Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Buku “Bertumbuh Mejuju Kedewasaan: Buku Kenangan Duapuluh Tahun Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA)" merupakan kumpulan tulisan tentang perkembangan GKPA sejak berdiri hingga memasuki usianya yang keduapuluh. Dalam buku kenangan ini ada sekitar duabelas tulisan/artikel.
Abstrak Penerjemahan menurut J.C Catford (1978: 22) merupakan pengalihan wacana dalam bahasa sumber (BSu) dengan wacana padanannya dalam bahasa sasaran (BSa). Penerjemahan memiliki peranan penting dalam komunikasi interlingual dan pengambangan ilmu pengetahuan. Penerjemahan mampu menjembatani kesenjangan komunikasi yang baik dalam dua bahasa yaitu bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa). Kemampuan yang seperti itu biasanya dimiliki oleh dwibahasawan. Dalam kajian sosilingusitik, Abdul Chaer (2004: 84-85) menjelaskan bahwasanya dwibahasawan adalah seseorang yang mampu menguasai bahasa ibunya atau bahasa pertama (B1) dan mampu menguasai bahasa kedua (B2). Penelitian ini mengorelasikan antara kedwibahasaan penerjemah dalam buku terjemahan La Tahzan. Buku yang tergolong laris di Indonesia dan hingga tahun 2013 telah mencapai cetakan yang ke-56 sejak cetakan pertama tahun 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana besar pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) penerjemah dan sebaliknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian bahasa sinkronis. Peneliti menggunakan metode simak untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode padan interlingual untuk memperoleh hasil penelitian yang objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya dalam penerjemahan buku La Tahzan, penerjemah dipengaruhi bahasa kedua (B2). Sehingga penerjemahan dari bahasa Arab (BSu) yang menjadi bahasa kedua (B2) ke dalam bahasa Indonesia (BSa) yang menjadi bahasa pertama (B1) sangat kaku. Akibatnya penerjemah belum dapat mewakili keefektifan dan keindahan bahasa yang disampaikan oleh Aidh al-Qorni dalam buku La Tahzan. Kata kunci: La Tahzan, dwibahasa, penerjemahan, bahasa pertama (B1), bahasa kedua (B2) Pendahuluan Terjemah bukanlah berasal dari bahasa Indonesia, melainkan bahasa arab yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab dikatakan tarjama fulannun kalama ghairihi yang artinya seseorang menjelaskan ucapan/pernyataan ke dalam bentuk bahasa lainnya (Fatawi, 2009: 2). Secara terminologi terjemahan menurut J.C Catford (1978:22) merupakan pengalihan wacana dalam bahasa sumber (Bsu) dengan wacana padanannya dalam bahasa sasaran (Bsa). Suhendra Yusuf dalam bukunya Teori Terjemah (pengantar ke arah pendekatan linguistik dan sosiolinguistik) (1994:8) mendefinisikan bahwasanya terjemah merupakan semua kegiatan manusia dalam mengalihkan informasi baik berupa pesan verbal maupun nonverbal dari informasi sumber dalam informasi sasaran. Dua definisi ini dapat
dan karunia-Nya Saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pengetahuan Sosial tentang Kebudayaan ini. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan saya terima dengan senang hati.
Dewasa ini, bersamaan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin global, kondisi lingkungan hidup juga semakin berubah. Lingkungan hidup sebagai tempat melaksanakan segala aktifitas kehidupan, kini menunjukan perkembangan menuju ke arah yang memprihatinkan. Semakin maraknya kebutuhan manusia yang harus mutlak dipenuhi tanpa memandang dampak terhadap kondisi lingkungan hidup hayati itulah salah satu penyebab semakin kritisnya kondisi lingkungan hidup tersebut. Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya. Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara pengekspor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran yang menyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya. Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia. Disamping itu, iptek dan teknologi dikembangkan dalam bidang antariksa dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan hidup sering menimbulkan ketidakharmonisan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang tepatan dalam menerapkan berbagai perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan merugikan masyarakat dan pemerintah Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal ini kami menyusun makalah yang mengambil tema “Pencemaran Lingkungan” agar kita dapat mengetahui darimana pencemaran lingkungan itu datang dan bagaimana cara penanggulangannya.
