Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2020, PLURALISME PERSPEKTIF GUSDUR
…
27 pages
1 file
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2018 2
2018
In Post New Order era, religous based radicalism are increasingly strong in Indonesia, therefore, discussing Gus Dur's thought on the issue of pluralism becomes relevant today. The study aims to explore the Gus Dur's thought in defining pluralism. The method of writing was done by using a qualitative aproach and the analysis model was descriptive analysis. The existing data were collected by library research by reading the literatures related to Gus Dur's thought. The result of this paper indicates that pluralism is an idea to celebrate the diversity in Indonesia because it is compatible with the teaching of Islam, Pancasila, and also Indonesian constitution. Pluralism does not mean that all religions are alike because every single religion has its own differences and uniqueness. Pluralism does not only talk about diversity itself but also how one actively gets involved within it. Finally this study proves that pluralism should be promoted to reduce the religious based radicalism nowadays.
ini gelar belakangnya apa ya? Disusun Oleh : (Nama sama NIM mas seno) Aprilia Lilis Wulandari (16/395814/SP/27303) Nisa Woro Anggraini (16/394619/SP/27225) Muhammad Reza Hudaya (16/399382/SP/27515) DEPARTEMEN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2018 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 34 UUD 1945 pra amandemen, negara menyatakan bertanggung jawab untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar. Pasca amandemen keempat, tugas negara di bidang kesejahteraan sosial ini diperluas dengan tambahan tanggung jawab untuk mengembangkan sistem jaminan sosial dan memberdayakan kelompok masyarakat miskin, serta memberikan pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum bagi rakyatnya. Sedangkan sesuai dengan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, negara akan berfungsi diantara ideologi sosialisme dan liberalisme/kapitalisme dalam mencapai tujuannya.
Abdurrahman Wahid or often known as Gus Dur, is a nationalist thinker, writer and kyai in Indonesia. His ideas and thoughts have given a glimmer of light to some Indonesian Muslims about the importance of respecting and living tolerance. In his intellectual perspective, the basic foundation for building a pluralistic Indonesia is based on a national cultural and ideological foundation, none other than Pancasila. Because these two foundations build on the history of nationalism, both personally and collectively. Grounding Islam as one of Gus Dur's noble nawacitas to unite the values and norms of religious spirituality, namely the beauty of religion. In this article the author uses a biographical approach. The concept of historical writing: data, facts, sources and methods. With several approaches, concepts and methodologies of historical research, this writing uses a literature review or literature study with several primary and secondary historical sources from Gus Dur's works as well as several other writers who discuss Gus Dur and scientific journals. Gus Dur's thinking is a thought based on pluralism-humanism, Pancasila, Islamic indigenization and Islamic cosmopolitanism.
Dedy Kristanto, 2019
dikenal sebagai city of tolerance. Masyarakatnya bisa menghidupi pluralisme dengan baik, maka toleransi lantas menjadi sebuah kebudayaan yang tumbuh mengiringi pluralisme itu. Demikiankah adanya? Imam Subkhan dalam penelitian kecilnya tentang pluralisme di Yogyakarta menyangsingkan hal itu. Penelitian lewat Prorgram Fellowship yang dilakukan oleh Impulse (Institute for Multiculturalism and Pluralism) tersebut, tentu saja ingin mewujudkan impian Impulse sebagai NGO. Impulse dalam misinya menginginkan adanya sebuah perkembangan wacana dan aktivitas yang mendukung penghormatan, pengertian, toleransi, dan pemahaman terhadap perwujudan kemanusiaan yang beradab. Dengan mengambil arah bidikannya dalam kajian multikulturalisme dan pluralisme, Impulse berasumsi bahwa masih ada persoalan besar di bangsa ini terkait dengan tema itu. Jika dua persoalan itu tidak dikaji dengan baik, bangsa ini akan terjadi penghancuran terhadap "kemanusiaan yang beradab" karena tidak terjadinya penghormatan, pengertian dan toleransi pemahaman dalam relasi sosial masyarakat. Tentu saja Imam Subkhan dalam melakukan riset kecilnya di Yogyakarta, bergerak dalam koridor misi Impulse sebagai lembaga non pemerintah tersebut. Hasil riset yang sudah menjadi buku dengan judul "Hiruk Pikuk Wacana Pluralisme di Yogya", justru menunjukkan bahwa praktek pluralisme yang terjadi di Yogya menyembunyikan selubung gelap akan terjadinya penghancuran kemanusiaan yang beradab itu. Imam Subkhan mengatakan bahwa pluralisme yang terjadi di Yogya sebenarnya adalah sebuah penghayatan terhadap pluralisme semu, karena beragam kelompok entah dalam kategori 1
