama"lah yang membentuk suatu nasion. Untuk menjelaskan keberadaan nasion masa kini, terutama sebagai produk proses historis, implikasi logisnya adalah bahwa perlu dipakai integrasi selaku paradigma. Oleh karena itu, jelaslah bahwa pada hakekatnya sejarah menjadi esensi bagi nasion, sehingga pengetahuan sejarah menjadi dasar pendidikan nasion. Dengan demikian, tidak berlebih-lebihan apabila Sejarah Nasional sebagai cerita tentang Staf Pengajar Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE UNY.
2018
ABSTRAK Multikulturalisme dapat dipahamai sebagai pengakuan tentang keanekaragaman dari masyarakat yang majemuk, heterogen dan plural. Apabila hal itu diperluas bisa juga dimaknai sebagai suatu keanekaragaman budaya, tradisi, gaya hidup, agama dan bentuk-bentuk perbedaan yang lainnya. Bagi bangsa indonesia yang memang dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kemajemukan dan pluralitas tersebut, sudah seharusnya menjadi satu kebanggaan dan kekuatan yang besar bagi bangsa indonesia. Multikulturalisme tidak saja diakui tetapi juga bisa diterima akan adanya perbedaan, suku, agama, ras, antar golongan dan etnis. Masyarakat indonesia yang hidup didalamnya harus mampu hidup berdampingan antara satu dengan yang lainnya, sehingga harmonisasi yang selama ini didambakan oleh bangsa indonesia bisa terwujud dengan baik. Sejarah bangsa kita telah menunjukn bahwa bangsa Indonesia telah dipersatukan dengan adanya kesepakatan bersama para pendiri bangsa kita yang dari berbagai perbedaan dengan Pancasila (tidak ada yang lain). Sebagai pemersatu ideologi bangsa adanya Pancasila adalah sebuah solusi dari adanya konflik yang terjadi antar golongan nasionalis dan agama, Pancasila telah mampu menunjukan fungsinya sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk, heterogen, multikultural.
TANTI NURHAROMAH, 2020
2020
Abstrak Isu multikulturalisme di Indonesia telah terjadi sejak masa pra-kemerdekaan hingga saat ini. Hal ini disebabkan oleh banyaknya suku dan budaya yang ada di Indonesia. Dengan keragaman dan pluralisme tersebut, konflik terkait Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) semakin marak terjadi di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Tragedi Sampit dan Konflik Maluku. Kedua konflik ini terjadi karena masyarakat Indonesia yang beragam, Tragedi Sampit terjadi akibat perbedaan Suku Dayak dan Suku Madura. Sementara Konflik Maluku terjadi akibat perbedaan paham beragama antara Kristen dan Islam. Perbedaan adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam negara multikultur seperti Indonesia, sehingga dibutuhkan beberapa hal sebagai landasan dan alat pemersatu bangsa. Salah satunya ialah Pancasila. Upaya pemersatu bangsa dapat dilakukan dengan; menumbuhkan sikap toleransi, bergotong-royong, serta menghindari sikap etnosentrisme, dan primordialisme. Hal-hal tersebut merupakan nilai yang terkandung pada Sila Ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, sehingga penting untuk mendalami dan mengimplementasikan nilai tersebut dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kata Kunci: Multikulturalisme, Pancasila, SARA
PERAN PANCASILA DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN NASIONALISME BAGI GENERASI MILENIAL, 2020
ABSTRAK Pancasila adalah landasan dasar atau ideologi bagi Negara Indonesia yang dijadikan sebagai landasan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila berfungsi sebagai dasar Negara, sumber segala hukum, alat pemersatu bangsa, dan lain sebagainya. Indonesia sebagai Negara kebangsaan tidak dapat menghindari tantangan globalisasi, tetapi dengan berpegang teguh pada Pancasila, Indonesia akan dapat mempertahankan keberadaan dan identitasnya.memelihara semangat nasionalistis dalam benak generasi milenial. Nasionalisme kita harus sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara serta ideologi negara, sehingga wujud nasionalisme kita bukan nasionalisme yang sempit akan tetapi sebagai nasionalisme yang luas. Bangsa Indonesia masih perlu meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Karena rasa nasionalisme dan cinta tanah air sangat diperlukan untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Melatih sikap-sikap yang baik sesuai nilai-nilai Pancasila sejak masa kanak-kanak akan membuat mereka lebih tahan terhadap pengaruh negatif dan kemerosotan moral yang merajalela. Memupuk rasa nasionalisme generasi muda sejak dini, sehingga lambat laun seiring dengan usia diharapkan rasa nasionalisme tetap bertahan pada diri bangsa Indonesia. Pancasila dijadikan acuan para generasi milenial dalam bersikap, bertindak, dan bertutur kata yang sesuai dengan norma Pancasila. Untuk memperkuat moralitas dan etika, generasi milenial Indonesia akan lebih siap menghadapi globalisasi dan mempertahankan identitas Indonesia.
Lisa Fitri, 2024
TUGAS KULIAH
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Ika Septianingsih, 2020
Fadhlanhbm, 2020
Jhon sitompul, 2001
Iqbal Anugrah, 2019