Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
32 pages
1 file
Abstrak Rafi Mahligai Zekri, Nim 4415.011 dengan Judul Skripsi "Perkembangan dan Pengelolaan Museum Tan Malaka (2008-2018)". Program Studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi. 2019 M.
Revolusioner muncul akibat dari rasa nasionalisme yang tinggi dalam diri seorang. Rasa nasionalisme untuk berbangsa dan bernegara itu muncul disebabkan berbada-beda latar belakang. Misalnya rasa nasionalisme pada masa pergerakan Indonesia muncul, ini dikarenakan adanya penjajahan yang berlarut-larut dari kolonialisme Belanda. Begitupun ada juga rasa nasionalisme sebelum adanya penjajah yakni pada masa kerajaan-kerajaan semisal Majapahit dan Sriwijaya, mereka telah memilki rasa nasionalisme berupa kesadaran bernegara.
Critical Review III Tan Malaka-Madilog Madilog membahas berbagai hal-hal dan logika mistika sebagai latar belakangan permasalahan madilog, madilog membahas bagaimana munculnya logika dan dialektika sebagai hasil kontradiksi filsafat idealis dan matrealis. Madilog dianggap tidak cocok dengan rakyat Indonesia, mengingat ide-ide Sosialisme tidak dapat berjalan seiringan dengan "agama", sementara rakyat Indonesia yang dikala itu tengah mulai mengadobsi ajaran-ajaran agama yang berakulturasi dengan budaya lokal (singkretisme). Namun demikian, Tan Malaka sendiri dalam Madilog mensekulerkan pemikiran ala tokoh-tokoh Sosialis tersebut dengan agama yang dianutnya. Sebaliknya bagi Tan Malaka, "Islam" sebagai agama yang dianutnya adalah sebuah "Monoteisme paripurna" yang begitu dipegangnya. Madilog sendiri merupakan akronim dari matrelistis, dialektika dan logika. Pada dasarya pemikiran-pemikiran Tan Malaka terpusat kepada tujuan untuk memerdekakan Indonesia dan sekaligus merombaknya secara total segala bidang-politik, ekonomi, sosial dan budaya. Tan Malaka berprinsip teguh pada satu ontologis pemikiran bahwa Marxisme bukan kaji hafalan (dogma) melainkan petunjuk untuk revolusi. Diluar politik dalam madilog juga membahas mengenai sains, sejarah, peradaban, ideologi, dan kepercayaan yang dimana semua itu dikaitkan kembali dengan berpikir madilog. Madilog secara tidak langsung mendukung konsep komunisme, seperti yang saya tangkap adalah menurut Tan Malaka, sistem komunis merupakan suatu bentuk pembaharuan dan perkembangan menuju sistem yang lebih baik dari kapitalisme dan 1
Siapa Tan Malaka? Tokoh ini menyimpan begitu banyak kontroversi dibalik sejarah perjalanan bangsa Indonesia di era Revolusi. Berdasarkan hasil penelitian oleh Harry A Poeze selama puluhan tahun, Tan Malaka merupakan salah satu pahlawan revolusi yang berjuang tampa kompromi demi kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia. Tan Malaka merupakan salah satu pemikir awal Indonesia yang bercorak Marxis-Leninis oleh sebab itu, untuk memahami garis besar pemikiran Tan Malaka, perlu kiranya agar pembaca memahami terlebih dahulu teori-teori Marxis yaitu Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis, serta teori negara Lenin. Karya tulisnya yang masih sempat terjaga menggambarkan bahwa Tan Malaka ialah pemikir yang brilian. karya tulisnya mencakup berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan seperti filsafat, sejarah, sosial, budaya, ekonomi, politik, strategi dan taktik hingga kemiliteran. Pemikiran-pemikiran yang dituangkannya dalam bentuk buku dan brosur dengan uraian analisis yang begitu tajam berpadu dalam kalimat yang membakar semangat telah menginspirasi tokoh-tokoh pelopor kemerdekaan Indonesia, seperti karya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) ditulis tahun 1924, Semangat Muda ditulis tahun 1925 dan Actie Massa (Aksi Massa) ditulis tahun 1926, telah memberikan sumbangsi besar dalam gerakan kemerdekaan Indonesia. Meski Tan Malaka seorang pemikir bercorak Marxis-Leninis, namun dalam memahami sebuah pemikiran dan paham (isme), Tan Malaka tidaklah dogmatis melainkan menyesuaikan sebuah paham dengan kondisi alam dan sosial dimana ia berada. Dalam sebuah tulisannya yang berjudul Thesis, Tan Malaka memberikan sebuah petunjuk tentang bagaimana memahami sebuah "isme".
