Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Abstrack Development and learning occur within and are influenced by the multiple social cultural contexts. Bronfenbrenner (1979, 1989, 1993) provides an ecological model for understanding human development. Bronfenbrenner explains that child development is best understood in the context of family, educational settings, community, and wider society. These diverse contexts are related to each other and all have an influence on the developing child. For example, even if a child is cared for in a loving and supportive family, a healthy community is influenced by wider biases of society, such as racism or sexism, and the possibility of showing the negative effects of negative stereotypes and discrimination.
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2020 ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tak hentinya kami ucapkan puji syukur, dikarenakan rahmat, hidayah dan inayah-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan tanpa hambatan yang berarti.
Perkembangan sosial dan pribadi masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan kepada kedua orang tua, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Masa kanak-kanak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai umur 6 tahun. Selama periode terjadi perkembangan sosial dan kepribadian yang sangat cepat dan perubahan yang signifikan. Masa ini disebut “usia kelompok” karena anak berminat akan kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola perilaku. Pada masa ini sebagian anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standar moral kelompoknya dan hati nurani yang membimbingnya sebagai pengganti pengawasan dari luar yang pada waktu anak masih kecil, sekalipun demikian pelanggaran rumah di sekolah dan di lingkungan. Perkembangan pribadi dan sosial pada masa kanak-kanak peran orang tua sangat penting sebagai pembimbing dan pengarah bagi anaknya. Pola asuh orang tua, teman sebaya, dan orang dewasa di lingkungan masyarakat sangat penting karena mempengaruhi baik buruknya kepribadian, sosial, moral, dan tingkah laku seorang anak.
The development is a process of change towards maturity through growth and differentiation. The development has many meanings and put forward by many of the world's leading opinion. The development has many stages from various fields. If on one of the individual phases do not have the ability to behave properly, according to the development tasks that the individual is considered to have compromised its development. At the stage of development also have emotional development. emotions are affective experience that is accompanied by mental adjustment as a whole, where the state of psychology and physiology is in a state of overwhelming, it can also be shown by the behavior clear and evident. In distinguishing level of emotion, the emotion has various phases, from the initial phase until the end, to have the ability to customize the behavior of any condition. Keywords: stage of development, growth, emotional development, psychology, physiology.
ANGGA EKI DUTA RAHMADAN, 2020
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Abstrak: Artikel ini mencoba mendiskusikan beberapa pendekatan dalam memahami pendidikan moral anak. Perkembangan moral merupakan salah satu topik yang banyak dibahas dalm perkembangan sosial. Pembicaraan mengenai penyesuaian anak terhadap aturan-aturan dan nilai-nilai dapat ditelusuri melalui tiga konsep filosofis yaitu pertama, konsep yang dikemukakan oleh Augustine (354-430 M). Konsep ini memandang anak pada dasarnya penuh dosa. Anak membutuhkan perlakuan hukuman dari orang dewasa. Kedua: konsep yang dikemukakan oleh Locke (1632-1704). Anak dipandang netral Secara moral atau tabularasa. Latihan dan pengalaman akan menentukan apakah anak akan menjadi baik atau buruk. Dan terakhir. konsep yang dikemukakan oleh Rousseau ( 1712-1778). Menurut Rousseau anak memiliki pembawaan suci. Perilaku tidak bermoral sebagai basil dari ubahan orang dewasa . Kata kunci: Moralitas, Perkembangan Moral, Perilaku Moral A. Pendahuluan Anak dalam pandangan Islam diposisikan sebagai aset penting. Anak tidak hanya berfungsi sebagai penerus keturunan (nasab) akan tetapi dalam skala luas juga berfungsi sebagai pembangun masa depan sebuah bangsa. Penciptaan kualitas seorang anak pada prinsipnya tidak boleh hanya memperhatikan aspek kognitif psikomotoriknya, akan tetapi harus juga memperhatikan aspek afektifnya (moral). Persoalan ini tidak hanya menjadi councern Islam secara spesifik, akan tetapi juga menjadi bagian pembahasan dari ilmu psikologi. Dalam perspektif psikologi kontemporer konsep filosofis perkembangan moral anak yang dikemukan oleh Agustine (354-430 M) sejalan dengan teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud Pendekatan Sementara pandangan Locke (1632-1704) muncul dalam pandangan teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Piaget dan Kohlberg. Adapun pandangan Rousseau
Disusun Oleh : Muhammad Sirrul Irfan (1910130110013) M. Iqbal Rezky Syahputera (1910130310017) Hayatunnisa (1910130220009) Mata Kuliah: PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2020 ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Memahami keidupan remaja berarti menunjukan adanya suatu tanggung jawab pada generasi masa kini dan mendatang. Dengan secerca gambaran tentang tugas-tugas, harapan dan keinginan remaja. Tentu diperlukan Bimbingan Penyuluhan Pendidikan bagi remaja, seperti dalam kehidupan sosialnya.
