Agar mutu pendidikan tetap terjaga dan proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar pengelolaan sekolah disepakati secara secara nasional. Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan yang mampu memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki sekolah sehingga tujuan sekolah dapat tercapai. Masalah yang terjadi pada sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi proses pengambilan keputusan pendidikan. Sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakankebijakan yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah, dan harapan orang tua. penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa. Melalui delapan bagian TQM yaitu ethics, integrity, dan trust, kepemimpinan, kerja tim, pelatihan, penghargaan dan komunasi diharapkan akan diperoleh jaminan keberhasilan kegiatannya. Peran kepalas sekolah sangat besar karena harus dapat mengembangkan, melatihkan dan menerapkan kedelapan bagian tersebut ke dalam pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Penerapan TQM tanpa landasan etika, integritas, dan kepercayaan tidak akan berhasil. Pelatihan baik untuk pemberdayaan TQM maupun keterampilan teknik tertentu merupakan kunci keterlaksanaan suatu program karena akan membentuk lingkungan kerja yang sesuai dengan tujuan program. Kepemimpinan dan kerja tim saling melengkapi dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Kehilangan faktor komunikasi antar bagian dan pelaksana dapat menjadi beban atau kendala dari pelaksanaan kegiatan. Pemberian penghargaan yang sesuai baik untuk pelaksana program harus segera direalisasikan begitu mereka selesai melaksanakan dan mencapai prestasi kerjanya. Melalui penerapan TQM akan diperoleh kualitas kerja yang baik, membuat suasana kerja yang nyaman, berbagi pengetahuan yang saling menguntungkan, dan memperoleh penghargaan sesuai kinerjanya. Kata kunci : Mutu pendidikan, sekolah efektif, total quality management.