Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
8 pages
1 file
Dosen Pengampu : Dr. H. Muhammad Rozali, MA Disusun oleh : KELOMPOK 13 1. Dwina Yulanda Utari (0305183206) 2. Nurul Rahma Dina Ritonga (0305183158) 3. Muhammad Alfi Syahrin Purba(0305183187) PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2019 A. PENDAHULUAN Langkah awal dalam melakukan kegiatan penelitian hadist adalah kegiatan
Abstrak Kitab al-Qur " an senantiasa menjadi objek kajian yang tak ada batas. Semakin lengkap piranti yang kita gunakan untuk mengkaji, maka semakin banyak pula yang kita peroleh. al-Qur " an diturunkan untuk umat manusia sebagai kitab petunjuk dan pembeda antara benar dan salah. Untuk mendapatkan fungsi tersebut, al-Qur " an butuh dipahami. Banyak cara dan pendekatan digunakan para ahli untuk memahaminya dengan tujuan mengungkap semua dimensi kehidupan seperti hukum, sosial, ekonomi, budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hadis merupakan sumber kedua setelah Al-Qur " an. Pembahasan persoalan hadis memiliki cakupan sangat luas, khususnya pada aspek waktu turunnya. Tipologi hadis terbagi menjadi dua, yaitu pra dan pasca kenabian. Hal ini menjadi penting untuk dikaji, mengingat perbedaan karakter dari dua bentuk hadis tersebut. mencari ilmu itu wajib (Fardu ain) bagi umat muslim, dengan catatan untuk mengetahui ilmu agama seperti fiqih, aqidah, akhlak dan serta mempelajari al-Qur " an dan Hadis. Sedangkan hukumnya menjadi fardu kifayah ketika seseorang tersebut mempelajari ilmu pengetahuan yang umum sepeti, ilmu teknologi, ilmu ekonomi, ilmu sosial. Yang di maksud dengan fardu kifayah karena tidak semua orang di tuntut memperaktekan ilmu-ilmu tersebut, sebagian besar saja yang mempelajarinya. Abstract Kitab al-Qur'an always be the object of study that there is no limit. The more complete the tools we use to examine, so the more we earn. Quran was revealed to mankind as a book of guidance and the distinction between right and wrong. To get these functions, Quran need to be understood. Many methods and approaches used by the experts to understand the purpose of exposing all the dimensions of life such as legal, social, economic, cultural, and science and technology. Hadith is the second source after the Qur'an. Discussion on the issue of tradition has a very broad scope, especially in the aspect of time and fall. Hadith typology is divided
Diposkan oleh Motivator Indonesia di 06.47 - 1 komentar I. Pendahuluan Periwayatan hadits adalah proses penerimaan (naql dan tahammul) hadits oleh seorang perawi dari gurunya, dan setelah dipahami, dihafal, dihayati, diamalkan (dhabith) ditulis di tadwin (tahrir) dan disampaikan kepada orang lain sebagai murid (ada) dengan menyebutkan sumber pemberitaan riwayat tersebut. Hadits bersumber dari Nabi Muhammad SAW yang disebut Shahih al-Riwayah, diwurudkan kepada sahabat sebagai rawi pertama atau thabaqah pertama, kemudian thabaqah tabi"in, tabi" altabi"in dan seterusnya, akhirnya ditadwin oleh mudawwin sebagai rawi terakhir pada diwan/kitab hadits. Kini hadits terhimpun pada kitab Mushannif hasil tadwin pada masa pertama diawal abad I Hijriyah, pada kitab musnad hasil tadwin kualifikasi diakhir abad II Hijriyah, pada kitab sunan dan shahih hasil tadwin seleksi di akhir abad III Hijriyah. Esensi periwayatan adalah tahammul, naql, dhabith, tahrir, dan ada" al-Hadits, atau disingkat tahammul wa al-ada". Suatu thariqah atau cara penerimaan dan penyampaian hadits.
Hadis 1 adalah seluruh perkataan, perbuatan, dan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW, atau menurut yang lain adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan (taqrir)-nya. 2 Hadis dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
ABDUSSOMAD 152.135.223 BUDIAWAN 152.135.222 PUTRI WULANDARI 152.135.253 NUR INAYAH 152.135.249 FAKULTAS SYARI'AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Secara bahasa, riba berarti bertambah, tumbuh, tinggi, dan naik. Adapun menurut istilah syariat, para fuqaha sangat beragam dalam mendefinisikannya.
