Selasa, 29 Mei 2001, di klinik bersalin dekat rumah, pukul 16.30, saya dilahirkan secara normal. Lahir dengan panjang 47cm dan berat 2,7kg. Dalam proses persalinan, Ibu dibantu oleh seorang bidan namun, sayangnya ia lupa siapa nama bidan itu. Bidan itu sangat baik dan ramah sehingga sangat berkesan bagi Ibu. Proses persalinan yang dialami Ibu tidaklah mudah dan memakan banyak waktu meskipun posisi saya dalam kandungan sudah bagus. Hal ini terjadi karena ini merupakan kehamilan pertama Ibu, sehingga ia belum berpengalaman. Saat waktu persalinan tiba, Ayah dan keluarga mendoakan agar proses persalinan berjalan dengan lancar dan diberikan keselamatan. Karena doa itulah akhirnya saya lahir dengan selamat tanpa ada kekurangan dan Ibu memberi nama Syifa Nindita Rizkadewi. Cerita di balik nama yang ibu berikan berawal dari sebuah acara cerdas cermat di salah satu stasiun televisi swasta. Salah satu peserta di acara tersebut bernama Syifa Nindita dan peserta itu sangat cerdas serta mampu menjawab hampir semua pertanyaan yang diberikan kemudian hal itu membuatnya lolos sebagai pemenang. Dengan memberikan nama itu, ibu berharap saya menjadi anak yang cerdas seperti peserta cerdas cermat tersebut. Sedangkan nama Rizka merupakan gabungan nama ayah dan ibu yaitu Aris dan Eka. Saya anak pertama dari tiga bersaudara, adik laki-laki pertama saya bernama Muhammad Gibran Akbar dan adik laki-laki kedua saya bernama Hafidz Noer Febrian. Saya merupakan satu-satunya anak perempuan yang lahir dalam keluarga. Umur kami terpaut cukup jauh, namun itu tidak membuat saya sulit berinteraksi dengan mereka. Keberadaan mereka sangat berarti, dengan hadirnya mereka saya dapat belajar menjadi kakak yang baik dan juga dengan hadirnya mereka mampu menghibur saat saya kesepian. Saya lahir dan dibesarkan di Jakarta. Belum genap satu tahun, saya sudah mampu berjalan sendiri walaupun masih terjatuh. Saat itu, saya juga sudah mampu berbicara meski hanya tiga kata yaitu Ibu, Ayah dan susu. Ketika umur saya genap satu tahun, Ayah dan Ibu merayakannya dengan mengadakan pesta ulangtahun yang cukup meriah. Ayah menyewa badut dan menghias rumah dengan balon-balon dan hiasan pesta lainnya. Sedangkan Ibu membelikan sebuah dress pesta yang indah untuk saya pakai. Saat itu saya memang belum mengerti tentang pesta. Bahkan