Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
14 pages
1 file
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH FAKULTAS PENDIDIKAN DAN KEGURUAN IAI ALKHOZINY 2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak nikmat Allah SWT yang sangat besar atas umat-Nya yakni dengan diturunkannya mukjizat Al Quran melalui Nabi Muhammad SAW. Tak hanya itu, Allah SWT juga memudahkan umat-Nya untuk mempelajari dan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an, tanpa terkecuali bagi anak usia dini. Memiliki buah hati yang hafal Al-Qur'an tentu akan menjadi kebanggaan sendiri bagi para orangtua. Selain itu, keberkahan dari para penghafal Al-Qur'an juga turut meng-influence orangorang di sekitarnya. Allah SWT pun menjanjikan banyak sekali manfaat bagi para penghafal Al-Qur'an baik yang nampak di dunia maupun sebagai ganjaran di akhirat. Dalam membentuk anak menjadi generasi yang Qur'ani, diperlukan metode khusus yang sesuai dengan karakter, kemampuan, dan pola belajar anak. Berbekal pengetahuan tersebut, orangtua akan dapat take action dengan langkah yang hati-hati sekaligus dapat mengakomodir kebutuhan anak. Jangan sampai orangtua memaksakan diri sehingga membuat anak merasa terbebani. Alqur'an sebagai pedoman hidup manusia selayaknya dibaca setiap hari dan dihafalkan karena memilki keutamaan dan manfaat yang besar (baca manfaat membaca Alquran dalam kehidupan dan manfaat membaca Alqur'an bagi ibu hamil). Dalam Alqur'an ada 114 surat yang tersuusn dalam 30 juz. Salah satu juz dalam Alqur'an yang banyak dikenal oleh umat muslim adalah Juz Amma. Juz amma atau juz ketiga puluh dalam Alqur'an adalah juz terahir yang banyak berisi surat pendek dan dihafalkan oleh umat muslim. Biasanya surat dalam juz amma banyak dihafalkan sebagai bacaan dalam shalat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian metode menghafal ? 2. Apa saja faedah atau keutamaan menghafal al-Quran ? 3. Bagaimana metode dan teknik menghafal al-Quran yang efektif, apa saja metode dan tekniknya ?
Ketahuilah, ujian dan cobaan di dunia merupakan sebuah keharusan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan tanda kebenaran dan kejujuran iman seseorang kepada Allah SWT Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut. Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang kokoh amatlah sangat kita butuhkan dalam menghadapi badai cobaan yang menerpa. Sehingga tidak menjadikan diri kita berburuk sangka kepada Allah SWT terhadap segala Ketentuan-Nya. Oleh karena itu, dalam keadaan apapun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah SWT harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Allah sebagaimana tertulisa dalam firman-Nya : (QS. Al Baqarah : 214) Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
JAKARTA 2020 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beribu macam nikmat. Diantaranya, nikmat iman wal islam, sehat wal'afiat, dan selebihnya nikmat panjang umur. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Fuad Tohari Selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadis. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca agar dapat menambah ilmu pengetahuan. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari dosen ataupun pembaca dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kurang lebihnya kami mohon maaf atas segala kekurangannya. Ciputat, September 2020 Penyusun 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii Al-Qur'an dan Hadis adalah rujukan pokok dalam agama Islam. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur'an sebagai rujukan pertama berisikan petunjuk dan prinsip-prinsip yang bersifat umum dan universal yang perlu diterangkan lebih lanjut. Maka Hadislah sebagai sumber dan rujukan kedua untuk menjelaskan Alquran. Karena pada dasarnya, hanya dengan Hadislah kita dapat menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, maka Hadis sangat penting dikaji karena kedudukan dan fungsi sebagai pensyarah bagi Al-Qur'an, terutama bagi ayat-ayat yang bersifat mujmal, memberikan taqyid bagi ayat-ayat yang mutlaq, memberikan tahkim bagi ayat-ayat yang 'amm, serta menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh Alquran. Pada dasarnya Al-Qur'an sebagai mukjizat Muhammad s.a.w adalah kitab yang sempurna. Namun, ada ayat-ayat tertentu yang harus dijelaskan secara rinci baik makna, hukum yang terkandung di dalam, atau cara melakukannya dan lain-lain. Dan inilah peran yang diambil Rasul s.a.w melalui sunnah-sunnahnya. Hadis memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber hukum Islam, adapun fungsinya untuk memperkuat isi kandungan Al-Qur'an, untuk memperjelas makna kandungan Al-Qur'an yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut, untuk membatasi keumuman ayat Al-Qur'an sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu, dan untuk menetapkan hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur'an. Semua fungsi di atas menempatkan kedudukan hadis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sumber hukum Islam, karena itulah tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk meninggalkan salah satunya atau hanya mengamalkan satu saja dari kedua sumber hukum tersebut. Seluruh umat islam, tanpa terkecuali, telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran islam. Ia menempati kedudukannya yang sangat penting setelah Al-Qur'an. Kewajiban mengikuti hadis bagi umat islam sama wajibnya dengan mengikuti Al-Qur'an. Oleh karena itu yang melatar belakangi penulisan Makalah ini ialah adalah hubungan hadis yang telah disepakati sebagai salah satu sumber ajaran Islam dengan Al-Qur'an.
