Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
This study focused on the semantic field for the categorization of meaning, kind of meaning and semantic structure of verbs touch in Indonesian (verba sentuh). The reason of this research is the discovery of ambiguous meaning of a word when we refer to the monolingual dictionary that exists today. The method used is descriptive method with a form of qualitative research. The data in this study is verbs touch and source of research was obtained from the dictionary of Indonesian language (Kamus Besar Bahasa Indonesia) in 2008. The theory used in this analysis is the theory of Natural Semantic Metalanguage (NSM). Data were analyzed using three stages, data reduction, data presentation and conclusion/verification. The analysis result obtained was four original meaning which holds a stake in touch verb formation, namely: [FEEL], [BEAT], [PRESSING] and [RUB]. The other components that make up the touch verb is 'someone' and 'something'. This study is only a fraction of the research from Natural Semantic Metalanguage data sourced from Indonesian. This research is expected to contribute for other Natural Semantic Metalanguage research. So that later can be arranged a monolingual Bahasa dictionary based on Natural Semantics Metalanguage.
One of theory Natural Semantic Metalanguage (NSM) is theory noncomposition polysemy which use for this research. The aim of this research is to determine the real meaning of lexical verbs "membawa" in sundanese language. The data is collecting by interviews and observation of informan from Subang west java. The method used in this research is descriptive-qualitative. The verb mawa "bring" explains something to be brought of head to hand. The verb membawa with polysemy composition act, namely do and move to the other entity part and located at a place on certain part of human body. Using paraphrase technique, furthermore it turns out that the lexicon 'membawa' who has similar or different paraphrase depending on semantic prime the result of the analysis showed that the verb 'membawa' in sundanese language can be described in several lexicons: ABSTRAK Salah satu teori dari Natural Semantic Metabahasa (NSM) yaitu teori nonkomposisi polisemi akan digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang verba leksikal realisasi 'membawa' dalam bahasa Sunda. Data penelitian ini dikumpulkan menggunakan observasi dengan informan di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Verba mawa 'membawa' bermakna sesuatu yang harus dibawa dari kepala ke tangan. Verba mawa dengan komposisi polisemi tindakan, yaitu melakukan dan pindah ke bagian badan yang berada di tempat bagian lain tertentu dari tubuh manusia. Teknik parafrase akan memperlihatkan ada atau tidaknya leksikon 'membawa' yang mempunyai satu parafrase yang sama atau berbeda tergantung makna asali yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata kerja 'membawa' dalam bahasa Sunda dapat dijelaskan dalam beberapa leksikon: nyuhun,
Bahasa Melayu Kupang (BMK) merupakan salah satu bahasa kreol di Nusantara. Bahasa ini tergolong sebagai Bahasa Austronesia. Sebagai salah satu bahasa Austroneisa yang terbentuk dari proses kreolisasi, dan sebagai warisan Ilahi yang berharga bagi Indonesia, BMK beserta fitur-fitur linguistiknya perlu digali dan dilestarikan. Penelitian ini beranjak dari filsafat fenomenologi dan difokuskan pada fitur serialisasi verba yang secara khusus membahas fenomena pola semantis serialisasi verba BMK. Data penelitian pola semantis serialisasi verba BMK dikumpulkan dengan memadukan tiga metode penjaringan data, yaitu metode pengamatan, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Dalam metode pengamatan, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap. Dalam metode wawancara, peneliti mewawancarai beberapa narasumber. Narasumber dimaksud adalah penutur asli BMK yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan dalam metode dokumentasi, data diperoleh dari kumpulan dokumen Kitab Suci umat Kristiani yang tertulis dalam BMK dan kolom "tapaleuk" pada Surat Kabar Harian Pos Kupang. Selanjutnya, metode yang digunakan dalam analisis data dan pemaparan hasil analisis adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola semantis dari serialisasi verba BMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BMK memiliki lima pola semantis serialisasi verba, yaitu: (1) serialisasi verba benefaktif, (2) serialisasi verba kausatif, (3) serialisasi verba tujuan, (4) serialisasi verba kecaraan, dan (5) serialisasi verba aspektual. Kata Kunci: Pola Se mantis, Serialisasi Verba, Bahasa Melayu Kupang PENDAHULUAN Bahasa Melayu Kupang (selanjutnya disingkat BMK) merupakan bahasa kreol yang digunakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (bdk. Latupeirissa, 2016; Latupeirissa dan Riwu Hegi, 2016). Penutur asli BMK terdiri dari sekitar 200.000 orang, sedangkan puluhan ribu orang lainnya memakai bahasa ini sebagai bahasa kedua (Grimes B, 2000:510). BMK tergolong sebagai bahasa Austronesia (bdk.