Teraskarsa Publisher, 2020
Fundamentalisme keberagamaan yang berpotensi pada radikalisme dan terorisme beragama, menjadi persoalan serius yang dihadapi bangsa ini. Fenomena ini terjadi disebabkan kemunculan tokoh agama dan intelektual yang instan, pragmatis, silsilah dan kapasitas keilmuan keagamaan yang tidak jelas dan berorientasi pada politik ideologi, bahkan memiliki pengaruh massa yang luar biasa melalui jejaring media sosial. Konten dan video melalui internet (website, youtube) dan media sosial (whatsapp, facebook, instagram, twitter) telah menjadikan tokoh-tokoh agama baru itu sebagai rujukan bagi keberagamaan masyarakat Indonesia. Ironisnya, tidak jarang konten narasi dan video keagamaan yang beredar berisi ujaran kebencian (hate speech), berita bohong (hoax), dan sentimen-sentimen politik identitas, semisal fanatisme agama, suku, agma, ras dan antargolongan, yang bisa mengancam keutuhan bangunan kebangsaan yang sudah disepakati bersama oleh founding fathers dan founding mothers bangsa ini.
Pustaka Al-Fadhilah, 2022
Moderasi beragama adalah proses memahami, sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem, baik ekstrem karena terlalu berlebihan yang dapat memicu sikap radikal, maupun ekstrem karena terlalu longgar yang dapat menyebabkan sikap liberal. Keduanya tentu tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang hanif. Akibat tidak memahami moderasi beragama, banyak orang yang terjebak pada praktik keagamaan yang tidak sejalan dengan ajaran dan prinsip agama itu sendiri. Di kalangan remaja, ketidakpamahan terhadap moderasi beragama telah menyeret para siswa kepada perilaku esktrem kanan, sehingga menyebabkan radikalisme dan intoleransi, dan juga telah menjerumuskan mereka kepada perilaku ekstrem kiri yang menyebabkan liberalisme, pluralisme, dan sekularisme. Banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku ekstrem para remaja tersebut, terutama para pelajar di bangku sekolah menengah atas. Lantas apa sebenarnya yang menyebabkan mereka bersikap demikian? Tidakkah selama ini materi pembelajaran agama di sekolah sudah cukup memadai dan disamakan secara nasional? Adakah kekurangan yang perlu dibenahi dalam kurikulum nasional untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? Baca terus hingga tuntas buku ini untuk menemukan jawaban dan solusi yang konkrit atas permasalahan tersebut.
Adhesty Novita Xanda, 2021
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat rahmat dan limpahan hidayah-Nya penulis berhasil menyusun buku ajar ini.
komunikasi kelompok tani agroforestri
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan. Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H 2 O dan CO 2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil. Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen hijau daun yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) di mana energi diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses–proses kehidupan. Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerobik ini diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam proses respirasi secara anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa lain karbondioksida. Pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimiawi pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan
Makalah, 2009
Ok
The response of soybean (Glycine max L.) to above and below ground environmental change can be positive and negative. The response can be identified from phenotipic as well as physiological change of the plant. The above ground environment affect soybean growth is mainly intensity and photoperiods, temperature and CO2 concentration. Optimum photoperiods is 10–12 hours. Decreasing sun shine intensity reduced plant hight, increase the internode, decrease number of leaf, pod set and seed size. Response of soybean to temperature depends on the growth phase. The optimum temperature during seedling, flowering, and maturing stage is 15–22 oC, 20–25 oC, and 15–22 oC respectively. Increasing CO2 atmospher from 349 μL to 700 μL increase carbon exchange rate, reduce transpiration rate, and increase water use efficiency. The below ground condition affect soybean growth is mainly soil texture, soil moisture and nutrient content, soil acidity, toxic element, soil temperature, and salinity. Soybean is favourable on light to heavy texture soil. However, compacted soil (bulk density >1.38 kg/m3) is unfavourable for soybean. Soybean of generative stage need more water than that of vegetative stage, so that soybean more sensitive to water stress during generative stage, especially during flowering and pod filling stages. Optimum soil moisture content for soybean is 70–85% of field capacity. Nutrient concentration of soil must be above the critical deficiency level in order soybean grows normally. The critical deficiency level of a nutrient is various depends on soil type and the method of analysis. Soil temperature affect mainly during seedling stage, and optimum is 24.2 to 32.8°C. Soybean is moderately sensitive to salinity, and the critical level is 1.3 dS/m. Rhyzobium has an important role for N supply for soybean, but inoculation mostly ineffective on soil where soybean is often cultivated. Keywords: Glycine max L., interaction, environment
Berikut contoh naskah pidato untuk lomba pidato BKKBN dengan durasi waktu sekitar 15 sampai dengan 25 menit.
