2019, MU'JIZAT AL-QUR'AN
Manusia, seperti halnya makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan Allah sejak kelahiran hingga kematiannya. Setiap makhluk dibimbing oleh suatu sistem khusus menuju suatu tujuan yang telah ditentukan. Semua perbuatan buruk yang dilakukan manusia ternyata bersumber dari manusianya sendiri yang mempunyai akal dan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk akibat egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan perintah-perintah-Nya kepada hamba-Nya pilihan melalui wahyu dan menugaskan mereka untuk menindak lanjuti perintah-perintah itu kepada umat manusia, mengajak mereka untuk mengikuti dengan mengembankan rasa takut, dorongan dan ancaman.1 Misi para nabi atau rasul terdahulu terbatas pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Mukjizat-mukjizat mereka bersifat temporal, lokal dan material.2 Berdasarkan kisah-kisah yang diangkat al-Qur'an, al-Suyūt}ī membagi mukjizat para nabi dan rasul pada dua kelompok besar, yakni mukjizat h}issiyyah (dapat di tanggkap pancaindera), dan 'aqliyyah (hanya dapat di tangkap nalar manusia). Mukjizat h}issiyyah diperkenalkan oleh Nabi yang berhadapan dengan umat terdahulu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular untuk 1