Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2020, SUROTO
PEMIMPIN EFEKTIF, DILAHIRKAN, DIBENTUK
Paper Filsafat Kepemimpinan, 2020
Abstrak Tulisan ini mengupas mengenai dua macam kepemimpinan, yaitu kepemimpinan yang didapatkan sebagai sebuah anugerah ilahi sesuai dengan ciri-ciri bawaan yang dimiliki seseorang dan kepemimpinan yang diperoleh melalui proses pembentukan. Keduanya akan dibandingkan untuk melihat mana yang memenuhi syarat sebagai pemimpin efektif. Untuk menjawab hal ini penulis mengamati kepemimpinan Saul dan Daud dari Kitab 1 Samuel. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa efektivitas kepemimpinan tidak tergantung pada bagaimana kepemimpinan tersebut didapatkan, melainkan dari karakter pemimpin. Kata kunci: kepemimpinan efektif, dilahirkan, dibentuk, karakter, Saul, Daud Pendahuluan Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, dengan demikian ia akan menjalin interaksi dengan orang lain. Dalam interaksi sosialnya ini, pada suatu saat ia akan memberikan pengaruh kepada orang lain. Menurut John C. Maxwell, ukuran sejati dari kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih, tidak kurang. 1 Dengan demikian, setiap orang juga akan memiliki pengalaman memimpin orang lain. Dalam komunitas primitif, seseorang yang memiliki fisik yang lebih baik, lebih kuat, lebih cerdas, akan dipilih untuk memimpin yang lain. Pandangan tradisional mempercayai bahwa kemampuan untuk memimpin hanya diberikan kepada orang-orang tertentu sebagai sebuah hadiah ilahi. Tikno Iensufiie menuliskan bahwa di dalam tradisi kerajaan, terutama di Jawa, raja dianggap memiliki wibawa atau kesaktian yang menimbulkan aura tertentu. Kewibawaan atau kesaktian tersebut dapat diturunkan kepada penerusnya sehingga garis keturunannya senantiasa disegani oleh rakyatnya. 2 John Adair dalam bukunya How to Grow Leaders mengutip perkataan Uskup Agung dari Durham, Dr. Hensley Henson pada ceramahnya tentang kepemimpinan di Universitas St. Andrews tahun 1934 bahwa sebagian orang memiliki ciri-ciri bawaan yang superior yang
2020
Abstrak : Eksistensi pemimpin yang efektif muncul secara alami atau karena dibentuk menjadi sebuah pertanyaan yang tidak asing lagi dalam dunia kepemimpinan. Adakalanya seseorang bertanya " dapatkah saya memimpin ?" atau " dapatkah saya menjadi seorang pemimpin?". Pertanyaan ini muncul manakala seseorang mendapatkan sebuah kepercayaan untuk memimpin sekelompok orang dalam hal tertentu. Pertanyaan yang muncul karena perasaan tidak mampu ini lahir karena paradigma yang terbentuk dari pemahaman tertentu yang ia peroleh mengenai kepemimpinan. Bisa jadi karena adanya persepsi bahwa sifat kepemimpinan hanya bisa dimiliki seseorang karena pembawaan sejak lahir. Benarkah demikian? Atau siapapun bisa menjadi seorang pemimpin melalui suatu proses tertentu, baik itu melalui pengalaman maupun melalui pendidikan dan pelatihan. Ada banyak teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli di bidang ini. Karena itulah penulis ingin mengkaji lebih dalam tema tersebut di atas dengan menggunakan metode penelitian kualitatif studi kepustakaan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pandangan, sehingga seseorang dapat memiliki pandangan yang lebih luas mengenai eksistensi seorang pemimpin yang efektif itu dilahirkan atau dibentuk. PENDAHULUAN Semua organisasi, menyadari kebutuhan utama suatu organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Kebutuhan utama tersebut adalah memiliki seorang pemimpin yang efektif. Keefektifan serta kemampuan seorang pemimpin sangat menentukan tercapai tidaknya tujuan sebuah organisasi. Hal ini menjadi sebuah pendapat umum bahwa sebuah organisasi yang besar dan maju pastilah memiliki pemimpin yang efektif. Dengan kata lain seorang pemimpin memiliki peran yang
Keadaan akan kebutuhan pemimpin bukanlah sesuatu yang bisa dielakkan lagi. Tidak menutup kemungkinan bila organisasi apapun termasuk gereja tanpa memperhatikan kepentingan keberadaan pemimpin dan kepemimpinan akan membahayakan kehidupan organisasi atau persekutuan dalam gereja.