Islamic boarding school (Pondok pesantren) is an effective media to transform religious and cultural values. The holistic educational system design of Islamic boarding school is able to internalize some important values to santri (Islamic boarding school's students). The tolerance on the pluralism of religiosity is an important value for the moslem young generation in facing differences. The pluralism can be grown up by using some educational activities, including muhadlaroh (training of speech). The research focuses on the religious material related to pluralism in understanding religion delivered by the students of PP. Al-Muayyad and PP. Takmirul Islam Surakarta in their speeches when joining the muhadharoh. By qualitative approach, the data analysis reveals that the students of PP. Al-Muayyad and PP. Takmirul Islam Surakarta has good understanding on the pluralism of religiosity. Abstrak Pondok pesantren merupakan wadah efektif untuk transformasi nilai-nilai agama dan budaya. Desai sistem pendidikan holistik pesantren mampu menginternalisasi berbagai nilai penting pada diri santri. Toleransi atas pluralisme keberagamaan merupakan nilai yang perlu ditanamkan untuk menyiapkan generasi muda muslim toleran terhadap perbedaan. Pluralisme dapat ditanamkan dalam berbagai kegiatan pendidikan, diantaranya kegiatan muhadlaroh (latihan pidato). Penelitian ini fokus pada analisis materi-materi keagamaan bermuatan pluralisme pemahaman beragama yang disampaikan santri-santri PP Al Muayyad dan PP Takmirul Islam Surakarta dalam kegiatan latihan pidato. Dengan pendekatan kualitatif, analisis atas data yang didapatkan menyimpulkan bahwa pluralisme keagamaan santri di PP Al Muayyad Surakarta dan PP Takmirul Islam Surakarta berjalan secara baik.
Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 2013
Hingga saat ini, pendidikan agama di sekolah-sekolah maupun institusi pendidikan lainnya, dianggap masih cenderung dogmatis serta kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif sehingga melahirkan pemahaman agama yang tekstual dan eksklusif. Dalam konteks inilah maka pendidikan agama melalui upaya pendekatan pluralis-multikultural merupakan sebuah keniscayaan. Pendidikan agama berwawasan pluralis-multikultural harus dirancang dan dikembangkan secara integratif, komprehensif dan konseptual, di mana rancang bangun pelaksanaannya sedikitnya harus berdasarkan susunan 4 piranti, yakni: reformasi kurikulum, pengajaran prinsip-prinsip keadilan sosial, pengembangan kompetensi multikultural, dan pelaksanaan pendidikan kesetaraan. Dalam konteks pendidikan masyarakat pesisir harus memiliki wawasan multikultural, pendidik (guru) yang berkiprah disana dituntut bersikap demokratis. Seorang pendidik sudah seharusnya menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, dan segala bentuk kekerasan sangat dilarang oleh agama.
Pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing. Dalam konteks kehidupan sebuah agama sangatlah penting. Kita dituntun agar saling menjaga toleransi dalam menjalani sebuah kehidupan terutama sebuah keyakinan. Diharapkan adanya sebuah toleransi ini bisa menjaga kerukunan antar umat beragama, serta bagaimana kita menyikapi sebuah perbedaan sebuah keyakinan saat ini untuk tidak saling berdebat dengan apa yang kita Imani. Seiring bertambahnya dan perubahan zaman pluralism atau sebuah keberagaman sangatlah banyak dan tidak bisa dihindari dan mau tidak mau kita harus siap akan hal tersebut dengan berdampingan adanya perbedaan membuat kita menjadi saling mengerti, saling tenggang rasa dan saling bergotong royong dalam menjalani kehidupan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Bellia Aldona, 2021
Sebuah bab dalam buku berjudul "Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita", ed. Ihsan Ali Fauzi dan Samsu Rizal Panggabean, 2010
Fahmi Muhammad, 2021
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist