PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMNEGERI PAMEKASAN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah) pasti membutuhkan agama (Islam) untuk menjadi pijakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, tidak mudah bagi seseorang member definisi dengan tepat mengenai agama. Hal ini terungkap dalam pernyataan Mukhti Ali bahwa "tidak ada kata yang paling sulit diberikn pengertian dan definisi selain dari kata agama". 1 Dalam wacana studi agama kontemporer, fenomena keberagaman manusia dapat di lihat dari berbagai sudut pendekatan. Ia tidak lagi hanya dilihat dari sudut dan semata-mata terkait dengan normativitas ajaran wahyu, meskipun fenomena juga dapat dilihat dari sudut dan terkait erat dengan historitas pemahaman dan interpretasi orang-perorangan atau kelompokperkelompokan terhadap norma-norma ajaran agama yang dipeluknya, serta model-model amalan dan praktek-praktek ajaran agama yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya normativitas ajaran wahyu dibangun, diramu, dibekukan, dan ditelaah lewat pendekatan doctrinalteologis, sedang historisitas keberagaman manusia ditelaah lewat berbagai sudut pendekatan keilmuan sosial-keberagaman yang bersifat multi dan inter disipliner, baik lewat pendekatan historis, filosofis, psikologis, sosiologis, cultural, maupun antropologis. Pendekatan dan pemahaman terhadap fenomena keberagaman yang bercorak normatif dan historis tidak selamanya akur dan seirama. Hubungan antara keduanya seringkali diwarnai dengan tension atau ketegangan, baik yang bersifat kreatif dan destruktif. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Islam historis Kata sejarah merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, history yang berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu. Kata istoria oleh Filsuf Yunani seperti Aristoteles diartikan sebagai penelaahan secara sistematis mengenai seperangkat gejala alam, dan dalam penggunaannya, kata histori diartikan sebagai masa lampau umat manusia. Historis adalah asal usul, silsilah, kisah, riwayat, dan peristiwa. Historis merupakan suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, dan latar belakang peristiwa tersebut. Pokok persoalan sejarah senantiasa akan berhubungan dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan kesuluruhan keadaan masyarakat. Objek sasarannya itu secara menyeluruh dan mendasar. Sesuai dengan sifat dan sikap itu maka metode yang harus ditempuh yaitu: deskriptif, komparatif, analisis sintesis. Pendekatan kesejahteraan ini sangat penting dan dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dari situasi yang konkret dan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Seseorang yang ingin belajar Alquran misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari turunnya Alquran atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-quran. Sebagai contoh pendekatan ini pada zaman Khalifah Ar-Rasyidin adalah sebagai berikut. keluarnya adalah dengan membayar fidyah dalam bentuk member makan bagi orang miskin. Bila suami-istri bercampur siang hari pada bulan Ramadhan atau ketika istri dalam keadaan haid, tebusannya adalah memberi makan kepada orang miskin. Dalam hadis qudsi dinyatakan bahwa salah satu tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yang menyantuni orang miskin, anak yatim, janda, dan yang mendapat musibah. 5) Dalam Islamterdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran yang lebih besar daripada ibadah sunnah. Dalam hubungan ini, kita misalnya membaca hadist yang artinya sebagai berikut, "Orang yang bekerja keras untuk menyantuni janda dan orang miskin, adalah seperti pejuang dijalan Allah (atau aku kira beliau berkata) dan seperti orang yang terus menerus shalat malam dan terus menerus berpuasa." (H.R. Bukhari Muslim) Melalui pedekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam Al-quran misalnya, kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa, dan sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan. 7 3) Psikologi Agama Disiplin yang mempelajari aspek-aspek kejiwaan manusia dalam hubungannya dengan agama. Misalnya, sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang shaleh, orang yang berbuat baik, orang yang jujur, dan sebagainya. Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama. Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Menurut Zakiyah Daradjat perilaku seseorang yang tampak rahiliah terjadi karena 7 Rosihon Anwar, dkk, op.cit., hlm. 83-86 dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Sikap seseorang yang ketika berjumpa saling berjumpa mengucapkan salam, hormat kepada orang tua, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran, dan sebagainya merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu kejiwaan.