Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2017, Jurnal Fides et ratio
…
18 pages
1 file
Tulisan ini bertujuan menjelaskan tradisi harta buang yang berlaku di masyarakat pedesaan Tanimbar dan Kei di Maluku dalam konteks teori pertukaran sosial. Kata " memahami " dalam judul tulisan ini menunjuk pada suatu usaha untuk menemukan pengertian, konsep dan pemahaman. Usaha ini bukan sesuatu yang mudah karena diperlukan sebuah kerja keras untuk menelusuri dimensi kultural dari tradisi harta buang. Selain itu, usaha ini pun harus menjangkau pemahaman tentang teori pertukaran sosial dalam ilmu sosiologi dan antropologi. Kata Kunci: Tradisi, harta buang dan pertukaran sosial.
Abstrak Tari Gandrang Bulo merupakan tarian khas masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar. Tarian ini sering di tampilkan pada pembukaan acara-acara berskala nasional sampai internsional. Tulisan ini dibuat agar kita bisa lebih memahami serta mengetahui nilai estetika yang terkandung pada Tarian Gandrang Bulo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi literatur lalu dianalisa dengan metode analisis kualitatif, sehingga akan didapatkan hasil berupa nilai estetika pada Tarian Gandrang Bulo berupa harmonisasi antara tarian, musik, candaan , serta keseragaman para penari. Abstract The Gandrang Bulo dance is a typical community of South Sulawesi, specifically in Makassar. This dance is often performed at opening events-national to international events. This paper is made so that we can better understand and understand the aesthetic value contained in the Gandrang Bulo Dance. The research was conducted using the literature study method which was then analyzed with qualitative analysis methods, so that the results obtained in the form of aesthetic assessment in the Gandrang Bulo dance consisted of harmonization between dance, music, jokes, and uniformity of the dancers.
Nurul Ariska , 2020
Abstrak Setiap masyarakat atau individu di dalam menjalani kehidupannya pasti memiliki panutan maupun aturan-aturan untuk mengatur tata cara di dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Dan selalu mengalami perubahan baik karena pengaruh alam atau pengaruh hukum-hukum yang di buat masyarakat itu sendiri. Bahkan setiap masyarakat memiliki pola(hukum) dan nilai-nailai dalam kelompoknya yang sama dalam proses perubahannya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif(qualitative descriptive). Dalam penelitian ini akan di deskripsikan tradisi yang masih Di budayakan d dalam suku Bugis yaitu tradisi Mattoana'ase yang dilakukan oleh masyarakat Bugis. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari hasil penelitian tokoh masyarakat. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain sistem tradisi Mattoana'ase suku Bugis dan makna dari tradisi Mattoana'ase. Kata kunci: Tradisi, Mattoana'ase, Suku Bugis. Pendahuluan Comte mengatakan bahwa disetiap tahapan akan selalu terjadi sebuah konsensus yang mengarah pada keteraturan sosial, yang Di dalamnya Ada suatu kesepakatan pandangan dan kepercayaan bersama. Dengan kata lain satu masyarakat dikatakan telah melampaui satu tahap perkembangan tersebut apabila suatu anggotanya telah melakukan yang sama sesuai dengan kesepakatan yang ada. Selain itu, ada satu kekuatan dominan yang menguasai masyarakat untuk melakukan konsensus demi tercapainya suatu keteraturan sosial (Martono, 2011). Sama halnya dengan suku bugis masih membudayakan tradisi yang namanya mattoana 'ase pada saat setelah semuah tanaman ksususnya padi di sawa dan di kebun sudah selesai Di panen lalu di keringkan dan di bawa ke rumah. Setelah beberapa hari padi setelah di panen maka akan dilakukan atau di kerjakan yang namanya Mattoana'ase. Tradisi ini Di budayakan oleh suku bugis Khususnya Di desa sadar kecamatan tellu limpoe kabupaten Bone. Tradisi ini merupakan tradisi yang turun temurun dari nenek moyang hinggah kecucu cicitnya sampai sekarang tradisi mattoana'ase ini masih sangat di budayakan di dalam suku bugis. Tradisi mattoana'ase ini dilakukan setelah panen guna melakukan syukuran atau rasa syukur kepada yang maha esa atas apa yang telah diperoleh dari kerja kerasnya yaitu menanam dan memanennya. Mattoana'ase juga merupakan tradisi yang sangat kental pada Suki bugis kususnya di desa Sadar yang terletak di kabupaten Bone Ini. Sehinggah suku Bugis sangat mempercayai atau membudayakan tradisi ini hinggah saat ini. Pada saat melakukan tradisi ini juga tidaklah gampang karena banyaknya bahan yang dipakai dimana bahan tersebut Di dapati di tempat tempat tertentu yakni daun paru, yaitu daun yang pakai atau digunakan dalam melakukan syukuran ini. Tata caranyapun tidaklah mudah maka dari itu syukuran ini atau tradisi yang membudaya ini masih di lestarikan hinggah saat Ini.