Abstrak -Penyajian bahasa dalam bentuk tulisan, dapat menyimpan pengetahuan dari generasi ke generasi berikutnya. Setiap penulisan karya tulis seperti buku, hendaknya ditulis dengan tata bahasa yang benar sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia, karena akan berpengaruh pada kesempurnaan proses penyampaian ide atau pesan. Parsing adalah proses untuk memeriksa kebenaran struktur kalimat berdasarkan suatu grammar (tata bahasa). Salah satu algoritma untuk parsing kata dalam Context-Free Grammar (CFG) adalah LALR Parser. LALR Parser merupakan salah satu varian dari LR Parser yang mampu menangani grammar (Gupta, 2013). Uji coba dilakukan pada tiga jenis kalimat yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat. LALR Parser efektif dalam melakukan parsing terhadap CFG bahasa Indonesia pada kalimat tunggal (nilai akurasi 90.30%), kalimat majemuk setara (nilai akurasi 76.66%), dan kalimat majemuk bertingkat (nilai akurasi 78.57%). Kegagalan deteksi dipengaruhi oleh 3 hal yaitu (1) struktur kalimat tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, (2) unsur pembentuk kalimat tidak tersedia dalam CFG, dan (3) kata yang terdapat dalam kalimat tidak tersedia dalam lexicon.
Prosiding Seminar Nasional dan Lokakarya Pembelajaran Bahasa Jepang 2018, 2018
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur semantis verba "menyentuh" dalam bahasa Jepang, melalui kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA). Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah karena seringnya pembelajar bahasa Jepang mengalami kesulitan dalam penggunaan verba "menyentuh" yang tepat dan benar dalam tuturannya. Jenis data dalam penelitian ini yaitu berupa data tertulis yang diperoleh dari buku-buku pengajaran bahasa Jepang. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan berupa teknik catat. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik ubah wujud, teknik sisip dan teknik parafrase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur semantis verba "menyentuh" bahasa Jepang termasuk ke dalam prototipe DO 'MELAKUKAN' yang memiliki polisemi melakukan-merasakan dan melakukanterjadi.
2024
Penelitian ini membahas variasi sintaks bahasa Indonesia dalam ragam tulisan ilmiah. Dengan fokus pada pentingnya penggunaan bahasa yang tepat dalam penulisan akademik, artikel ini mengidentifikasi karakteristik sintaksis yang membedakan tulisan ilmiah dari ragam bahasa lainnya. Metode penelitian yang diterapkan mencakup analisis terhadap penggunaan kalimat deklaratif, kompleks, dan frasa nominal, serta penerapan bentuk pasif untuk menjaga objektivitas. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penerapan struktur kalimat yang jelas dan tepat sangat krusial untuk meningkatkan kejelasan dan ketepatan komunikasi ilmiah. Artikel ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah yang efektif. Kata Kunci: Variasi sintaks, bahasa Indonesia, tulisan ilmiah, kalimat deklaratif, frasa nominal, bentuk pasif. Abstract This research discusses variations in Indonesian syntax in various scientific writings. Focusing on the importance of using appropriate language in academic writing, this article identifies the syntactic characteristics that differentiate scientific writing from other varieties of language. The research methods applied include analysis of the use of declarative, complex sentences and nominal phrases, as well as the application of passive forms to maintain objectivity. Research findings show that the application of clear and precise sentence structures is crucial to increasing the clarity and accuracy of scientific communication. It is hoped that this article can provide guidance for writers in compiling effective scientific work.
