Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
6 pages
1 file
Bayam merah (Alternanthera amoena voss) mengandung antara lain vitamin, protein, dan flavonoid. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang diketahui memiliki sifat sebagai antibateri. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi sediaan sabun scrub dari ekstrak etanol daun bayam merah (Alternanthera amoena Voss). Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut, kemudian pelarut dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrakdaun bayam merah. Komponen sediaan sabun terdiri dari minyak kelapa, KOH, gliserin, aquadest, asam sitrat, etanol, serbuk daun bayam merah, serta penambahan ekstrak daun bayam merah. Pengujian terhadap sediaan meliputi pemeriksaan mutu meliputi uji organoleptis, uji pH, uji tinggi busa, uji viskositas. Sediaan sabun yang dihasilkan mudah dituang, memilki tinggi busa 3,7 cm, PH sediaan 6. bau khas, bentuk cairan kental, dan warna hijau muda.
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Sabun adalah benda wajib yang kita pakai setiap hari. Tanpa sabun, mandi terasa tidak bersih karena sabun berfungsi untuk mengangkat kotoran yang menempel di tubuh kita.
Jl. Cut Nyak Dhien No.16 Kalisapu, Slawi, Kabupaten Tegal Telp/Fax (0283) 6197570 ABSTRAK Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang sejak bertahun-tahun yang lalu. Bengle merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat. Khasiat tanaman bengle dalam membantu menyembuhkan berbagai penyakit salah satunya sebagai pencegah mkroba atau biasa disebut antiseptic ,disebabkan terutama karena mengandung senyawa minyak atsiri, flavonoid, saponin, triterpenoid, alkaloid dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula dan sifat fisik kapsul bengle dari ekstrak metanol bengle (Zingiber cassumunar Roxb.) Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak methanol bengle menggunakan maserasi. Hasil eksrak kemudian diformulasikan kedalam sediaan sabun tangan atau hand sanitizer yang kemudian akan dievaluasi sediaan meliputi uji organoleptic, viskositas, pH, daya lekat, daya sebar dan homogenitas. Hasil dari evaluasi sediaan menyatakan sabun hand sanitizer yang didapat berwarna kuning orange kental bau khas minyak jeruk, tidak adanya partikel kasar dalam sabun dengan nilai ph sebesar 6 dengan daya lekat selama 7 detik dan daya sebar 6 cm. Key Word : sabun, hand sanitizer, ekstrak bengle, Zingiberis cassumunar Roxb. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Salah satu
Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi , 2019
12345 Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi Slawi, Jl. Cut Nyak Dhien No. 16 Kalisapu, Slawi, Kabupaten Tegal Telp/Fax (0283)6197570
ABSTRAK Sari wortel (Daucus carrota) bubuk merupakan suatu produk olahan wortel yang larut baik dalam air dingin maupun panas saat diseduh, namun perlu diaduk jika akan dikonsumsi. Salah satu usaha untuk meningkatkan kepraktisan dan kesegaran adalah dengan cara dibuat serbuk effervescent sari wortel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan formulasi serbuk effervescent terhadap sifat fisik dan tingkat kesukaan serbuk effervescent sari wortel. Serbuk effervescent sari wortel dibuat 5 formula dengan jumlah sari wortel bubuk sama pada setiap formula yaitu 200 g, variasi rasio natrium bikarbonat dan asam (asam tartrat dan asam sitrat) sebagai berikut : formula 1 = 2,5 : (2 : 1), formula 2 = 2,5 : (1,5 : 1), formula 3 = 3,5 : (2 : 1), formula 4 = 3,5 : (1,5 : 1) dan formula 5 = 3 : (1,5 : 1). Semua bahan dicampur dengan metode kering, kemudian serbuk effervescent yang dihasilkan disaring dengan ayakan 20 mesh. Pengamatan dilakukan terhadap waktu alir, sudut diam, nilai pengetapan, nilai pH, waktu larut dan tingkat kesukaan terhadap warna, rasa, aroma, dam kesukaan keseluruhan. Serbuk effervescent terbaik ditentukan kadar air dan kadar ß-karoten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman serbuk effervescent yang terdiri dari sari wortel bubuk 200 g, rasio natrium bikarbonat dan asam (asam tartrat dan asam sitrat) yaitu 2,5 : (2 : 1) atau 135 g natrium bikarbonat, 108 g asam tartrat dan 54 g asam sitrat paling disukai. Kadar air 2,23 % dan kadar ß-karotennya sebesar 0,29 µg ß-karoten/g bk. Kata kunci: formulasi, serbuk effervescent sari wortel, natrium bikarbonat, asam tartrat dan asam sitrat. ABSTRACT Carrot extract powder is product which soluble in both of cold and hot water. However, a mild stirring processed is chill needed to accelerate the solubility. Therefore, effervescent principles were introduced to improve the solubility character. This research was conducted to evaluate the various effervescent formulas on the physical properties and the consumer preferences. Carrot extract effervescent were prepared based on five formulas, which containing 200 g carrot extract powder on each formula. The ratio of sodium bicarbonate and acids (tartaric and citric acid) were 2.5 : (2 : 1) (formula 1), 2.5 : (1.5 : 1) (formula 2), 3.5 : (2 : 1) (formula 3), 3.5 : (1.5 :1) (formula 4) and 3.5 : (1.5 : 1) (formula 5). All materials were then dry mixed and screened with 20 mesh size of wire (stainless steel). The powders were analyzed the flow ability, angel of repose, compressibility, disintegration time and consumer preferences. The result showed carrot extract effervescent powder prepared with 200 g of carrot extract powder, 135 g of sodium bicarbonate, 108 g of tartaric acid and 54 g of citric acid (formula 1) was the preferable product. The water and ß-carotene content were 2.23 % and 0.29 µg/g (dw) respectively.