Jurnal Qof, 2018
Scientific traditions can be understood as a science understanding down from the predecessors who always followed continuously. The existing sciences that are inherited in Islamic societies also. The science that is understood is there aqliyah science and naqliyah. Both kinds of science is very necessary human to overcome various problems of life that exist. Both must be owned for the good of the world and the hereafter. Both are indispensable to Muslims today because of the decline. Muslims today are doomed and underdeveloped in science and technology, whereas in fact Muslims were once great in science. Where the West and Americans are still stupid. They were once leaders in science. But now Muslims are declining. This is due to political factors and economic colonization. Therefore, efforts should be made to improve the scientific tradition, so that the glory of Muslims can be re-achieved. Abstrak : Tradisi keilmuan bisa kita pahami sebagai pemahaman ilmu pengetahuan secara turun menurun dari para pendahulu yang senantiasa diikuti terus menerus. Ilmu yang ada yang diwariskan dalam masyarakat Islam juga bermacam ragam. Adapun ilmu yang dipahami adalah ada ilmu aqliyah maupun naqliyah. Kedua macam ilmu ini sangatlah diperlukan manusia untuk mengatasi berbagai persoalan hidup yang ada. Keduanya harus dimiliki untuk kebaikan dunia dan akhirat. Keduanya amat diperlukan untuk umat Islam saat ini karena sedang mengalami kemunduran. Umat Islam saat ini sangat terpuruk dan terbelakang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, padahal sesungguhnya umat Islam dulunya sangat hebat dalam ilmu pengetahuan. Di mana bangsa Barat dan Amerika masih bodoh. Mereka dulunya adalah para pemimpin dalam ilmu pengetahuan. Namun saat ini umat Islam mengalami kemunduran. Ini disebabkan oleh faktor politik dan penjajahan ekonomi. Oleh karena itu perlu diupayakan upaya memperbaiki tradisi keilmuan, agar kejayaan umat Islam dapat kembali diraih.
TRADISI SAPARAN, 2022
Tradisi Saparan di Lereng Gunung Merbabu merupakan tradisi yang masih rutin dilakukan oleh masyarakat sekitar Lereng Gunung Merbabu. Hal yang melatarbelakangi dilakukan penelitian ini adalah pada era globalisasi sekarang ini tradisi Saparan di Lereng Gunung Merbabu masih rutin diselenggarakan meskipun Saparan di daerah lain di Kabupaten Magelang sudah semakin meredup. Selain itu, ritual-ritual yang menyertai proses Saparan di Lereng Gunung Merbabu juga masih dilakukan sejak jaman pendahulu mereka shingga sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi tradisi Saparan di Lereng Gunung Merbabu dalam arus globalisasi.
Jim-Zam, 2022
The ruwatan tradition teaches us as cultured humans to be responsible for preserving nature and everything in it. In this tradition, human dignity is increased in various efforts to foster harmony between communities, based on the belief that these efforts are beneficial for all of us. Ruwatan itself comes from the word ruwat which means free or free. Ruwatan is a ceremony carried out to eliminate the impact that can take the form of bad luck, keep away all the bad possibilities that can occur if someone is one of the people who must be treated. From the research that has been carried out, it shows that the Ruwatan Bumi traditional ceremony in Karangpetir Village, Tambak District, Banyumas Regency has existed since the era of the Mataram kingdom, because Tambak is the territory of the kingdom. This tradition is preserved by traditional Javanese society. Ruwatan bumi does not only contain spiritual magical function values, but also has social function values to strengthen human relations. The progress of civilization in the era of globalization as it is today does not dampen the enthusiasm of residents in Karangpetir Village, Tambak District, Banyumas Regency to continue to preserve one of the kejawen traditions. So that this tradition can be allowed istihsan.
Artikel ini berisi uraian tentang masalah-masalah yang melatarbelakangi pelaksanaan tradisi harta buang, pihak-pihak yang terlibat dan kompensasi harta adat sebagaimana dipraktekkan pada masyarakat Katolik di Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Kei. Dengan berdasarkan pada penelitian kualitatif, artikel ini akan mendeskripsikan masalah-masalah dan semua prosedur adat berdasarkan apa yang kini dihidupi oleh masyarakat-masyarakat Katolik tersebut pada saat ini.
Prodi S1 Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki beragam jenis suku, adat dan kebudayaan. Setiap daerah tentunya memiliki kesenian dan tradisi dengan ciri khasnya masing-masing. Hal tersebut dipengaruhi oleh latar belakang suatu daerah tersebut baik dari lingkungan maupun masyarakat itu sendiri. Seperti dalam pendapat Sudibyo: Kesenian yang lahir dari masyarakat suatu daerah pasti tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat tersebut, karena berdasarkan sejarahnya seni tradisional asli suatu daerah adalah jenis kesenian yang tumbuh dan berasal serta berkembangnya di daerah itu (Sudibyo, 2003 : 15). Sementara pengertian upacara tradisional menurut Suyono (dalam Herawati, 2004:115) adalah kegiatan pesta tradisional yang diatur menurut tata adat atau hukum yang berlaku pada masyarakat dalam rangka memperingati peristiwa-peristiwa penting atau lain-lain dengan ketentuan adat yang bersangkutan. Dari kedua pendapat tersebut, terlihat bahwa perbedaan kesenian dan tradisi tak terlepas dari pola hidup, keadaan alam, sistem religi, sejarah dan kebiasaan daerah itu sendiri. Kesenian dan tradisi hadir dalam kehidupan masyarakat karena memiliki peran tertentu dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.Oleh karena itu, kesenian dan tradisi akan tetap hadir dalam suatu masyarakat apabila masyarakat tersebut masih membutuhkannya. Pembuat makalah, Umi Marfathonah adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Desa Papringan. Desa Papringan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Banyumas sendiri adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Purwokerto. Kabupaten yang berada di selatan Pulau Jawa ini, memiliki luas LAMPIRAN Tradisi Suran yang dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Berikut adalah dokumentasi dalam prosesi pembagian makanan nasi takir.
Kehidupan manusia di dunia, yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lain untuk dapat hidup bersama, dan membentuk sebuah keluarga atau yang disebut dengan perkawinan. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 B berisi ketentuan bahwa setiap orang berhak melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal
PENGENALAN Di daerah Limbang, Sarawak, kebanyakan masyarakat Melayu Brunei tinggal di petempatan kampung air. Suku kaum Melayu Brunei mendominasi kawasan petempatan kampung air di tebing Sungai Limbang dan pesisir pantai Teluk Brunei sejak keagungan pemerintahan Kesultanan Brunei lagi. Rumah-rumah suku kaum Melayu Brunei ini dibina menghadap sungai atau laut. Ketika air pasang tiang-tiang rumah akan ditenggelami air dan rumah kelihatan berada di atas permukaan air. Pembinaan rumah suku kaum Melayu Brunei di kampung air Lrlrususnya rumah tradisi mempunyai adat dan kepercayaaurya yang tersendiri. Bagi masyarakat Melayu Brunei, membinarumah mengikut adat dan kepercayaan akan menentukan kekukuhan rumah dan kesejahteraan penghuninya. Adat dan kepercayaan dalam membina rumah juga akan mempengaruhi cara pembinaan sesebuah rumah itu dilakukan.
Badudus or the ritual of physical and spiritual purification is part of Banjar culture, South Kalimantan. This ritual is said to have existed since the time of the Banjar kingdom. The Badudus ritual was once performed among the royal family, especially by the descendants of the kingdoms of Dipa and Daha. Until the time of the Banjar kingdom, this ritual was still practiced, especially during the coronation of the king and the conferment of noble titles to people who were considered worthy of the title. Until the time of the Banjar kingdom, this ritual was still used specifically for the coronation of the king or the conferment of noble titles to people who were considered worthy of the title. After the Banjar kingdom was abolished by the Dutch East Indies colonial government in 1860, the Badudus ritual developed in the community as an effort to preserve the culture. There are two Badudu traditions that developed in Banjar society. Badudus or commonly called Mandi Mandi before marriage and in the seventh month of pregnancy. The Badudus tradition is a tradition of the Banjar tribe, especially in South Kalimantan, where a bridal shower is usually performed a few days before the wedding ceremony. This tradition was originally only allowed to be carried out by descendants of the Banjar royal family or only the nobles, after the Banjar kingdom collapsed the tradition could only be carried out by several bloodlines, but ordinary Banjar people could also carry out the tradition. This tradition is an obligation that must,
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Anis Khumairah, 2020
Jim-Zam, 2022
Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, 2020
Tugas Akhir WSBM, 2020
IBNU ILMIAWAN JULIANTO, 2020
Tugas UTS SPI smstr 7 UIN Walisongo, 2018