Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
37 pages
1 file
-Informasi akademik dan perkuliahan menjadi kebutuhan yang penting bagi mahasiswa. Seperti informasi tentang nilai, jadwal kuliah, jadwal kehadiran dosen dan sebagainya. Dengan informasi yang terdistribusi dengan baik, maka tidak akan terjadi kesalahpahaman bahkan buntunya penyebaran informasi yang bersifat penting. Informasi biasanya disebarkan secara konvensional melalui sebuah selebaran maupun pengumuman yang terpasang di papan info kampus. Banyak kekurangan yang sering terjadi dengan cara konvensional tersebut, yaitu kertas selebaran yang sering hilang maupun tersobek sebelum informasi tersebut sampai kepada mahasiswa sebagai sasaran utama dari informasi yang terdapat di dalam pengumuman tersebut. Selain itu, mahasiswa juga direpotkan karena harus setiap hari datang ke kampus untuk melihat pengumuman terbaru yang terpasang di papan info. Kelemahan di atas bisa diselesaikan dengan memanfaatkan media website, dimana info-info akademik dan perkuliahan disimpan di dalam hosting website. Website untuk kepentingan penyampaian info akademik bisa diakses dimana saja melalui laptop maupun komputer PC, asalkan terkoneksi dengan internet yang bersumber dari wifi ataupun modem. Website tersebut terkendala ketika diakses melalui perangkat telepon genggam dan smartphone dengan spesifikasi yang minim, dimana penggunaan sumber daya harus diminimalisir. Data yang dikirimkan ke perangkat telepon genggam ataupun smartphone dapat berupa teks yang dipastikan lebih ringan dibandingkan data gambar. Permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan memanfaatkan web service yang bisa menangani berbagai aplikasi lintas platform dengan berbagai sistem operasi mobile seperti Android, IOS, BlackBerry, Windows Phone dan yang lainnya. Data dikirimkan dalam format JSON, dimana pada aplikasi client hanya perlu melakukan parsing data dan menyajikan data sesuai yang diinginkan oleh pengguna. Dengan sedikit grafis dan lebih ditekankan pada format teks, aplikasi yang dihasilkan di sisi client menjadi lebih ringan dan hemat terhadap penggunaan sumber daya.
Craniosynostosis merupakan fusi prematur dan patologis, baik parsial atau lengkap dari satu atau lebih sutura kranial. Craniosynostosis tidak hanya terbatas pada deformitas cranium, namun juga menyebabkan berbagai masalah neurologis pada anak yang sedang tumbuh. Hipertensi intrakranial, malformasi hidrosefalus dan Chiari adalah masalah yang sering timbul berkaitan dengan craniosynostosis. Deformitas cranium dan masalah neurologis ini menyebabkan disfungsi neurologis dan kognitif
Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana 'pertuturan' / speech act, speech event): pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Kridalaksana, 1984:154). Tindak tutur (speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial (Hudson dikutif Alwasilah, 1993:19). Menurut Hamey (dikutif Sumarsono, dan Paina Partama, 2002:329-330)tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur, dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Setiap peristiwa tutur terbatas pada kegiatan, atau aspek-aspek kegiatan yang secara langsung diatur oleh kaidah atau norma bagi penutur. Ujaran atau tindak tutur dapat terdiri dari satu tindak turur atau lebih dalam suatu peristiwa tutur dan situasi tutur. Dengan demikian, ujaran atau tindak tutur sangat tergantung dengan konteks ketika penutur bertutur. Tuturan-tuturan baru dapat dimengerti hanya dalam kaitannya dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi. Sesuai dengan pendapat Alwasilah (1993:20) bahwa ujaran bersifat context dependent (tergantung konteks)