2016
Abstrak: Penelitian ini membuktikan, bahwa obat dapat diformulasikan sesuai prinsip Islam (ḥalāl) dan apoteker (ṭayyib). Obat golongan mukolitik, antiamuba, dekongestan, antihistamin, antasid, antituberkulosis, antiasma, antitusif, antipiretik, analgesik, antiinflamasi non steroid, antihemoroid, laksativum dan antibiotik diformulasi menggunakan pelarut, pengawet, pewarna, flavour, emulgator, suspending agent, antioksidan dan stabilizer yang (ḥalāl) perspektif Islam (sesuai ketentuan, standar dan CPOH atau cara pembuatan obat yang halal dari LPPOM MUI), serta diuji stabilitas dan efektivitasnya meliputi analisis organoleptik (al-Taghayyur al-Ḥissiyu), sedimentasi, dispersi, pH (Al-Taghayyur Al-Taqdīriy), viskositas, retention factor, persen kadar dan pemeriksaan sediaan dengan nilai yang baik (ṭayyib) perspektif apoteker (sesuai ketentuan, standar dan CPOB atau cara pembuatan obat yang baik dari Badan POM RI). Penelitian ini mendukung Undang-Undang No.33 Tahun 2014 Tentang Jamninan Produk Halal dan keputusan Majelis Ulama Indonesia tahun 2010 bahwa, obat-obatan harus terjamin kehalalannya. Penelitian ini berbeda dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perindustrian bahwa, obat tidak perlu diformulasikan secara (ḥalāl) karena sulit dan hanya mengganggu investasi. Teori berlawanan dari kalangan ulama adalah Dzulkifly Mat Hashim (2010) dan Sahal Mahfudh (w.2014 M) serta dari kalangan farmasis Kyoko Kogawa Seto (2012) dan Amanda K. Gilmore (2013) sependapat bahwa bahan haram diperbolehkan secukupnya dalam pengobatan karena'illat ḍarūrat dan tidak berlebih-lebihan. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development meliputi tahap deskriptif (preformulsi), eksperimental (formulasi) dan evaluatif (uji stabilitas dan evektifitas). Hasil penelitian menyimpulkan sementara, bahwa obat haram yang selama ini dihalalkan karena 'illat ḍarūrat hilang dengan ditemukannya obat yang ḥalāl dan ṭayyib ﺑﺰواﻟﮫ( ﺑﻄﻞ ﻟﻌﺬر ﺟﺎز .)ﻣﺎ Abstract: This study proved that the drug may be formulated according to the principles of Islamic (Halal) and pharmacists (Tayyib). Class of drugs mukolitik, antiamuba, decongestants, antihistamines, antacids, anti-tuberculosis, antiasma, antitussive, antipyretic, analgesic, anti-inflammatory non-steroidal, antihemoroid, laksativum and antibiotic formulated using solvents, preservatives, dyes, flavors, emulsifiers, suspending agents, antioxidants and stabilizers (halal) Islamic perspective (according to the provisions, standards and CPOH or how to manufacture drugs kosher LPPOM MUI), and tested the stability and effectiveness include the analysis of organoleptic (al-Taghayyur al-Ḥissiyu), sedimentation, dispersion, pH (Al-Taghayyur al-Taqdīriy), viscosity, retention factor, percent grade and examination preparation with good value (Tayyib) pharmacist's perspective (as applicable, and GMP standards or ways of making good remedy of POM RI).
Basil leaves (Ocimum bacilicum L) was indigenous medicinal plant contained eugenol. Based on the previous research, basil leaves was known as antibacterial. In this research, the ethanol extract of basil leaves made into solid soaps used coconut oil as fatty acid which aimed at determining the effect of foam height and texture of soap. Solid soap of basil leaves ethanol extract made into 5 formulas with varying concentrations of coconut oil i.e. 10, 12, 14, 16, and 20%. Every formula was evaluated by organoleptic test, the foam's height, texture or solidity, and loss of draying. Base on the result of the research, it can be concluded that the best formula was the second formula with 311.7 gf of sternness, and 6.13 cm foam's height.
Setiap siswa lulusan SMK di tuntut untuk mempunyai suatu keahlian dan siap kerja, karena lulusan SMK biasanya belum diakui oleh pihak dunia usaha / industri , oleh karena itu diadakan suatu Program Pendidikan Sistem Ganda (PPSG) yaitu dengan melaksanakan Praktek kerja Lapangan (PKL) agar setiap siswa lulusan SMK mempunyai suatu pengalaman dalam dunia usaha , sebelum memasuki dunia usaha tersebut secara nyata setelah lulus sekolah. Sesuai dengan hasil pengamatan dan penelitian Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, pola penyelenggaraan di SMK belum secara tegas dapat menghasilkan tamatan sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pembelajaran yang belum kondusif untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional, karena keahlian profesial seseorang tidak semata-mata diukur oleh penguasaan unsur dan pengetahuan teknik bekerja, tetapi harus dilengkapi dengan penguasaan kiat (arts) bekerja yang baik. Ada dua pihak yaitu lembaga pendidikan dan lapangan kerja ( industri / perusahaan atau instansi tertentu) yang secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program keahlian kejuruan. Dengan demikian kedua belah pihak seharusnya terlibat dan bertanggung jawab mulai dari tahap perencanaan penyelenggaraan, sampai penilaian dan penentuan kelulusan siswa-siswi.
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID “PEMBUATAN TABLET DG METODE GRANULASI BASAH” Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Herba Sambiloto Dan Daun Dewandaru Uji Sifat Fisik Dan Rasa
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.