ABSTRAK Bahasa Melayu Kupang (BMK) adalah bahasa kreol yang terbentuk melalui proses migrasi bahasa-bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur. Sebagai salah satu bahasa Austroneisa yang terancam punah, BMK beserta fitur-fitur linguistiknya perlu digali dan dilestarikan. Penelitian ini difokuskan pada fitur serialisasi verba yang secara khusus membahas perihal pola gramatikal serialisasi verba BMK. Data penelitian pola gramatikal serialisasi verba BMK dikumpulkan dengan memadukan tiga metode penjaringan data, yaitu metode pengamatan, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Dalam metode pengamatan, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap. Dalam metode wawancara, peneliti mewawancarai narasumber. Narasumber dimaksud adalah penutur asli BMK yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan dalam metode dokumentasi, data diperoleh dari kumpulan dokumen Kitab Suci umat Kristiani yang tertulis dalam BMK. Selanjutnya, metode yang digunakan dalam analisis data dan pemaparan hasil analisis adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola gramatikal dari serialisasi verba BMK. Hasil penelitian menunjukkan (1) serialisasi verba dalam BMK labih banyak didominasi pola gramatikal dengan dua dan tiga verba beruntun; (2) serialisasi verba dalam BMK yang tampil dengan pola gramatikal empat verba beruntun memang ada, namun kehadirannya tidak begitu signifikan; dan (3) pola gramatikal verba dalam BMK lebih banyak tampil dalam pola verba transitif-aksi dan intransitif-aksi. Kata Kunci: Pola Gramatikal, Serialisasi Verba, Bahasa Melayu Kupang PENDAHULUAN Bahasa Melayu Kupang (selanjutnya disingkat BMK) merupakan bahasa kreol yang digunakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (Latupeirissa, 2016). Penutur asli BMK terdiri dari sekitar 200.000 orang, sedangkan puluhan ribu orang lainnya memakai bahasa ini sebagai bahasa kedua (Grimes B, 2000:510). BMK tergolong sebagai bahasa Austronesia
2211141028) Kelas : A (Semester 1) BAB 1 KONSEP DAN FUNGSI BAHASA Konsep Bahasa Bahasa merupakan sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional, memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti makalah dan skripsi. Maka dari itu peran Bahasa Indonesia sangat dibutuhkan pada berbagai kegiatan dan interaksi akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem. Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal, diantaranya: 1. Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami. 2. Berdasarkan kesepakatan, sistem bahasa itu bersifat konvensional. 3. Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat kesepakatan pemakainya (arbitrer). 4. Sistem lambang yang terbatas itu (A-Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa dan kalimat yang tidak terbatas dan sangat produktif. 5. Sistem lambang itu (fonemis ) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain 6. Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga dapat sam dengan sistem lambang bahasa lain. Fungsi Bahasa Fungsi bahasa yang utama yaitu fungsi komunikasi yang berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut: 1. Fungsi ekspresi dalam bahasa Fungsi pertama ini merupakan pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatau yang akan disampaikan, dengan maksud: -Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif) -Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi -Melatih diri untuk menyampaikan satu ide dengan baik -Menunjukan keberanian (convidence) penyampaian ide Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktivitas dan interaktif keseharian seseorang. 2. Fungsi komunikasi dalam bahasa
Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 2 , 2012
In Indonesian and Bahasa Malaysia there are different meanings of the same word, though both languages are derived from the language of the Malay language. This can lead to misunderstandings between citizens of Malaysia and Indonesia in the communicating. The question that arises is how to form words meaning the difference between Indonesian and Bahasa Malaysia? This study is a qualitative research that produces descriptive data barupa words written or spoken about the observed behavior. The morphological differences were found present in the sound (phoneme), the form of words (morphemes), and meaning (semantics) of a word. This difference can be grouped to (a) the words have similar sounds and form words but have different meanings, such as sexy, slave, need, sex, hard, dead, may, demolished, and other marks, (b) different word forms of the word but have similar meanings, such as blades and spoons, direction and direction, Abun-Abun and wishful thinking, buy sides and shop, and they travel mengadar, crushed and terhempap, boxing and bertumbuk, ravaged and terjejas, and other (c) words that sound different but have similar meanings, such as boys and men, bebola and balls, mouse, and rat-tikusan, mountain-range of mountains and mountains, once-scale and once in a while and others. To avoid misunderstandings in communication between the citizens of Malaysia and Indonesia to the competent authorities such as the Ministry of Education in this regard pergururan, or anyone who is interested, publish Dictionary Indonesian-Malaysia. It is expected that such a dictionary, any citizen of Indonesia and Malaysia will be assisted in communicating between countries.