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 2021
Abstrak: Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno di tahun 1963, Tan Malaka hingga saat ini masih menjadi pahlawan yang “redup”. Keterlibatannya dalam tubuh Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa Hindia Belanda telah menempatkan Tan Malaka pada posisi sulit, mengingat keberadaan PKI yang telah mengukir sejarah kelam di era kemerdekaan. Padahal, jika memperhatikan ide dan gagasan Tan Malaka yang tertuang dalam banyak karyanya, maka selayaknya ia dijuluki sebagai Bapak Republik. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kiprah Tan Malaka dalam pergerakan nasional dah mengekplorasi titik kontroversi Tan Malaka. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa titik kontroversial Tan Malaka terletak pada keterlibatannya di tubuh PKI masa Hindia Belanda, namun demikian Tan Malaka adalah seorang nasionalis yang konsisten memperjuangkan cita-cita...
Tan Malaka sungguh seorang revolusioner yang jenius. Pikirannya luas, terang dan fokus. Ia penuh semangat berapi-api dalam berjuang dan berpikir. Ia petualang sejati, melintasi berbagai belahan bumi dalam masa perjuangan politik revolusionernya. Ia lahir di bumi Minangkabau, Sumatera Barat. Lalu studi di Belanda, pernah berpidato di pertemuan Komunis Internasional di Rusia. Ia bergaul dengan kaum buruh di Indonesia dan di bawah tanah Tiongkok dan Tokyo, dan mengajar bahasa Inggris dan matematika untuk bertahan hidup di Singapura. Namun, dari semua yang paling agung, ia seorang kritikus, mujtahid kiri dan petarung sejati. Sebagai kritikus, ia tak setuju dengan pandangan politik yang sempit. Ia nasionalis sekaligus internasionalis. Ia mengajukan tesis-tesis pemikiran Marxisme-Komunisme yang lebih canggih dalam menganalisis persoalan dan perjuangan politik di Indonesia. Ia mengenyampingkan pemikiran-pemikiran mistis dan filsafat idealisme. Tetapi, ia tetap fasih melapalkan pemikiran mereka. Ia memilih menjadi pemikir kiri yang profesional. Ia mengembangkan Madilog sebagai cara berpikir alternatifnya. Perjuangannya mengakar pada analisis situasi nasional dan internasional dari perkembangan kapitalisme dunia. Ia memprovokasi lahirnya partai revolusioner di Indonesia. Perjuangan, kata Tan Malaka, harus diarahkan oleh partai yang terorganisir. Perjuangan hanya bisa dilakukan secara revolusioner dengan aksi massa rakyat. Perjuangan yang tak semata-mata ingin meraih kekuasaan politik, tetapi harus bisa menghancurkan kapitalisme. Dalam pandangan Tan Malaka, pertentangan kelas adalah watak sejarah yang menciptakan revolusi. Pertentangan kelas di Prancis, Inggris, Rusia pada akhir dan awal abad 18-19 telah melahirkan revolusi besar yang menentukan gerak maju sejarah awal pertentangan kelas dalam kapitalisme modern. Revolusi besar ini bisa menjadi pelajaran bagi masa depan republik Indonesia yang masih ditindas oleh Belanda saat itu.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education, 2019
dibuka.site, 2019
Al-Hikmah: Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam