Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
262 pages
1 file
Anand Amaladass, "Dhvanyāloka Concordance", Sri Garib Dass Oriental Series No. 177. Delhi: Sri Satguru Publications, 1994.
Sebuah catatan harian di-Era Proklamasi Indonesia
2020
Rafli (2020) : Konsep Akidah Menurut Buya Hamka Kondisi masalah yang terpenting dalam membahas pembahasan pemikiran Islam adalah pemurnian akidah, Karena nilai dari ke islaman seseorang itu adalah pengesahan terhadap Allah SWT yang terangkum dalam syahadat. Dalam artian masyarakat harus memperbaharui keimanannya, sehingga arus globalisasi tidak mempengaruhi iman seseorang. Dalam sejarahnya, manusia tidak bisa lepas dari sang penciptanya, bagi seorang muslim, akidah adalah segalah-galanya. Tatkala umat Islam mengabaikan akidah yang benar, mulailah kelemahan masuk kedalam keyakinan umat muslimin. Kelemahan akidah inilah berakibat pada amal dan produktifitas mereka, kelemahan inilah yang menjadi kegelisahan Buya Hamka untuk memberi pemahaman akidah kepada masyarakat melalui karya-karyanya. Buya Hamka yang secara pribadi lebih banyak mengedepankan rasio dalam berpikir terutama menjelaskan teks-teks agama. Akidah selain sebagai pandangan hidup (way of life) bagi Buya Hamka juga merupakan...
Konflik merupakan gejala keseharian masyarakat yang tidak dapat dihindari. Selama entitas sosial itu masih ada maka selama itupula konflik akan selalu hadir dalam kehidupan manusia. Konflik sejatinya tidak dapat dihapuskan dalam kehidupan manusia, tetapi ia dapat dihindati dan diredam implikasinya. Di sisi lain, integrasi sosial adalah saat dimana masyarakat menyatu dan memiliki pandangan yang sama dan merekat hubungan antara satu sama lain dalam entitas sosial untuk menciptakan hidup yang lebih baik lagi. Lalu pertanyaan yang hendak dijawab melalui tulisan ini adalah apakah konflik dapat menjadi sebuah wadah untuk menciptakan sebuah integrasi dalam masyarakat? Karena pada nyatanya konflik selalu saja membawa dampak buruk dalam kehidupan masyarakat, yakni disintegrasi dan perpecahan serta ketegangan diantara masyarakat yang sedang berkonflik. Dalam menganalisis hal tersebut, penulis menggunakan contoh studi kasus kerusuhan yang terjadi di Tolikara pada tahun 2015 lalu.
Kaum Dhuafa | 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak kejadian dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang hingga sekarang belum ada ujungnya. Banyak terdapat kaum dhu"afa yang membutuhkan uluran tangan dari semua yang berada di kalangan atas. Dhu"afa sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang dianggap lemah atau mereka yang tertindas. Kaum dhuafa adalah golongan manusia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan, ketakberdayaan, ketertindasan, dan penderitaan yang tiada putus. Hidup mereka yang seperti itu bukan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya faktor yang menjadi penyebab. Adanya kaum dhuafa telah menjadi realitas dalam sejarah kemanusiaan. Asal mula kaum dhuafa : adalah mereka yang tak bisa hijrah karena terhalang kafir mekkah (tertindas) Dari segi ekonomi : adalah mereka yang fakir dan miskin (tertekan keadaan) bukan malas. Dari segi Fisik : adalah mereka yang kurang tenaga (bukan karena malas) Dari segi Otak : adalah mereka yang stupid (bukan karena malas) Dari segi Sikap : adalah mereka yang terbelakanag (bukan karena malas) Kaum dhuafa terlahir dari kekerasan negara. Kaum dhuafa terdiri dari orangorang yang terlantar , fakir miskin, anak-anak yatim dan orang cacat. Kaum dhuafa ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik. Pada kaum dhuafa setiap hari berjuang melawan kemiskinan. Kaum dhuafa korban dari kenaikan harga BBM, dan barang-barang kebutuhan lainnya. Kaum dhuafa cerminan ketidakmampuan negara dalam ememlihara mereka. Para dhuafa secara sendirian harus berjuang melawan sistem kapitalisme. Kaum dhuafa ialah orang-orang miskin di jalanan, di pinggiran dan di sudur=t-sudut lingkunan kumuh. Mereka bekerja sebagai pemulung, para pedagang asongan, pengemis jalanan, buruh bangunan dan abang becak. Mereka Kaum Dhuafa | 2 ini kelompok masyarakat yang mudah terkena penyakit menular, seperti demam berdarah, malaria dan kusta, dan segudang eksengsaraan. Lantas, apa yang harus di lakukan ?
In August 2020, the Tibetan scholar Dngos grub tshe ring published a very important monograph called Ta la'i lo mar bris pa'i Ra dpe bris ma Bshes spring skor i dpe bsdur zhib 'jug. 1 The highlight of this thick volume is the editio priceps of Nāgārjuna's famous epistle, the Suhṛllekha, in the original Sanskrit. I think I will not be alone among pupils and scholars of Buddhist Studies who would wish to express heartfelt gratitude to Dngos grub tshe ring for making this precious text available to the less fortunate who are not privy to the vast collections of Sanskrit manuscripts in the PRC. It is especially appreciated that the volume includes two plates of black and white photographs of what looks to be a late East Indian palm-leaf manuscript, now kept at 'Bras spungs (Drepung) monastery in the TAR. I provide my standardised reading of the manuscript below with some ad hoc corrections. 2 I can only hope that my small effort will not be construed as criticism, which it never intended to be, but as a token of sincere appreciation and gratitude to the author. "In this most fickle and fleeting life beset with troubles-but a candle in the blowing wind-it is a miracle that one can still breathe out aer breathing in and that he who sleeps awakes." (56)
2021
This is a significantly updated draft edition. About half a dozen cruces remain. I thank every one who commented on the 1.0 version, which should now be forgotten.
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 2012
Murwakala is the story of the puppet show that is usually used in the Javanesse traditional seremonial namely ruwatan. Since it is oral tradition, it should be changed into the written text when it is analyzed further through the phylological process. The main process in philological activities is determining the most reliable text form. For this purpose, it is necessary to understand particular knowledge on the author, culture and tradition that have influence on the work. This is due to the fact that the main task of philology is criticism towards text and the purpose of the text criticism is the text that is the closest version to the original text. It should be done because usually every story teller has his own style in telling the story, that leads to the variations. In order to get the story which has the best quality, the textual comparation should be done. This article presents those process to get the best written text.<br />Keywords: Murwakala, Filologi, Ruwata...
Seperti yang diketahui bahwa, saat ini dunia sedang mengalami resesi ekonomi. Hal ini tentu
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Vidya Darśan: Jurnal Mahasiswa Filsafat Hindu, 2020