UNTIRTA PRESS, 2017
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok " kecil " seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Sifat-sifat komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
5 Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peran penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran (pendidikan) dapat mengubah pandangan hidup, budaya, dan perilaku manusia. Pendidikan bertujuan menyiapkan manusia untuk menghadapi berbagai perubahan yang membutuhkan kekuatan pikiran, kesadaran dan kreatifitas. Pendidikan (secara mikro) melalui pembelajaran di dalam kelas merupakan proses kegiatan interaksi antara dua pihak manusia, yaitu peserta sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Proses pembelajaran itu sendiri merupakan siklus yang memungkinkan terjalin hubungan formal antara guru dan siswa melalui proses komunikasi. Salah satu efektifitas pembelajaran ditentukan oleh efektifitas komunikasi. Efektifitas komunikasi terjadi tidak begitu saja, melainkan melalui perencaan dan pengelolaan secara sadar dari aktor (pelaku) komunikasi tersebut. Guru dan peserta didik dalam hal ini memegang peran penting dalam efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu membangun, memelihara, dan melaksanakan komunikasi yang efektif diantara mereka menjadi sesuatu yang harus terjalin supaya proses pembelajaran yang terjadi menjadi bermakna dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 menegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Ada empat standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi aspek nomor 7 yaitu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Berdasarkan kompetensi inti tersebut, ada dua kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu 7.1 memahami berbagai strategi berkomunikasi KEGIATAN PEMBELAJARAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi tentang effektifitas senam hamil terhadap lama pembukaan kala I pada primipara. Latar belakang penelitian ini berdasarkan hasil study pendahuluan di ruang Mawar I terdapat pasien post partum spontan primipara sebanyak 13 orang, ada 4 orang yang menjalani senam hamil selama masa kehamilannya. Data yang ditemukan pasien tersebut mengalami proses persalinan kala I dengan cepat, 9 orang lainnya tidak melakukan senam hamil cenderung lama saat persalinan kala I. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui effektifitas senam hamil terhadap lama pembukaan kala I persalinan pada primipara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode comparatif populasi yang digunakan adalah ibu post partum primipara di bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi dengan metode accidental sampling, jumlah sampel 23 responden. Instrumen yang digunakan yaitu check list. Data diolah dengan program computer SPSS versi 16.00 dengan analisa data bivariat menggunakan chi square. Hasil penelitian ini Effektifitas Senam Hamil Terhadap Lama Pembukaan Kala I Persalinan Pada Primipara di RS Dr. Moewardi dengan nilai p hitung 0,013 < 0,05 atau X 2 hitung > X 2 tabel (6,135 >1,714) pada signifikan 5%. Kesimpulan yang didapatkan adalah senam hamil sangat effektif terhadap lama pembukaan persalinan kala I pada ibu post partum primipara di RSUD Dr. Moewardi.
Setiap tumbuhan memiliki pigmen yang berbeda-beda dan kandungan klorofil yang berbeda pula. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya dengan gelombang yang berlainan (berfluoresensi). Sifat kimia klorofil, antara lain tidak larut dalam air melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar seperti etanol dan kloroform, inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut feofitin yang berwarna coklat. Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru diserap oleh karotenoid. Karotenoid membantu menyerap cahaya, sehingga spektrum cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis (Ai dan Banyo, 2011) Pigmen antosianin memiliki kepolaran yang relatif sama dengan etanol dan methanol yaitu sama-sama bersifat polar. Tingkat kepolaran etanol maupun methanol sama hanya saja dibedakan dari nilai kontanta dielektriknya. Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub muatan positif dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom-atom penyusunnya. Keadaan ini menyebabkan molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul lain yang juga mempunyai polaritas yang sama baik kadar antosianin maupun jenis pelarut. Besarnya polaritas dari suatu zat pelarut mempunyai hubungan tegak lurus dengan besarnya konstanta dielektriknya (ε). Nilai konstanta dielektrik etanol adalah 33 dan methanol 30. Kelarutan antosianin dengan jumlah yang lebih besar dalam etanol dapat dipengaruhi oleh terikatnya
