Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
48 pages
1 file
PEMBIMBING dr. Irwin, Sp.PD PENULIS Rizki Widya Kirana 030.12.236 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya-Nya, peneliti dapat menyelesaikan referat ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan ajaran yang sempurna dan menjadi anugerah serat rahmat bagi seluruh alam semesta. Selama pembuatan laporan kasus ini penulis mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua penulis, dokter pembimbing penyusun laporan kasus dr. Irwin, Sp.PD, dan seluruh dokter bagian Ilmu Penyakit Dalam serta teman-teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam.
Penyakit Dengue Hemorrhagic fever (DHF) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DHF, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas. Laporan yang ada sampai saat ini penyakit DHF sudah menjadi masalah yang endemis pada 122 daerah tingkat II, 605 daerah kecamatan dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DHF di Indonesia terus meningkat dari 0,05% (1968) menjadi 14,9% (1997), dengan angka kematian menurun dari 41,3% (1968) menjadi 2,3% (Maret 1998). Namun demikian angka kematian DHF berat/Dengue Shock Syndrome (DSS) masih tetap tinggi. Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan DHF dilaporkan terbanyak terjadi pada tahun 1973 sebanyak 10.189 pasien dengan usia pada umumnya di bawah 15 tahun. Penyakit DHF pertama kali terjadi di Filipina pada tahun 1953, yaitu pada waktu terdapatnya epidemi demam yang menyerang anak disertai manifestasi dan renjatan (syok). Pada tahun 1958, meletus epidemi penyakit serupa di Bangkok. Setelah tahun 1958, penyakit ini dilaporkan berjangkit kembali di Filipina dan tempat-tempat lain di Asia Tenggara. Di Indonesia, DHF pertama kali dicurigai terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970.
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang umum, kronis, dan kambuh terutama menyerang anak-anak 1,3 . Dermatitis berasal dari "derma" Yunani, yang berarti kulit, dan "itis," yang berarti peradangan. Atopi berasal dari bahasa Yunani atopos yang memiliki arti "tidak pada tempatnya", dan dapat digunakan untuk menggambarkan anak dengan penyakit yang diperantarai oleh IgE. Atopi adalah kecenderungan seseorang dan, atau keluarga terutama anak dan remaja menjadi tersensitisasi dan memproduksi IgE sebagai respons terhadap paparan alergen 1,3 . Dermatitis atopik (DA) merupakan masalah kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia dengan pravalensi pada anak-anak 10-20% dan pravalensi pada orang dewasa 1-3%. Dermatitis atopik lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan ratio 1,5:1. Hasil Riskesdas 2007 Badan Litbangkes Kemkes menunjukkan bahwa prevalensi nasional kasus Dermatitis adalah 6,8%. Ada 14 provinsi yang mempunyai prevalensi di atas prevalensi nasional Angka prevalensi Dermatitis Atopik (DA) di Indonesia sangat bervariasi 1,2 .