Oleh : ROLAS SINAGA E1D013082 AGRIBINIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Kepada Dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan, yang telah memberikan pelajaran dan bimbingan dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan, saya mengucapkan terima kasih. Demikian juga kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu hingga dapat diselesaikannya laporan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan. Penulis juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, data dan kemampuan yang penulis miliki. Dan saya masih mengharapkan segala saran, kritik dan umpan balik guna penyempurnaan laporan ini. Agar kesalahan tersebut tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Bengkulu, Desember 2014 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu syarat unutk terbentuknya negara adalah adalah penduduk. Secara luas penduduk dapat artikan sebagai populasi manusia yang menempati area atau wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Menurut BPS, pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia adalah 248.875.796 jiwa (situs resmi BPS, 2014). Hal ini mengakibatkan
Tumbuhan invasif adalah tumbuhan yang dapat mengancam integritas lingkungan alam maupun semi alam dan memberikan dampak yang luar biasa pada komunitas flora maupun fauna alam. Tumbuhan invasif akan selalu menyebar sehingga dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem di alam. Tujuan dari review artikel ini adalah untuk membahas pengaruh tumbuhan invasif bagi kualitas kehidupan satwa liar di hutan. Metode yang digunakan dalam review ini berdasarkan studi literature dari beberapa publikasi ilmiah di jurnal tentang pengaruh tumbuhan invasif bagi kualitas kehidupan satwa liar di hutan dengan jumlah 14 jurnal. Hasil yang digunakan dari beberapa studi menunjukkan pengaruh tumbuhan invasif terhadap kehidupan satwa liar di hutan.
Juli Yanda Putra, 2018
Abstrak Kenyamanan Termal merupakan hal terpenting bagi seorang perancang dan bagi penghuninya. Nyaman atau tidaknya suatu bangunan sedikit berbeda pada setiap orang yang merasakannya. Kenyamanan Termal sangat berpengaruh bagi aktifitas si penghuni tersebut, karena jika suatu bangunan tidak mempunyai kenyamanan yang layak akan mengakibatkan si pelaku atau si penghuni kesulitan untuk melakukan aktifitasnya. Bukaan pada suatu bangunan juga memiliki pengaruh terhadap kenyamanan termal, terlebih lagi di indonesia yang beriklim tropis. untuk itu dalam merancang suatu bangunan seorang arsitek harus memikirkan bukaan yang ideal di tiap-tiap ruang agar si pengguna merasa nyaman dalam melakukan aktifitasnya. Kajian ini bertujuan untuk mengemukakan pentingnya penempatan bukaan terhadap kenyamanan termal sesorang yang dilakukan dengan pengumpulan data primer maupun sekunder, evaluasi data melalui analisis data dari berbagai referensi, dan kesimpulan berupa penjelasan dan berbentuk narasi. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa bukaan akan menjadi analisis yang penting dalam merancang suatu bangunan. Abstract Thermal comfort is the most important thing for a designer and for its occupants. Comfortable or not a building is slightly different to everyone who feels it. Thermal comfort is very influential for the activities of the occupants, because if a building does not have a decent comfort will result in the perpetrator or the occupants difficult to perform activities. Aperture on a building also has an influence on thermal comfort, especially in tropical Indonesia. for that in designing a building an architect should think of the ideal openings in each room for the user to feel comfortable in doing their activities. This study aims to highlight the importance of placement of openings to the thermal comfort of a person conducted with primary and secondary data collection, data evaluation through data analysis of various references, and conclusions of explanation and narrative form. The results of this study show that the openings will be an important analysis in designing a building.
laporan, 2021
laporan manajemen sumberdaya manusia
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.