Dari beberapa sumber kepemimpinan didefinisikan berbeda-beda. Misalnya Chung dan Megginson (1981, 280) mengatakan bahwa : 1. Kepemimpinan adalah suatu alat manajemen. Para manajer melakukan kepemimpinan untuk mempengaruhi para pegawai guna mencapai tujuan-tujuan organisasi. 2. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud mencapai tujuan-tujuan tertentu. 3. Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor personal, interpersonal, dan organisasional yang meliputi sifat-sifat personal pemimpin, perilaku pemimpin, dan faktor-faktor situasional. Black (dalam Irawati, 2004) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan melakukan persuasi orang-orang lain untuk bekerjasama di bawah arahannya sebagai suatu tim untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu yang dirancang. Ada beberapa istilah atau konsep yang perlu digaris-bawahi dari definisi tersebut. Pertama, kepemimpinan sebagai alat manajemen. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dipandang sebagai alat yang digunakan oleh para manajer, pemimpin, kepala, ketua, direktur, dan apapun sebutannya bagi pejabat yang bertanggungjawab mengelola suatu unit kerja atau satuan organisasi. Alat untuk apa? Dalam hal ini kepemimpinan dimengerti sebagai alat untuk mempengaruhi orang-orang lain atau pegawai. Kedua, kepemimpinan sebagai kemampuan yang dimiliki manajer dan pejabat lain sejenis itu. Kemampuan apa? Yaitu kemampuan melakukan persuasi atau pendekatan pada orang-orang lain. Dikaitkan dengan " mempengaruhi " , kiranya persuasi yang dilakukan itu juga dalam rangka untuk " mempengaruhi " orang-orang lain/pegawai. Ketiga, kepemimpinan sebagai kegiatan, pekerjaan, proses yang dilakukan oleh manajer dan pejabat lain yang sejenisnya. Kegiatan, pekerjaan, atau proses apa? Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan secara jelas bahwa kegiatan, pekerjaan, atau proses itu adalah proses mempengaruhi orang-orang lain atau kegiatan melakukan persuasi orang-orang lain. Berkenaan dengan kegiatan kepemimpinan yang intinya adalah proses mempengaruhi atau melakukan persuasi orang-orang lain tersebut, pada tabel di bawah disebutkan banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh manajer atau pemimpin dalam rangka memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain (Fleet, 1994), dalam rangka menjamin terciptanya keefektifan/efektivitas organisasi (Hall dan Quinn, 1991). Dari definisi kepemimpinan di atas juga jelas dinyatakan tujuan kepemimpinan, yang intinya adalah untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Jadi kepemimpinan adalah alat, kemampuan, kegiatan melakukan persuasi dan mempengaruhi orang-orang lain (pegawai) yang dimaksudkan agar mereka melakukan pekerjaan, tugas-tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. B. Model-Model Keefektifan Organisasi dam Implikasinya bagi Pemimpin Hall dan Quinn (1991) menyebutkan lima model keefektifan organisasi yaitu : model sistem sumber daya, model tujuan, model kepuasan partisipan, model fungsi sosial, dan model kontradiksi.
Yosafat Umbu Rato, 2020
ABSTRAK Eksistensi pemimpin efektif dilahirkan atau dibentuk ini adalah pokok pembahasan yang masih diperdebatkan sampai sekarang. Perlu dipahami bahwa tidak ada pemimpin yang lahir tanpa benih kepemimpinan. Dalam kitab Kejadian 1:26-28 Tuhan memberikan kuasa kepada manusia untuk berkuasa atas seluruh ciptaanNya. Dewasa ini banyak orang yang mempertanyakan bahwa keberadaan pemimpin efektif dilahirkan atau di bentuk. Dalam perspektif ini perlu untuk diklarifikasi kembali supaya tidak terjadi kesalapahaman dalam memandang perspektif ini. Dalam artian bahwa memang semua orang bisa jadi pemimpin minimal dalam memimpin dirinya sendiri tetapi yang sedang dibicarakan sekarang adalah letak keefektifannya. Semua orang bisa memimpin tetapi tidak semua orang bisa efektif dalam memimpin. Kesimpulan penulis bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang di bentuk bukan yang di lahirkan. Oleh sebab itu melalui pembahasan di bawa ini agar bisa memberikan pemahaman yang benar kepada pembaca dalam memahami pengertian pemimpin efektif dilahirkan dan yang di bentuk. Kata Kunci: Eksistensi Pemimpin Efektif, Dilahirkan, Dibentuk PENDAHULUAN Dalam kehidupan manusia baik dibidang perusahan dan pelayanan, sangat di perlukan kepemimpinan yang efektif. Tidak lain dan tidak bukan bahwa berhasil tidaknya suatu organisasi atau kegiatan itu berada di tangan pemimpin. Pemimpin juga di tuntut harus bisa membawa perubahan atau mentransformasi bawahannya. Dengan demikian maka kepemimpinannya bisa eksis dari zaman ke zaman. 1 Dari pemahaman Daniel Ronda ini saya memberikan pernyataan bahwa tanpa adanya transformasi maka kepemimpinan seseorang akan mengalami stagnan. Oleh sebab itu untuk bisa menjadi pemimpinan yang efektif maka perlu pembentukan. Dalam pembahasan ini penulis membahas mengenai keberadaan pemimpin yang efektif dilahirkan atau di bentuk. Penulis lebih cenderung bahwa pemimpin itu bisa dikatakan efektif apabila ia melewati proses pembentukan. Karisma memang di butuhkan dalam memimpin tetapi jika tidak ada pembentukan maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam memimpin. PEMBAHASAN 1 Daniel Ronda. 2019. ''Kepemimpinan Kristen di Era Disrupsi Teknologi,'' Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan
ResearchGate, 2022
Agar penulisan ilmiah mudah dipahami maka peneliti sebaiknya menyusun laporan mengguanakan kalimat yang dapat dipahami oleh pembaca. Kalimat ini disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif memiliki lima karakteristik antara lain: a) informasi yang disampaikan dalam kalimat hanya yang pokok-pokok saja, tidak berbelit-belit, dan disampaikan secara sederhana; b) informasi yang akan disampaikan harus tepat atau kena benar dan sesuai dengan sasaran. Untuk itu dibutuhkan ketelitian penulis; c) struktur kalimat harus jelas dan unsur-unsurnya harus lengkap; d) informasi yang akan disampaikan harus cermat, tidak boros, dan hati-hati dalam penyampaiannya; dan e) bentuk dan struktur kalimat harus paralel, sama atau sederajat Kata kunci: Kalimat efektif, Penulisan Ilmiah, Karya ilmiah