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute (DM tipe-1) maupun relative. Penyakit ini merupakan penyakit metabolic yang kebanyakan herediter, dimana terjadi defek pada sel beta pancreas sebagai penghasil insulin atau defek pada ambilan glukosa di jaringan perifer atau keduanya (DM tipe-2). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecendrungan peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes Melitus Tipe-2 (DM tipe-2) di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya kenaikan jumlah penderita diabetes yang cukup besar ditahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan hasil penelitian diberbagai daerah di Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980 menunjukkan sebaran DM tipe-2 antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. 1,2 DM tipe-2 adalah jenis DM yang paling banyak ditemukan yakni lebih dari 90%. Timbul makin sering setelah umur 40 tahun. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada kecendrungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Diabetes yang terdiagnosis paling umum terjadi di populasi umur setengah baya dan tua, dengan tingkat tertinggi terjadi pada orang berusia 65 tahun dan usia lebih tua. 1,2 Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti poliuria yaitu banyak kencing, polifagia yaitu banyak makan, polidipsia yaitu banyak minum dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Dalam pemeriksaan laboraturium didapatkan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL atau kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL. 1,3 Pasien DM memiliki kecendrungan tinggi untuk mengalami ulkus di kaki yang sulit sembuh dan berisiko amputasi. Keadaan ini memberi beban sosioekonomi baik bagi pasien dan masyarakat. Data menunjukkan 15-25% dari pasien DM akan mengalami ulkus di kaki dalam hidup mereka, sebanyak 14-24% memerlukan amputasi, pada pasien yang sudah sembuh dari ulkus, angka kumulatif dalam 5 tahun dalam hal kekambuhan mencapai 66% dan amputasi sebanyak 12%. Masalah tersebut sepenuhnya dapat dicegah melalui perawatan yang baik dan edukasi. Hanya dengan deteksi dini, pengawasan kaki yang ketat, pengobatan agresif,
Demam berdarah dengue/ dengue hemorrhagic fever merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia tropik termasuk Indonesia. 1 Beberapa dekade terakhir ini, insiden demam dengue menunjukkan peningkatan yang sangat pesat diseluruh penjuru dunia. Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia beresiko terserang demam dengue dan sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang beresiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. WHO memperkirakan sekitar 50 juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya. 1 Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah endemic. Daerah endemic pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap kejasian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus diwilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD dibutuhkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus-menerus, pengasapan (fogging), dan larvasidasi. 2 Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD tahun 2010 di Asean, dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Di Rektorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL kemkes RI), melaporkan kasus DBD tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang. Di idonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD. 1,2 Demam Berdarah Dengue terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Kejadian Luar Biasa(KLB) biasanya terjadi di daerah endemis ( kawasan berkembangnya penyakit tertentu) dan berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Di Indonesia penyakit ini mulai menyerang beberapa minggu setelah datangnya musim penghujan. Endemi mencapai angka tertinggi pada sebulan setelah curah hujan mencapai puncak tertinggi untuk
I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Menurut Depkes RI dalam Aris Sugiharto , peningkatan usia harapan hidup akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi cenderung mengalami peningkatan.
2019
1.2 Anamnesis Keluhan utama : Sesak napas Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak napas dialami sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan hilang timbul dan sesak dirasakan saat berjalan. Sesak napas dirasakan semakin memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit, dirasakan terus menerus dan dirasakan bahkan saat berbaring. Riwayat terbangun malam hari karena sesak napas disangkal. Sesak baru pertama kali dirasakan. Pasien juga mengeluhkan batuk. Sejak 1 tahun yang lalu, terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca. Disertai dengan lendir berwarna putih dan berbusa. Riwayat batuk berlendir berwarna hijau ada 1 tahun yang lalu dan dialami terus menerus. Nyeri dada ada bersamaan dengan keluhan utama. Demam disangkal. Keringat malam yang tidak dipengaruhi aktivitas disangkal. Mual ada saat masuk rumah sakit Wahidin. Muntah disangkal. Nyeri ulu hati disangkal. Ada riwayat penurunan berat badan namun tidak diketahui secara pasti. Nafsu makan dirasakan menurun. BAB lancar. BAK lancar. Riwayat merokok disangkal. Riwayat trauma atau kecelakaaan sebelumnya disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat dirawat dengan keluhan yang sama di RS di Barru sebelum masuk RS Wahidin. Pasien telah dirawat di RS Wahidin Sudirohusodo selama 21 hari, awal masuk di RS Wahidin sudirohusodo pasien didiagnosis dengan efusi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyebab kematian nomor 4 terbesar didunia. Hal ini menunjukan pentingnya peran ilmu kesehatan terutama dalam bidang prevensi dan terapi. PPOK juga merupakan penyebab utama terjadinya morbiditas kronik dan mortalitas, dimana banyak masyarakat yang meninggal akibat komplikasi dari PPOK. PPOK merupakan suatu penyakit paru kronik progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut. 1
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.