Beberapa masalah pediatri dapat ditangani dengan pembedahan diantaranya trauma, tumor, masalah-masalah gastrointestinal (misalnya perdarahan, anomali traktus gastrointestinal, peritonitis, ikterus obstruktif), distres pernapasan (misalnya yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas atas, anomali diafragma), malformasi kongenital (misalnya defek dinding abdomen, malformasi anorektal), dan gangguan endokrin (misalnya hiperparatiroidisme primer, disorder of sex development). 1 Beberapa masalah di atas juga merupakan kelainan bawaan / kelainan kongenital, yaitu kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik; contohnya anensefalus, labiopalatoskisis, atresia esofagus, atresia bilier, omfalokel, penyakit Hirschprung, malformasi anorektal, disorder of sex development, tetralogy of Fallot, defek septum ventrikel, dan duktus arteriosus paten. 2 Pada refarat ini akan dibahas mengenai 2 dari beberapa masalah pediatri yaitu disorder of sex development (DSD) dan malformasi anorektal (atresia ani). 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DISORDERS OF SEX DEVELOPMENT (DSD) A. Definisi Perkembangan normal sistem reproduksi terjadi melalui dua fase yaitu fase determinasi dan fase diferensiasi. Fase determinasi merupakan fase penentuan jenis gonad yang dipengaruhi oleh faktor kromosom dan faktor gonad; sedangkan fase diferensiasi dipengaruhi oleh faktor hormonal. Jika terjadi gangguan pada salah satu dari kedua fase tersebut, maka sistem reproduksi tidak akan berkembang sempurna. Hal ini kini dikenal sebagai disorders of sex development (DSD). Istilah DSD muncul dari pertemuan Lawson Wilkins Paediatric Endocrine Society (LWPES) dan the European Society for Paediatric Endocrinology (ESPE), untuk menggantikan terminologi lama yaitu 'interseks' atau 'hermafrodit'. 3,4 Terdapat beberapa terminologi lama yang sudah tidak dipakai lagi, dan digantikan dengan istilah baru, yang dapat dilihat pada tabel 1. Laki-laki memiliki kromosom 46,XY sedangkan wanita 46,XX. Kromosom XY atau XX ditentukan saat fertilisasi. Pada usia gestasi dini, gonad yang terbentuk bersifat indiferen atau bipotensial, baik pada embrio XY atau XX. Dalam penelitian Jost dkk, disimpulkan bahwa testislah yang berperan dalam diferensiasi genitalia interna maupun eksterna; dan sejak percobaan ini, upaya untuk mencari faktor penentu testis (testis-determining factor / TDF) berlangsung. Keberadaan faktor penentu testis ini kemudian berhasil dilokalisir oleh Sinclair dkk tahun 1990, yang dikenal sebagai gen SRY (sexdetermining region on the Y chromosome), pada lengan pendek kromosom Y (kromosom Yp11.31). Pada ketiadaan gen SRY, maka gonad akan berkembang menjadi ovarium; sebaliknya dengan adanya gen SRY maka gonad bipotensial akan berkembang menjadi testis. 3,6 Gen SRY juga mengatur steroidogenesis factor 1 atau SF1 (dalam hal ini upregulation) yang bekerja melalui faktor transkripsi, SOX9, untuk menginduksi diferensiasi dari sel-sel Leydig dan Sertoli. SOX9 juga mempengaruhi gen yang memproduksi MIS untuk regresi duktus membentuk testis atau medullary cords (Gambar 3). Selama perkembangan selanjutnya, sebuah lapisan padat jaringan ikat fibrosa, yaitu tunika albuginea, memisahkan korda testis dari epitel permukaan. Sel-sel epitel permukaan ini kemudian berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel-sel Sertoli. Ini terjadi pada usia gestasi 6 minggu. Sel-sel interstitial Leydig berasal dari mesenkim original dari gonadal ridge, yang mulai berkembang secara singkat setelah diferensiasi dari korda testis. Minggu ke-8 gestasi, sel-sel Leydig mulai memproduksi testosteron dan testis menjadi mampu untuk mempengaruhi diferensiasi seksual dari genital interna dan eksterna. 3,8 Pada embrio wanita dengan kompleks kromosom sex XX dan tidak ada kromosom Y, korda seksual primitif berpisah menjadi kelompokkelompok sel ireguler. Kelompok-kelompok ini memuat kelompok sel germinal primitif, yang menempati bagian medula dari ovarium. Kemudian, mereka hilang dan digantikan oleh stroma vaskuler yang membentuk medula ovarium. Epitel permukaan gonad wanita, tidak 7 Gambar 3.Potongan melintang melalui testis pada minggu ke-8 menunjukkan medullary cords yang berkembang. 8
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.