, 2020
PENDAHULUAN Alquran dan Hadis adalah dua sumber pokok syariat Islam. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan umat bahwa Alquran adalah sumber pertama, dan tidak sedikit pun ada keraguan tentang autentitasnya sebagai wahyu Allah. Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah. Redaksi dan maknanya diturunkan kepada Muhammad SAW melalui wahyu. Seluruh ayat-ayat Alquran diriwayatkan secara mutawatir. Ayat-ayat Alquran banyak mengandung makna yang umum, mujmal, dan mutlaq. Untuk pengamalan ayat-ayat seperti ini mutlak perlu penjelasan. Orang yang paling berhak memberikan penjelasan ayat-ayat Alquran adalah Rasulullah yang menerimanya dari Allah. Penjelasan-penjelasan Rasulullah itulah yang disebut Sunnah atau Hadis. Seluruh umat islam tanpa terkecuali telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Ia menempati kedudukannya yang sangat penting setelah Alquran. Kewajiban mengikuti hadis bagi umat Islam sama wajibnya dengan mengikuti Alquran. Dengan demikian, hadis merupakan sumber kedua ajaran Islam setelah Alquran. Fungsi utama dari Sunnah atau Hadis ialah penjelas (mubayyin) bagi ayat-ayat Alquran. Akan tetapi, di samping itu hadis juga berfungsi menetapkan hukum. Dalam hal-hal yang tidak ditemukan dalam Alquran, hadis menetapkan hukum secara mandiri. Di dalam Alquran sendiri banyak ditemukan ayat-ayat yang menerangkan bahwa sunnah atau hadis Nabi adalah sumber pokok ajaran agama yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh setiap pribadi Muslim. Oleh karena itu kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan (bayan) keumuman isi Alquran tersebut bermacam-macam, yaitu bayan at-Taqrir, bayan at-Taqyid, bayan at-Tafshil, bayan at-Takhsis, dan bayan at-Tasyri.
Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan atau mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad saw. Menurut istilah ulama ahli hadits hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (taqrir), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah. Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad saw yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda. Secara struktur hadits terdiri atas tiga komponen utama yakni sanad atau isnad (rantai penutur), matan (redaksi) dan Mukharrij (perawi). Menurut para ahli banyak cabang-cabang ilmu hadis diantaranya akan dijelaskan pada makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian ilmu hadis, sunnah, khabar, atsar? 2. Bagaimana struktur hadis (sanad, matan, rawi)? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian ilmu hadis, sunnah, khabar, atsar. 2. Mengetahui struktur hadis (sanad, matan, rawi).
Abstrak Tulisan ini berusaha untuk menjelaskan tentang penelitian Al Qur’an hadist dan pembelajarannya. Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia. Dilihat dari segi pandangannya, Al Qur’an mengandung dari seluruh aspek kehidupan manusia, misalnya aspek plitik, ekonomi, dan sosial. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang berkaitan dengan persoalan diatas, menunjukkan peran penting Al Qur’an dalam Islam. Al Qur’an diyakini untuk menjadi sebuah pedoman umat muslim untuk menuju jalan yang benar. Dan untukmengetahui keontetikan sebuah hadis, kita perlu meneliti sanaddan hadis tersebut, untuk itu jurnal artikel ini saya buat. Penelitian sanad hadist, dilakukan melalui ranah penelitian Al Qur’an hadist melalui data yang terkoleksi pada biografi perawi hadis, dengan membaca dan menganalisis istilah-istilah yang digunakan dalam aktivitas kritik hadis seperti sanad dan matan. Artikel ini memfokuskan pada penelitian Al Qur’an hadis. Berbagai masalah dalam Al Qur’an maupunhadis, dan proses interaksi masyarakat terhadap Al Qur’an, yang tidak sebatas pemaknaan ayatnya, tettapi lebih ditekankan pada aspek penerapan teks-teks Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan teks-teks Al Qur’an tersebut kemudian menjadi tradisi yang melembaga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kata kunci: Al Qur’an, hadist, dan penelitian Abstrak This