Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan distribusi cacing pada berbagai organ ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) yang dipasarkan di Kedonganan, Badung. Sampel yang digunakan adalah 35 ekor ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) yang berasal dari pasar ikan Kedonganan. Ikan diperiksa di laboratorium secara kasat mata yang dilanjutkan dengan pemeriksaan dibawah mikroskop. Selanjutnya data mengenai distribusi cacing pada berbagai organ yang didapat dalam penelitian dapat digunakan rancangan penelitian Crosss Sectional Study yang dilaporkan secara deskriptif. Hasil pengamatan terhadap sampel adalah ditemukannya 4 jenis parasit cacing, yaitu dari filum cacing Nemathelminthes (Anisakis spp, Camallanus spp, dan Acanthocephala) dan Plathyhelminthes (Digenea). Cacing Anisakiss spp ditemukan pada organ rongga perut, usus, pylorik, perut, dan gonad. Hal ini diakibatkan karena Anisakis spp pada ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) masih berupa larva yang hidupnya motil sehingga bisa berpindah tempat. Sedangkan Anisakis spp dewasa terdapat pada mamalia laut (lumba-lumba dan paus), dimana cacingnya sudah bersifat dormant/ menetap pada jaringan otot. Organ alami Camallanus spp adalah pada organ usus, tetapi dalam
Sejak beribu-ribu tahun silam, manusia sudah mengenal adanya ikan, berjuta-juta macam ikan tersebar di muka bumi. Ikan adalah hewan vertebrata air yang berdarah dingin, bernafas dengan insang, bergerak menggunakan sirip, memiliki linea lateralis dan hidup di air. Ikan mendiami hampir setiap bagian ekosistem akuatik di dunia. Nelson (1984) memperkirakan bahwa jumlah spesies ikan yang hidup dimuka bumi ini adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada di perkirakan sekitar 43.173 spesies. Namun hal demikian harus dimaklumi bahwa penemuan spesies ikan baru terus berlangsung setiap tahun, dan jauh lebih cepat dibandingkan dengan penemuan spesies hewan lain, seperti bangsa burung atau hewan vertebrata lain. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan dan lautan yang memiliki potensi cukup besar dalam mengahasilkan ikan,baik ikan laut maupun ikan darat. Propinsi Riau memiliki keanekaragaman sumberdaya perikanan yang cukup besar baik itu perikanan air tawar maupun air laut. Ikan air tawar sebagian diproduksi dari hasil tangkapan diperairan umum, yaitu sekitar 13.807 ton atau sekitar 97,01 % dari potensi keseluruhan sebesar 14.232 ton/tahun yang telah dimanfaatkan. Sementara produksi perikanan dari hasil budidaya baru mencapai 3,1 % dari potensi yang ada sebesar 36.835 Ha. (Dinas Perikanan Tingkat I Riau, 2001). Ikan merupakan organisme tingkat tinggi yang memiliki nilai ekonomis dan ekologi penting. Mengingat pentingnya keberadaan ikan dalam suatu
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME, sehingga atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan. Proses penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dra. Aditya Marianti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unnes, dan juga selaku salah satu dosen mata kuliah Fisiologi Hewan. 2. Drh. Wulan Christijanti, M.Si. selaku dosen mata kuliah Fisiologi Hewan dan dosen pembimbing dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Mbak Tika, selaku penanggungjawab Laboratorium Fisiologi Hewan, terima kasih atas waktu, tenaga, dan bimbingan yang telah diberikan. 4. Teman -teman seperjuangan, tetap semangat teman! Ilmu yang kita dapatkan tidak akan pernah sia -sia di hari nanti. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semarang, 13 Mei 2009 Penulis
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kapang yang diisolasi dari produk ikan pindang. Pengambilan sampel dilakukan di enam lokasi, yaitu Jakarta, Bogor, Pelabuhan Ratu, Bandung, Cirebon, dan Semarang. Isolasi kapang dilakukan dengan metode pengenceran bertingkat, sedangkan identifikasi kapang dilakukan secara morfologi dan molekuler berdasarkan data sekuen nukleotida dari daerah ITS rDNA. Sebagai data dukung, terhadap ikan pindang juga dilakukan analisis kadar garam dan nilai aktivitas air (aw). Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar garam sampel ikan pindang berkisar antara 1,20-7,78% dengan aw 0,91-0,98. Sebanyak 119 isolat kapang berhasil diisolasi dari 30 sampel ikan pindang. Isolat-isolat tersebut termasuk ke dalam tujuh marga dan 16 spesies yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A. ochraceus, A. oryzae, A. sydowii, A. terreus, Cladosporium allicinum, Eurotium chevalieri, Fusarium graminearum, F. cerealis, Loweporus sp., Penicillium citrinum, P. cher...
Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telur, berat telur tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelur yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nnematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis.
BIODIDAKTIKA: JURNAL BIOLOGI DAN PEMBELAJARANNYA
Buku Ajar ini membahas tentang Definisi, Klasifikasi, Alat Penangkap Ikan, Daerah Penangkapan Ikan, Tingkah Lau ikan, kapal Penangkap Ikan serta Penangkapan ikan ramah lingkungan . Buku ini mengambil literatur dari berbagai media referensi seperti internet, buku-buku terkini, serta pengalaman yang diperoleh di lapangan. Buku ini juga menyajikan persoalan dan pemecahan yang umum dihadapi dalam memangkap ikan . Ini bertujuan untuk melatih nalar mahasiswa dan pembaca dalam menyelesaikan permasalahan . Dengan demikian, ketika mahasiswa terjun ke lapangan, perhitungan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Walau ditujukan untuk mahasiswa, buku ajar ini berlaku umum, dan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam menambah wawasan. Sebagai bahan ajar yang diterbitkan perdana, buku ini masih memerlukan berbagai masukan untuk penyempurnaan isinya. Di samping itu, kekurangan-kekurangan di dalamnya menjadi hal yang tidak dapat dihindari mengingat perbedaan sudut pandang terhadap pemahaman literatur. Semoga buku ajar ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan bermanfaat terhadap kemajuan pendidikan Indonesia.
Laporan Biodas, 2016
Kehidupan makhluk hidup di dalam air seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Tidak berbeda dengan manusia dan makhluk hidup lainnya yang berada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan hidup. Air yang mengandung oksigen yang terlarut yang berperan penting bagi kehidupan makhluk hidup di dalam air. Akan tetapi, jika kangdungan oksigen yang terlarut di dalam air sedikit atau kurang dari batas normal maka hal tersebut menandakan telah terjadi pencemaran air. Pencemaran air disebabkan oleh beberapa faktor seperti limbah rumah tangga. Akibat dari pencemaran air yaitu dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di dalam air, seperti pada ikan yang ditandai dengan perubahan frekuensi gerak operculum ikan. Kata kunci : Pencemaran air, faktor penyebab pencemaran air, dampak pencemaran air.
Indonesia Medicus Veterinus, 2012
Potensi Ikan Kerapu di Papua dan Papua Barat, 2017
Groupers is a demersal fish with a high economic value which is currently decreasing due to the increasing level of catching, so it needs to be preserved. The purpose of this observation is to know the bioecology of groupers, the utilization rate and the effort of grouper fish management in Papua dan West Papua Provinces. This observation be held on 6th February- 6th May 2017. The observation result identified five genera consisting of 22 species of groupers. The growth pattern of groupers in Papua is allometric negative and isometric in West Papua. Sample groupers dominant in Papua be at length class 19,1-26,1 cm, while in the West Papua at length class 23,87-29,73 cm. Fleet used by fishermen in Papua has length 9m, wide 1 m and high 0,5 m. The fishing gear used is hand line. The length at the first capture (Lc) in Papua is 19,04 cm and 24,28 in West Papua. CPUE in Papua having equation 1,1-0,000001f and in the West Papua is 9,6-0,00003f. The MSY obtained based on the calculation of secondary data from DKP Province years 2011-2015 obtained 383.794,06 kg for Papua and 755.521,59 kg for West Papua. Total Allowable Catch in Papua is 307.035,25 kg and 604.417,27 kg. Level of groupers utilization in 2015 according to KEPMEN-KP No. 47 2016 in Papua is fully-exploited and in West Papua is over-exploited. Arrangements on fishing seasons, limited of fishing fleets and the size of captured fish need to be done in order to suppress the amount of production in both provinces so that the utilization rate will not be over-exploited.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
The high interest of public to Marine fish, making more request of chub mackerel (Scomber japonicus). Chub Mackerel is one commodity that has economic and high nutrient value. The Chub Mackerel obtained from the Indonesian importation from China. However, fish importation can be affected by diseases caused by helminthic endoparasites infection. The parasites that infected chub mackerel probably be caused by pollution due to environmental factors that could decreased the immune system, and making a fish easily infected by helminthic endoparasite as Anisakis. This parasite is zoonosis and could infected to human. Therefore, identification and prevalence of this parasite was needed in order to human consumed and managed this fish correctly. The purpose of this study was to identify and to know the prevalence of this helminth that infected a chub mackerel fish (Scomber japonicus) from fish importation that were sold in Fish Landing Base Muara Angke, North Jakarta. Research methodology u...
