Academia.eduAcademia.edu

Proses dan Elemen-Elemen Komunikasi Politik

Abstract

"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Imam (waliyul amri) yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya." (Al-Hadist) 1 Sering kita mendengar kata komunikator politik atau lebih familiar dengan sebutan sebagai politikus. Bahkan selama ini publik menganggap bahwa komunikator politik adalah bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia politik saja. Sebagai contoh beberapa nama seperti Ruhut Sitompul, Jokowi, Prabowo, SBY, Anas Urbaningrum dan Megawati, tentu semua yakin bahwa mereka adalah komunikator politik. Berbeda ketika menyebut nama si fulan, bang Jali, bu Ijah, mpo Nori yang mungkin mereka dari berbagai profesi seperti pengusaha, pegawai, mahasiswa, tukang ojek, tukang sayur, tukang es cendol dan sebagainya. Dari sekian nama tersebut apakah anda akan memberikan label kepada mereka sebagai komunikator politik? Menurut buku komunikasi politik yang ditulis oleh Dan Nimmo (1998), ternyata kita semua termasuk komunikator politik, mulai dari suara keluhan tukang ojek terhadap kenaikan harga BBM, obrolan mahasiswa diruang kelas, sampai seorang presiden yang membuat kebijakan publik. Komunikator politik tidak hanya disandang oleh mereka yang mempunyai nama yang besar saja tetapi juga mereka yang tidak mempunyai nama sekalipun atau rakyat biasa. Tapi bagaimanapun juga mereka mempunyai wilayah dan kapasitas masing-masing sebagaimana profesi dan peran mereka di masyarakat. Komunikasi politik adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan politik yang berasal dari komunikator politik (source, encoder, sender, actor) sebagai pihak yang memulai dan mengarahkan suatu tindakan komunikasi. 2 Lalu pesan-pesan tersebut ditujukan kepada khalayak (receiver, komunikan), dengan menggunakan media (channel, saluran) tertentu untuk mencapai sautu tujuan yang telah ditentukan (political oriented). Dalam sistem politik semua komponen-komponen tersebut merupakan proses atau kegiatan 1 Hadits riwayat Al-Bukhâri dalam shahîhnya (893) dan Muslim (4828).