article tries to explain the Qur'an hadith research and teaching. Qur'an is the word of Allah are used as guidance for all mankind. In terms of view, the Qur'an contains all aspects of human life, for example plitik aspects, economic, and social. Many verses of the Qur'an relating to the above issues, showing the important role of the Qur'an in Islam. The Qur'an is believed to be a guideline for the Muslims to the right path. And untukmengetahui keontetikan a tradition, we need to examine the hadith sanaddan, for that journal I created this article. Sanad hadith research, conducted through the realm of research Qur'an hadith through the collected data on the biography of a narrator of traditions, by reading and analyzing the terms that are used in activities such as the hadith criticism sanad and matan. This article focuses on the study of the Qur'an hadith. Various problems in the Qur'an maupunhadis, and the community interaction of the Qur'an, which is not limited to the meaning of the verse, tettapi more emphasis on implementation aspects of the texts of the Qur'an in everyday life. The application of the texts of the Qur'an then becomes a tradition institutionalized in people's daily lives. Keywords: Qur'an, hadith, and research
Kesan saya terhadap Abraham Geiger. Ia merupakan pelopor kajian Historis-Kritis terhadap al-Qur'an yang cukup berpengaruh dan menjadi sumber aspirasi bagi Orientalisme setelahnya, seperti Siegmund Fraenkel, Hartwig Hirschfeld, Theodor, Nӧldeke, Charles Cutley Torrey, J. Wansbrough, dan sebagainya. Semasa remaja ia telah mempelajari sejarah klasik dan melahirkan keraguan atas paham tradisional Yudaisme. Ia menemukan pertentangan antara sejarah klasik dan Bible mengenai otoritas ilahi (divine authority). Dilatarbelakangi oleh keraguannya, serta analisis-kritisnya terhadap tradisi Yahudi, ia mengidentifikasikan dirinya sebagai tokoh sekaligus pendiri Yahudi Liberal di Jerman yang cukup berpengaruh. Geiger menulis: Bukunya yang telah diterjemahkan dengan judul " Judaism and Islam " merupakan suatu karya monumental dengan menggunakan prespektif dan pendekatan baru yang ia kembangkan dari gagasannya mengenai Reformasi Yahudi.
Menurut terminologi, dosa ialah segala sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah SWT., baik yang berkaitan dengan melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya.TM Hasbi Ash Shiddieqy merumuskan dosa adalah pelanggaran terhadap sesuatu ketentuan Tuhan.
Hadis adalah sumber hukum islam kedua yang telah di sepakati oleh para ulama (ahlul ilmi) dapat memunculkan hukum dengan sendirinya tampa besertaan dengan al-Qur'an. 1 Disamping itu hadist juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Al-Qur'an apalagi bila kita tinjau dari sisi fungsinya. Fungsi hadist terhadap Al-Qur'an secara umum yaitu sebagai bayan ta'kid, bayan tafsir, bayan takhshis, bayan taqyid, bayan tasyri', dan bayan tabdil. Kejelasan fungsi-fungsi hadist tersebut diatas adalah sebagai berikut.
Sejak masa sahabat, kritik terhadap matan hadis Nabi telah dilakukan. Tujuannya untuk verifikasi kebenaran penyampaian hadis, atau verifikasi kualitas periwayat yang menyampaikan hadis. Tercatat di dalam sejarah, bahwa `Āisyah binti Abū Bakr sebagai salah seorang dari generasi sahabat, yang dipandang paling banyak melakukan kegiatan verifikasi ini. 1 Selain sebagai istri Nabi, dia juga diduga memiliki kelebihan lain, yaitu kekuatan kemampuan nalar pemahaman, baik terhadap kandungan hadis, maupun teks-teks hadis. Inilah yang menjadi sandaran para ahli hadis belakangan, dalam kegiatan kritik matan. Baik kritik terhadap pemahaman, atau kritik terhadap pemaknaan. Keduanya diuji dengan pendekatan Alquran. Menurut sebagian ulama, hadis Nabi dimaknai sebagai wahyu gair matluww, sedangkan Alquran dimaknai wahyu al-matluww. Bila pandangan ini benar, maka semua jenis hadis yang disandarkan kepada Nabi adalah wahyu. Tentu bagi umat Islam, tidak ada alasan untuk tidak mentaatinya. 