Hadis atau Sunah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Alquran, secara fungsional hadis dapat berfungsi sebagai penjelas (bayan), tafsir yang bertujuan memberikan informasi tentang apa yang diucapkan Nabi SAW, dilakukan, disetujui maupun yang tidak disetujuinya, yang terkodifikasikan menjadi kitab jauh setelah nabi wafat. Penelitian terhadap hadis sangat diperlukan karena hadis yang sampai kepada Umat melalui jalur dan periwayatan yang panjang, sehingga wajar jika terjadi perbedaan dalam penerimaan maupun dalam memahami sunah. Hadis tidak bertambah lagi setelah Nabi wafat, namun permasalahan umat semakin bertambah dan demikian kompleks sehubungan perkembangan zaman. Oleh karena itu diperlukan metode pemahaman hadis yang lebih modern dan relevan dengan perkembangan zaman. Modernisasi sunah merupakan proses usaha pembaruan dalam pemahaman dan pengamalan sunah sesuai dengan tuntutan perkembangan kondisi masyarakat. Namun wilayah pembaruan sunah ini tidaklah terjadi secara keseluruhan hanya terjadi dalam sunah ahad dan permasalahan sosial, dimana sunah berfungsi sebagai penjelas Alquran. Puncak perkembangan hadis, telah melahirkan para tokoh pemikir sunah dan ulumul hadis, yang menghasilkan karya-karya yang tak terhingga nilainya. Maka dalam makalah ini akan di bahas beberapa tokoh modernisasi sunah dan pemikirannya, diantaranya adalah: Syekh Mahmud Syaltut, Syekh Yusuf Qardhawi, Syeikh Muhammad Al-Ghazali dan M.Syuhudi Ismail. BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Syekh Mahmud Syaltut Syekh Mahmud Syaltut dilahirkan pada tanggal 23 April 1893 di dea Minyat Bani Manshur, Distrik Itay, wilayah provinsi Buhaira, berasal dari keluarga petani yang taat beragama, ayahnya seorang petani yang memiliki9 karisma di desanya. Pendidikan Syekh Syaltut diawali dengan belajar membaca Alquran, dan beliau berhasil menghafalkannya pada tahun 1906M saat berusia remaja (13 tahun). Kemudian beliau memasuki lembaga pendidikan agama di Ma'had al-dini di Iskandariyah. Syekh Syaltut menyelesaikan studinya di Universitas Al-Azhar pada tahun 1918M, dengan predikat Syahadah al-Alimiyah al-Nizamiyah, suatu penghargaan tertinggi dari Al-Azhar atas prestasi yang dicapainya selama studi di universitas Al-Azhar. Setelah menyelesaikan pendidikannya dari Al-Azhar ia mengajar di Almamaternya, juga sebagai dan aktif sebagai penulis di majalah dan jurnal terbitan Al-Azhar. Syekh Syaltut mempelopori berdirinya Jamaah al-taqarib baina madzahib, suatu organisasi untuk mendekatkan mazhabmazhab, yang terdiri dari kalangan Sunni -Syiah, untuk menghilangkan fanatisme mazhab dalam hukum Islam.
LATUF FARISAH (0305183213) YENNI APRINA HASIBUAN (0305182138) DOSEN PENGAMPU : H. MUHAMMAD ROZALI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Pendahuluan Segala ucapan, perbuatan, ketetapan bahkan apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah SAW menjadi uswah bagi para sahabat dan umat islam yang kita kenal sebagai hadits. Pada masa Rasulullah masih hidup, hadist belum mendapat perhatian dan sepenuhnya seperti Al-Qur'an. Para sahabat khususnya yang mempunyai tugas istimewa menghafal Al-Qur'an, selalu mencurahkan tenaga dan waktunya untuk mengabadikan ayat-ayat al-Qur'an di atas alat-alat yang mungkin dipergunakannya. Tetapi tidak demikian dengan al-Hadits, walaupun para sahabat memerlukan petunjuk-petunjuk dan keterangan dari Nabi saw dalam menafsirkan dan melaksanakanketentuan-ketentuan dalam Al-Qur'an mereka belum membayangkan bahaya yang dapat mengancam generasi mendatang selama hadist belum diabadikan dalam tulisan. Baru setelah beberapa dekade usai wafatnya Nabi saw, muncul inisiatif-inisiatif untuk menulis hadits. Penulisan hadits ini pun dilaksanakan melalu secara bertahap, seiring dengan makin banyaknya sahabat yang wafat penulisan hadits makin dilakukan guna menghindari adanya kerancuan pendapat bagi generasi umat islam setelahnya dalam memecahkan permasalahan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.