Objek (O) termasuk ke dalam valensi verba transitif. Oleh karena itu, O merupakan fungsi inti (nuclear functions) dalam klausa aktif yang fungsi P-nya berupa verba transitif. O itu dituntut hadir dalam klausa aktif yang fungsi P-nya berupa verba transitif.
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII/2 Standar Kompetensi : 11. Memahami ragam wacana tulis melalui kegiatan membaca cepat dan membaca intenstif Kompetensi Dasar : 11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif
Diajukan sebagai salah satu syarat kelengkapan tugas presentasi kelompok untuk Mata Kuliah Stilistika yang diampu oleh: M. Syasi, M.Ag. Oleh Kelompok 8: Mutiara Salisa (1145020091) Siti Fathonah (1145020144) Wahidatul Wafa (1145020164) SEMESTER V-C JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena tak lepas dari rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan alam Nabi Muhammad Saw. Kepada keluarganya, para sahabatnya serta para tabi'it tabi'innya hingga kita sebagai umatnya. Aamiin. Di dalam makalah ini dipaparkan mengenai unsur-unsur yang membentuk stile dilihat dari berbagai aspek, di antaranya bunyi, leksikal, gramatikal, kohesi, pemajasan, penyiasatan struktur, dan citraan. Kesemua aspek ini bersama-sama membentuk stile sebagai ciri khas dari penuturnya. Pembahasan aspek ini akan dideskripsikan secara lebih lengkap, mencakup seberapa penting kedudukan aspek-aspek ini terhadap stile. Pembuatan makalah ini tentunya bukanlah sekali jadi. Banyak pihak yang telah membantu dan terus memotivasi kami sehingga makalah ini bisa rampung. Kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya pada dosen pengampu mata kuliah stilistika, Bapak M. Syasi, M.Ag. atas semua dukungannya. Juga pada rekan-rekan kelas yang telah menyemangati kami. Makalah ini pun masih jauh dari sempurna. Banyak lubang di sana-sini yang harus ditambal. Semoga makalah ini menjadi salah satu motivasi untuk pembaca agar mencari tahu lebih banyak lagi dari sumber yang lebih relevan lagi agar pemahaman mengenai stilistika, termasuk di dalamnya unsur stile ini, semakin banyak dan mumpuni. Kiranya sekian dari kami. Atas segala kekurangannya kami mohon maaf. Dan atas segala perhatiannya kami haturkan terima kasih banyak.
Sebagai syarat tugas akhir untuk mendapatkan gelar strata satu sarjana sosial
Di Malaysia, kajian ke atas kamus dwibahasa oleh pengkaji tempatan kebanyakannya tertumpu kepada masalah padanan sahaja (Noresah dan Fadilah, 2003) dan Fadilah (2005). Artikel ini menawarkan kajian linguistik untuk mengendalikan masalah pembahagian sensa makna dan padanan untuk entri "membuat" dari dua kamus dwibahasa Melayu-Inggeris iaitu kamus Intelek Malay-English Dictionary (IMED) dan Kamus Perwira Bahasa Melayu-Bahasa Inggeris (KPBMBI) . Entri "membuat" dari dua kamus dwibahasa tersebut didapati tidak lengkap pembahagian maknanya apabila dibandingkan dengan kamus rujukan Kamus Dewan Edisi Keempat (KD4). Untuk mengendalikan permasalahan pembahagian sensa makna, teori frame semantics dipilih dan diterapkan dalam analisis linguistik berdasarkan data korpus DBP-UKM yang mengandungi 5 juta patah perkataan bahasa Melayu. Analisis frame semantics mengenal pasti makna ranah berdasarkan bukti korpus bersama maklumat valensi yang membezakan ranah-ranah tersebut. Apabila ranah-ranah untuk kata "membuat" dikenal pasti, setiap ranah tersebut dipetakan dengan ranah bahasa Inggeris dari FrameNet. Pemetaan ranah bahasa Melayu dan ranah bahasa Inggeris dari FrameNet membawa kepada padanan bahasa Inggeris yang sesuai untuk entri kamus yang akan dicadangkan. Kajian ini seterusnya menawarkan entri kamus "membuat" yang lebih tersusun dan mantap dari segi penyusunan makna dan padanan bahasa Inggeris yang lebih sesuai. Kajian yang dibincangkan ini menunjukkan aplikasi frame semantics berjaya menyusun semula sensa kata "membuat" bersama padanan bahasa Inggeris yang sesuai.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.