2 Akan tetapi, terdapat beberapa hadis yang menunjukkan hasil ijtihad Nabi, atau mungkin hanya sebuah saran dari seorang sahabat kepada sahabatnya. Misalnya hadis Nabi tentang strategi meletakkan posisi pasukan, atau hadis Nabi kepada petani kurma. Ternyata pemaknaan kedua hadis ini belakangan, diperbaiki sendiri oleh Nabi, karena ada ijtihad atau saran yang lain, yang lebih baik. 3 Di dalam Alquran, Nabi tidak berperan sebagai penyampai wahyu almatluww saja. Tetapi, Nabi juga dipandang sebagai orang yang berperan untuk menjelaskan Alquran, sosok yang mesti dipatuhi oleh orang-orang beriman, dan menjadi contoh tertinggi (al-mu۬ sul al-a`la) dalam setiap bidang kehidupan. Selain itu, Nabi juga adalah manusia biasa, seorang suami, seorang ayah, anggota keluarga, teman, pengajar, pendidik, pemimpin, panglima perang, dan hakim. 4 Berdasarkan hal ini, maka perlu pemahaman terhadap peran Nabi, ketika Nabi menyampaikan suatu 1 Jalāl ad-Dīn as-Suyūt ī, 'Ain al-Is ābah Fī Istidrāk 'Āisyah 'Ala as -S ah ābah (Kairo: Maktabah al-`Ilmī, 1409 H/1988 M), h. 28-31. 2 `Alī ibn Sult ān al-H arāwī al-Qārī, Syarh Nukhbah al-Fikr (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1978 M), h. 16. 3 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual Dan Kontekstual (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), h. 33-47. 4 M. Quraish Shihab, "Pengantar", dalam Muhammad al-Gazālī, Studi Kritis Atas Hadis Nabi saw, terj. Muhammad al-Baqir (Bandung: Mizan, 1998), h. 9-10. 1 hadis. Apalagi bila hadis tersebut kelihatan bertentangan dengan Alquran, maka perlu penelitian mendalam, tentang hal-hal yang harus diteladani, dan yang tidak harus diteladani dari Nabi sendiri. Alquran sendiri menyebutkan bahwa ketaatan kepada Nabi, selalu diiringi dengan ketaatan kepada Allah. Tetapi, menggunakan dua redaksi yang berbeda. Redaksi pertama berbunyi , ل و س الر و ال ا و ع ي ط أ yang bermakna tuntutan kewajiban untuk taat kepada Nabi, dalam hal-hal yang sejalan dengan perintah Allah, yaitu Alquran. Bila tidak sejalan dengan perintah Allah (ayat Alquran), maka ada indikasi kebolehan, untuk melaksanakan perintah yang lain. 5 Adapun Redaksi kedua berbunyi , ل و س الر ا و ع ي ط أ و ال ا و ع ي ط أ yang bermakna tuntutan ketaatan kepada Nabi, dalam hal-hal yang tidak disebut secara eksplisit di dalam Alquran. Bahkan mungkin ketaatan kepada Nabi mesti didahulukan (dalam kondisi-kondisi tertentu), walaupun ketika itu sedang melaksanakan perintah Allah. 6 Kedua redaksi ayat tersebut, melahirkan petunjuk bahwa, perlu ada standarisasi pemahaman, dan pemaknaan terhadap hadis Nabi, karena tujuan akhir dari hal tersebut, adalah pengamalan di dalam kehidupan. Judul tulisan ini merupakan salah satu model kritik matan hadis yang paling baik, yaitu dengan pendekatan Alquran. Manfaat yang diinginkan dari pengkajian ini adalah, ditemukannya model pemahaman, dan pemaknaan yang baik, yang tidak keluar dari petunjuk Alquran. Memang secara kenyataan, hadis Nabi tidak dapat dibenturkan kepada Alquran, karena rangking keduanya berbeda. Tetapi, pemahaman dan pemaknaannya, dapat dihadapkan kepada Alquran, sehingga ditemukan pemahaman, dan pemaknaan yang sesuai dengan petunjuk Alquran. Dari sini, tampak bahwa kritik terhadap pemahaman, dan pemaknaan matan hadis, mesti diawali dari pendekatan Alquran, sebab antara hadis dengan Alquran, ibarat lampu dengan sinarnya. Pemahaman dan pemaknaan seperti ini, tentu akan membutuhkan penelitian mendalam. Belum lagi kemestian untuk melihat konteks kedudukan Nabi ketika menyampaikan hadis, yang dihubungkan dengan fungsi hadis terhadap Alquran. Ini juga memerlukan penelitian. Untuk itu, karya tulis 5 M. Quraish Shihab, "Hubungan Hadis Dan Al-Quran : Tinjauan Segi Fungsi Dan Makna", dalam Yunahar Ilyas, et.al. (ed.), Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadis (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1996), h. 53. 6 Ibid., h. 54.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Kelompok 2 revisi tentang DALIL-DALIL KEHUJJAHAN HADIS dan FUNGSI HADIS TERHADAP AL-QUR'AN, 2019
JURNAL FARABI, 2016
Intan Pratiwi, 2021