Academia.eduAcademia.edu

Transformasi Literasi Via Media Sosial

Abstract

Kita tidak literer!" Begitulah premis atau simpulan dari banyak paper atau artikel tentang budaya literasi di masyarakat Indonesia. Sejumlah data yang dilansir beberapa lembaga penelitian atau media massa dianggap mendasari premis tersebut. Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) sebagaimana dilansir oleh Republika.co.id, menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia, menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut. Tak kalah perih, data statistik UNESCO 2012 menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. Angka UNDP juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen saja. Sebagai bahan perbandingan angka melek huruf orang dewasa di negara Malaysia mencapai 86,4 persen. Data-data ini memperkuat keyakinan bahwa negara ini menghadapi persoalan rendahnya tingkat literasi. Menariknya, di saat yang bersamaan ada data yang menyebutkan bahwa orang Indonesia paling 'ceriwis' di media sosial. Country Business Head Twitter Indonesia, Roy Simangunsong sebagaimana dikutip oleh liputan6.com mengatakan, jumlah cuitan orang Indonesia selama Januari hingga Desember 2016 mencapai 4,1 miliar tweet. Data statistik ini mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah cuitan (tweet) terbanyak di dunia selama tahun 2016. Jumlah pengguna twitter di Indonesia bahkan mencapai 77 persen dari seluruh pengguna twitter di dunia.