Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019, MAKALAH DAN ASKEP INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan dari pada yang belum pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh perubahan otot dan fasia di dasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah menderita desensus dinding depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi kadang-kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total uterus dan vagina dengan kontinensia urine yang baik.
Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.
Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Jika Inkontinensia urin terjadi akibat kelainan inflamasi (sistitis), mungkin sifatnya hanya sementara. Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius (paraplegia), kemungkinan besar sifatnya akan permanent (Brunner & Suddarth, 2002. hal: 1471.
Segala puji bagi Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izinnya kami dapat menyelesaikan mata kuliah anatomi fisiologi yang berjudul " SISTEM URINARIA ". Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas yang merupakan salah satu standar atau kriteria penilaian dari mata kuliah anatomi fisiologi yang diberikan secara berkelompok. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dr. Lina meylina selaku dosen pembimbing mata kuliah anatomi fisiologi di Stikes Kharisma Persada. Yang telah banyak membimbing dan mengajarkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tak lupa kami
Indonesian Journal of Professional Nursing, 2020
Paritas tinggi merupakan salah satu pencetus terjadinya inkontinensia urin. Pada wanita riwayat paritas tinggi biasanya saat batuk, tertawa, bersin, berolahraga akan mengeluarkan urin dalam jumlah sedikit akibat proses persalinan yang pernah dialami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Paritas dengan Kejadian Inkontinensia Urin-stress pada Wanita Usia 40-45 Tahun di Dusun Jaddih Timur. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh wanita usia 40-45 Tahundi Dusun Jaddih Timur Desa Jaddih sebanyak 40 responden. Besar sampel sebanyak 36 responden dengan teknik pengambilan menggunakan Purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.Uji statistik yang digunakan adalah Uji Fishers Exact Test dengan ɑ = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan 16 wanita dengan grandemultipara yang tidak mengalami inkontinensia urin stres sebanyak 0 (0%) dan yang mengalami inkontinensia urin sebanyak 16 (100%). Hasil uji Fishers Exact Test di dapatkan p value = 0,002 <ɑ (0,05), berarti H0 di tolak dan H1 di terima yang berarti ada hubungan paritas dengan kejadian inkontinensia urin-stres pada wanita usia 40-45 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan alternatif yang dapat digunakan untuk menangani atau mencegah inkontinensia urin-stres pada wanita yaitu dengan mengajarkan wanita untuk melakukan latihan dasar pelvis untuk menguatkan otot-otot rangka pada dasar pelvis. Kata Kunci: Paritas, Inkontinensia Urin-Stres
2014
Laporan praktikum biokimia ternak acara Eksresi Derivat Purin dalam Urin
Ny. K (51 tahun) masuk rumah sakit dengan keluhan badan terasa lemas, mudah lelah, dan mual setiap makan. Terjadi penurunan berat badan selama sakit. Klien juga mengatakn luka dikedua kaki tidak sembuh-sembuh. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan S : 37,2˚C, N : 84 x/mnt, TD : 130/80 mmHg, P : 20 x/mnt, edema pada kaki kanan. Terdapat ulkus diabetikum di kedua kaki, terdapat pus dan jaringan nekrotik pada masing-masing luka. Semua ADL dibantu, karena klien merasa lemas, kelelahan dan tidak bisa berjalan karena luka dikedua kaki. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan : Hb : 9,4 gr/dl (N = 12-14 gr/dl) Ht : 27% (N = 37-47%) L : 5900 /µ (N = 10.000 /µ) Albumin : 2,0 gr/dl (N = 3,5-5,5 gr/dl) Kurve gula darah : pukul 06.00 = 135 mg/dl (55-110 mg/dl) 11.00 = 160 mg/dl (55-115 mg/dl) 16.00 = 169 mg/dl (70-115 mg/dl) Hasil konsul mata : Retinopati HT grade II ODS
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia, salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain adalah stenosis (membuka tidak sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar. Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan katup akibat demam rematik masih sering terjadi. Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang terbaik. Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun dikurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ? 2. Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta. 5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik stenosis aorta.
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih, masalah psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan, karena penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong nya dari penelitian pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari pria dan 12% dari wanita diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan mereka yang dirawat di psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine. Inkontinensia dibagi menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik.
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi dengan satu hal yaitu radang selaput perut. Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang. Namun, banyak faktor lain – seperti cedera – traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak – juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis. Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus)pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia: Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan -Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814) Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang "Asuhan keperawatan pada klien dengan Pneumonia"
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.