Abstrak Setelah G30S 1965 meletus, karya para seniman Lekra banyak dimusnahkan lantaran dikatakan bermuatan politik. Pada kenyataannya, beberapa karya yang bertahan hingga sekarang memiliki visual khas Indonesia yang jauh dari propaganda. Oleh karena itu, penelitian ini hendak menganalisis lebih spesifik korelasi antara realisme sosialis dengan karya para pelukis Lekra dan fungsi penyadaran yang terwujud. Pembahasan meliputi karya lukis, grafis, dan poster dari Affandi, Sudjojono, Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Itji Tarmizi, Amrus Natalsya, dan Djoko Pekik. Pemilihan ini berdasarkan kelengkapan dokumentasi karya dan pertimbangan peranan, serta status seniman dalam Lekra. Metode yang diterapkan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik seni menurut Edmund Burke Feldman. Tahapan Analisis memperlihatkan bahwa karya pelukis Lekra menampilkan visual yang berbeda daripada sekadar meniru gaya realisme sosialis Uni Soviet dan Tiongkok, terutama dapat dilihat pada lukisan. Para seniman Lekra memiliki kencenderungan berkeseniannya masing-masing. Realisme sosialis yang menyerupai visualisasi di kedua negara tersebut ditemukan dalam karya grafis dan gambar pelukis Lekra yang dimuat dalam Harian Rakjat milik Partai Komunis Indonesia (PKI). Fungsi penyadaran yang terbangun dalam karya lukis para pelukis Lekra lebih menjalankan fungsi sosial seni sebagai deskripsi sosial daripada ekspresi ideologi atau politik. Contohnya potret para pekerja, rakyat kecil, dan aktivitas sehari-hari. Kesimpulan penelitian adalah korelasi antara realisme sosialis dengan karya para pelukis Lekra lebih merupakan sebuah semangat daripada sebuah gaya yang mudah dilihat secara visual. Abstract After G30S occured in 1965, Lekra artists " artworks were eliminated due to suspected political influence contained within. In the reality, some of the surviving artworks have Indonesian characteristic visual which far from propaganda. Therefore, this research is an attempt to analyze specifically the correlation between socialist realism and Lekra artists " artworks and the awakening function of the artworks. The study focused on paintings, graphics, and drawings from Affandi, Sudjojono, Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Itji Tarmizi, Amrus Natalsya, and Djoko Pekik. The selection is based on consideration of the artworks documentation availability and the artists " role and position in Lekra. Analysis was conducted using qualitative research method with art critic approach from Feldman as the method. The analysis showed that Lekra artists " artworks displayed very different visualization than just copies of Uni Soviet and China " s socialist realism; mainly can be seen on paintings. Lekra artists have their own artistic tendencies. Socialist realism that is similar to those of the two countries can be found in Lekra artists " graphics and drawings which were published in Harian Rakjat, newspaper belonged to PKI. The awakening function in the paintings " social function is more suitable as a social description rather than ideological or political expression. For examples are portrayal of the working class, small people, and daily routines. To conclude the correlation between socialist realism and Lekra artists " works is more of a spirit than a style that can easily be characterized visually. Artikel mengenai Lekra dan Seni Kerakyatan: Kajian Karya Pelukis Lekra Periode 1950-1965 ini disusun mengikuti sekuens penulisan sebagai berikut: (1) pendahuluan, (2) metodologi penelitian, (3) analisis, (4) penutup.