Academia.eduAcademia.edu

BAHASA PENCITRAAN PILKADA DKI JAKARTA DI MEDIA SOSIAL

Abstrak Media sosial menjadi salah satu sarana untuk mencitrakan diri yang bersifat positif ke hadapan publik. Hal itu juga dilakukan oleh calon gubenur dan wakil gubenur Dki Jakarta pada tanggal 15 Februari 2017 dan 19 April 2017. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atu lisan tentang sifat suatu individu, keadaan, atau gejala dari kelompok tertentu yang diamati. Oleh karena itu penelitian ini lebih menekankan pada bentuk kualitatif deskriptif. Data tersebut berupa tulisan para calon gubenur dan calon wakil gubenur di media sosial. Artikel ini akan membahas bahasa pencitraan yang digunakan para calon gubenur dan calon wakil gubenur di media sosial. Kata kunci: bahasa, pencitraan, pilkada, DKI Jakarta, media sosial. PENDAHULUAN Menjelang pemilihan gubernur DKI Jakarta pada 15 Februari 2017 dan 19 April 2017 lalu, para calon gubenur dan wakil gubenur terus berusaha menampilkan sisi-sisi positif pada diri mereka. Para calon memanfaatkan berbagai media sosial sebagai sarana untuk mempromosikan diri mereka dan meraih simpati masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya indikasi dramaturgi. Dramaturgi oleh Erving Goffman dapat dikatakan sebagai panggung sandiwara, dimana individu berbeda karakternya ketika berada di panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Everyday Life (1959) mengatakan bahwa dramaturgi adalah sebuah teori dasar tentang bagaimana individu tampil di dunia sosial. Goffman memusatkan perhatiannya pada interaksi tatap muka atau kehadiran bersama (co-presence). Individu dapat menyajikan suatu " pertunjukan " apapun bagi orang lain, namun kesan (impression) yang diperoleh orang banyak terhadap pertunjukan itu bisa berbeda-beda. Seseorang bisa sangat yakin terhadap