HAFIFATI ULYA , 2020
Abstrak : Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Kata kunci : anak, moral, agama Pendahuluan Pengembangan moral agama sangat erat kaitannya dengan budi pekerti, sikap sopan santun, dan kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan filosofis yang di kemukakan oleh Kilpatrick pendidikan moral akan terus berkembang dengan berbagai pendapat pakar dalam aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan (William Kilpatrick, 1993). Piaget menyatakan bahwa anak anak berfikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Piaget juga mengemukakan bahwa seorang manusia dalam kehidupannya akan mengalami rentangan perkembangan moral yaitu : a) tahap heteronomous yakni cara berfikir anak tentang keadilan peraturan yang bersifat objektif artinya tidak dapat diubah dan tidak dapat di tiadakan oleh manusia. b) dan tahap autonomous yaitu anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya. Moral berasal dari bahasa latin mores, yang artinya adat istiadat, kebiasaan, atau cara hidup. Pada hakikatnya, moral
Yuchela Yushalyana D, 2024
This research aims to examine the role of the family environment, social media and technology, school, and society in the moral development of children. Apart from that, this research also aims to identify the challenges and obstacles faced in efforts to strengthen children's morality in the modern era. The research method used is descriptive qualitative with a literature study approach. Data is collected from various written sources such as documents, journals and other supporting references. The data is then interpreted to reveal the information contained therein. The research results show that the family environment plays a major role in shaping children's morality through the example provided by parents and a supportive environment. However, the influence of social media and technology poses challenges with exposure to negative content and social isolation, so management strategies that include digital literacy and parental supervision are needed. Schools have an important role in integrating character education into the curriculum and school culture, but collaboration with parents and the community is needed to strengthen this role.
Nur Rahman, 2020
2022
Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan.
ABSTRAK Studi literature ini bertujuan untuk melihat secara empiris hubungan antara penanaman nilai-nilai religious, kekerasan seksual pada anak-anak dan pembentukan generasi yang sehat berkualitas. Pembentukan generasi yang sehat berkualitas merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar dan ditunda lagi, karena hal ini diyakini sebagai asset yang tak ternilai harganya untuk kemajuan dan keunggulan suatu bangsa dan peradaban. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap pembentukan generasi sehat berkualitas adalah kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak. KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) menyatakan terdapat 925 kasus pelecehan seksual pada anak, dan dari 925 kasus pelecehan seksual tersebut 400 kasus diantaranya diikuti oleh kekerasan seksual pertahunnya. Sementara, Komnaspa (komisi Nasional Perlindungan Anak) mengatakan bahwa dari tahun 2010 sampai dengan triwulan pertama 2014 terdapat 10725 kasus dan 62% atau sekitar 6649 kasus dikuti oleh kekerasan seksual terhadap anak. Dampak dari kekerasan seksual ini antara lain berupa fisik, psikologis, maupun sosial (Orange & Brodwin, 2005), serta berhubungan dengan kecemasan, stress pasca-traumatis (PTSD), depresi, self-esteem yang rendah, keluhan yang bersifat somatis, agresi, perilaku seksual, dan perilaku yang cenderung merusak diri (Robert et al. 2003; Messman-Moore, 2000; Dinwiddie et al. 2000; Kendall-Tackett et al, 1993), termasuk juga membenci lawan jenis dan memiliki keinginan untuk balas dendam (Dube et al., 2005). Fuadi (2011) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual adalah kelalaian orang tua, rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku, dan faktor ekomoni. Hal yang berhubungan dengan rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku kekerasan seksual berhubungan dengan penanaman nilai-nilai religious. Penanaman nilai-nilai religious sejak dini dapat mengantisipasi terjadinya tindakan kekerasan seksual terhadap anak dan dapat menjadi benteng yang kuat untuk menjaga dan membentuk generasi yang sehat berkualitas. Kata kunci: kekerasan seksual, anak-anak, generasi sehat berkualitas, nilai-nilai religious.
Raudah, 2020
Perkembangan peserta didik
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.