Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
1 file
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesprosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa mereka memiliki kemapuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah. Termasuk terakhir ini adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap caracara keluarga berencana yang aman, efektif dan terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk memiliki bayi yang sehat.
: Animalia (Invertebrata) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan positif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dana lam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 1.1. Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang ruang lingkup, objek dan permasalahan Biologi menurut agama yang dianutnya. 1.2. Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses. 1.3. Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan agama yang dianutnya.
OLEH : YODI HASRUL FIRMANSYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PACITAN 2010 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 MEMAHAMI FILSAFAT BAHASA A. PENGERTIAN FILSAFAT BAHASA B. OBYEK FILSAFAT BAHASA C. METODE MEMPELAJARI FILSAFAT BAHASA D. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT BAHASA BAB 3 FILSAFAT BAHASA DALAM PENGAJARAN DWIBAHASA (BILINGUAL TEACHING) BAB 4 KESIMPULAN BAB I PENDAHULUAN Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : "philosophia". Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : "philosophic" dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; "philosophy" dalam bahasa Inggris; "philosophia" dalam bahasa Latin; dan "falsafah" dalam bahasa Arab. Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia -philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli : Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles ( (384 -322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
1.0 PENDAHULUAN Dalam pendidikan sama ada pendidikan formal atau tidak formal, akan timbul beberapa persoalan yang akan ditimbulkan. Ini kerana ia melibatkan satu aktiviti pengajaran yang melibatkan ramai pihak seperti orang yang mengajar iaitu guru dan orang yang diajar iaitu pelajar. Dalam pengajaran dan pembelajaran juga sering dipersoalkan tentang kaedah, teknik atau cara bagaimana pendidikan atau pengajaran itu disampaikan. Selain itu, persoalan lain yang timbul ialah apakah yang bakal dipelajari atau diajar dalam pendidikan itu? Tahap pendidikan bagi setiap individu adalah berbeza dari aspek umur. Kurikulum pendidikan di setiap negara telah menggariskan panduan dan penggunaan kurikulum mengikut aspek umur. Sebagai contoh Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah dan Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah. Kurikulum adalah berasal daripada perkataan Latin 'curriculum' yang membawa maksud ruang tempat di mana satu pembelajaran itu berlaku. Sejak zaman Plato, perkataan ini telah diguna pakai iaitu kira-kira tahun 400 SM. Kurikulum mempunyai bidang-bidang yang telah ditetapkan bagi mengelakkan kecelaruan. Bidang kurikulum yang telah ditetapkan ialah kurikulum tafsiran spesifik dan umum, kurikulum dalam dan luar bilik darjah dan kurikulum nyata dan tersembunyi. Menurut Feldman,J.R. (1991) terdapat lima komponen utama bagi membentuk sesebuah kurikulum iaitu falsafah, matlamat dan objektif, isi kandungan, aktiviti pembelajaran dan penilaian. 1.1 Definisi Kurikulum Pelbagai definisi kurikulum telah ditakrifkan oleh pakar-pakar akademik. Tyler (1950) mendefinikan kurikulum sebagai pelajaran yang dirancang, dikelola dan dilaksanakan oleh sekolah berdasarkan objektif yang ditentukan. Kurikulum juga boleh dimaksudkan semua pengalaman yang berlaku di sekolah dan ia adalah bentuk penulisan yang dirancang untuk pembelajaran. Mengikut Kerr J.K. (2002) konsep kurikulum merupakan semua jenis pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh sekolah sama ada dalam kumpulan atau secara individu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 dan Undang -Undang tahun 2004 mengenai permasalahan perselisihan hubungan industrial, untuk melakukan alanisis terhadap permasalahan hubungan industrial, mengetahui pelaksanaan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh, mengetahui pelaksanaan perlindungan hukumnya dan menganalisis upaya perlindungan hukum.
Munculnya filsafat pertama kali ternyata bukanlah dari Yunani. Berdasarkan pelacakan sejarah para ilmuwan ternyata filsafat Yunani pun dipengaruhi oleh kebudayaan agama-agama yang berasal dari dunia Timur, terutama dari Mesir, Babilonia, Mesopotamia. Selain itu, dibagian dunia lainnya juga berkembang filsafat, seperti di India dan Cina. Filsafat ilmu dengan berbagai macam paradigmanya merupakan sejarah jalan menuju perkembangan ilmu pengetahuan di masa kini. Pandangan konstruktif dibutuhkan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan dengan metode apapun asalkan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam dunia islam, paradigma konstruktivisme merupakan tradisi pemikiran islam sejak kemunculan islam itu sendiri. Sebelum konstruktivisme berkembang perkembangan paradigma ilmu diawali positivisme yaitu suatu aliran fisafat yang hanya menerima ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan hanya didasarkan pada data empiris. Adapun post-positivisme lahir untuk melakukan perbaikan terhadap positivism yang dianggap memiliki kelemahan dan hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Adapun munculnya modernisme sebagai akibat dari kecenderungan berfikir bahwa manusia memiliki kekuatan untuk membuat, menaningkatkan dan membentuk kembali lingkungan dengan bantuan ilmu pengetahuan, tehnologi dan percobaan praktis. Adanya persoalan yang ditimbulkan oleh modernisme melahirkan post-modernisme walaupun post-modernisme tidak dapat dianggap sebagai paradigma alternatif untuk menawarkan solusi tetapi lebih tepatnya post-modernisme merupakan kritik permanen yang mengingatkan untuk mengenali esensi segala sesuatu.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Muslim Scholars Association of Malaysia (Persatuan Ulama Malaysia), 2020