Effective communication is essential for every leader. This is due to good communication can result in peace and harmony among followers or workers and is important for achieving objectives. Thus, this article focuses on effective leadership communication. A qualitative method was used whereby documents were examined for a clear understading of an Islamic form communication, the types of communication, and the principles and ethics behind said communication. Accordingly, this article will cover the definition and characteristics of effective communication from the Islamic perspective. Generally, this paper is different from previous articles in terms of its reliance on the thoughts of Imām al-Ghazalī regading the characterisctics of effective communication that should be practiced by leaders in the contemporary period.
The puposes of this study was to provide an overview of the effectiveness of leadership in FKIP UPP. The effectiveness of leadership will be seen from the style in giving orders, force in giving the award, the style in taking decisions and style of delegating authority.This research was quantitative descriptive. The population of this study wasFKIP UPP Lecturers. Questionnaires were distributed to all lecturers and returnedabout 32 pieces. The sample was taken by total sampling technique. The instrument used was a questionnaire with Likert scale model. Data was analyzed by using descriptive analysis.The result of the research shows that generally, the leadership style in FKIP UPP was a democratic leadership style (48.89%). The style of leadership in providing the order was the democratic style (57.03%). Leadership style in giving the award was laissez faire style (51.04%). Style of leadership in taking decision was the democratic style (46.87%). Leadership style in delegating authority was democratic style (43.75%).
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN" ini tepat pada waktunya.Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah "Kepemimpinan Organisasi Publik" dibimbing oleh Dosen Nurmala Sari, S.sos., M.Si. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri tentang mata kuliah ini, kami mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Dumai,
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF PADA TATA KELOLA RUANG RAWAT DI RUMAH SAKIT GUNA MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN PARIPURNA
Groundwater is an important resources for human life. Groundwater has higher value than water surface for domestic and industry necessaries. Groundwater quality is better than water surface quality and climate minor effect, big reserve, easily obtainable and out of evaporation. Because of that, domestics also industries and hotels use technologies for tapping groundwater as much as they want without giving attention to ecology aspect. Groundwater overpumping on the certain well causes changes on surrounding watertable. Water that should have been flows from up to the bottom place an isotropic and homogen water will be pointed on a that certain well and makes a basin form called Cone of Deppresion. This shape as a result of groundwater flow direction alteration. This indication mostly occures on cities, especially because of hotels and industries that have a bigger water requirement than domestic. Some early indication are complaints from surrounding society about the decrease of water table and quantity of groundwater in their own well. If only we let this case, there will be a soil subsidence and surface land decrease, can be found in North Jakarta. The ultilization of groundwater resources must pay attention to aquifer condition to fulfill daily needs. When an aquifer shows as an underground natural reservoir, then the uses of groundwater in a point will influence other watertable on the whole of basin. Therefore, we must consider a balance among input ant output groundwater of the basin. The groundwater poblems make us aware that the resources has a limitation both of quality and quantity, so that the pumping must pay attention to the resource capacity. Save yield is amount of groundwater that can be taken for some interest without appear unwillingness negative impact. Tapping groundwater by pumping, which more than number of safe yield is going to make problems, this condition called overdraft. From the calculation of safe yield, we can make the limitation of groundwater pumping amount, and the longterm result is constant groundwater condition. Safe yield is the best way to solve a cone of depresion problem. This costless and easily method using value of Spesific Yield (Sy) and water tabel fulctuation, also the aquifer wide. Value of safe yield providable from pumping test data, water table fluctuation can be estimated from well observation and the aquifer wide from measuring a region wide. Key Word : cone of deppresion, save yield, over pumping
Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya kepedulian pada kepentingan orang banyak,. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader Pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untukmenegakkan ketika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.