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan tingkat prevalensi cacing endoparasit pada saluran pencernaan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) di Keramba Jaring Apung Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengambilan sampel sebanyak 30 ekor ikan yang berukuran 20-35 cm menggunakan metode purposive sampling. Organ yang diamati lambung dan usus, kemudian dilakukan identifikasi dan penghitungan prevalensi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jenis cacing endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) di Keramba Jaring Apung Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung adalah larva stadium tiga Anisakis physeteris (Anisakis tipe II) dan Cucullanus heterochrous. Prevalensi kakap merah yang terinfeksi endoparasit adalah 10%, terdiri dari Anisakis physeteris (Anisakis tipe II) sebesar 7% dan Cucullanus heterochrous sebesar 3%.Kata Kunci: Identifikasi, Prevalen...
The Indonesian Green Technology Journal, 2019
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan koi adalah ketidaksesuaian jenis pakan yang diberikan. Ikan koi saat larva memerlukan pemberian pakan yang tepat yaitu pakan alami karena sistem pencernaannya belum sempurna. Kelebihan dari pakan alami yaitu mempunyai ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan, memilki kandungan protein tinggi dan mudah dicerna. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan larva pada pembenihan ikan koi dengan pemberian pakan alami planktonik yang berbeda dan mengetahui tingkat kecernaan pakan alami plantonik pada ikan koi. Pakan planktonik yang digunakan untuk perlakuan pada larva koi yaitu Chlorella sp, Artemia salina dan Daphnia magna. Hasil penelitian menunjukkan nilai Spesific Growth Rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik larva ikan koi diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan pemberian pakan Daphnia magna dengan nilai sebesar 2,7%/hari. Nilai survival rate (SR) atau kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan pemberian Daphnia magna sebesar 50,67% dan hasil kecernaan pakan yang tertinggi pada perlakuan pemberian Daphnia magna sebesar 53,55%. Kualitas air pada perlakuan pemberian pakan planktonik untuk ikan koi masih pada kondisi optimal.
Jurnal STP, 2016
The study aimed to determine the relationship between the length of heavy fish float were swept in marine waters Jawa.Pelaksanaan done 2 trips, where the first trip in June to August 2016hasilnya 116,000 kg, whereas the second trip in September until October 2017 the results of as many as 58,600 kg , The composition of the catch consists of fish float 65 700 kg (38%), tuna 25 150 kg (14%), trevally splotch 24,700 Kg (14%), japuh 22.950kg (13%), flatulent man 12.700 kg (7%), 12,650 songs kg (7%). Black pomfret 8.100kg (5%), and calamari 2.650 kg (2%)
2015
Sosis merupakan produk olahan daging yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Untuk itu diperlukan bahan baku dengan harga yang terjangkau dengan kandungan protein yang tinggi. Sehingga pada penelitian ini menggunakan ikan lele sebagai bahan baku sosis. Ikan lele ( Clarias gariopinus ) merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki kandungan protein sebesar 63.86%, mudah dicerna dan mempunyai kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Untuk meningkatkan kandungan gizi pada sosis, proses pengolahannya dilakukan dengan cara fermentasi. Proses fermentasi ini ditambahkan bakteri Lactobacillus plantarum yang merupakan bakteri homofermentatif dan tahan dalam kondisi asam. Perlakuan terbaik diperoleh pada lama pengasapan 60 menit dan lama fermentasi 2 hari dengan karakteristik kadar pH 5.27, total asam 7.730%, total BAL 1.19 x 10 9 cfu/ml, protein 17.49%, lemak 10.39%, kadar air 57.24%, kadar abu 2.37%, organoleptik rasa 2.57 (suka), aroma 2.60 (suka), warna 2.57 (suka) ...
Adding formaldehyde into food as a preservative is a common practice in some fish sellers. The detection of such reagent using Schiff reagent, a reatively cheap and easy to perfom test, was carried out on marine milk fish (Chanos chanos) treated with 0,03% (300 ppm), 0,04% (400 ppm) and 0,05% (500 ppm) for one hour. The sensitivity and specificity of Schiff to detect formaldehyde in the fish were studied. The effects of formaldehyde on the fish were evaluated in terms of the pH., organoleptic figure, and histopathology of fish tissues. The results showed that the method is 100% sensitive and specific for formaldehyde of 0,05% concentration. The pH relatively wasn't changed. The score of organoleptic figure decreased as the concentration increased. Formaldehyde effected histopathology of gills, but not gastric, skin, and carcass. Forrnaldehyde had rupture of gill lamellae, hyperplasia of inflammation cells, and hypertrophy of epithel.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.