Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Al-Ghazali adalah salah satu ulama terkenal di dunia Islam. Imam al-Ghazali adalah ulama yang banyak mengarang banyak buku dan kitab, seperti kitab ihya ulum al din ayyuha al walad dan berbagai kitab lainya. Al-ghazali terkenal sebagai ahli tasawuf di dunia Islam, dia adalah ahli kalam, ahli fikih, dan yang banyak di bicarakan.Imam al-Ghazali juga adalah sebagai pendidik, dilihat dari salah satu karangannya yaitu kitab ayyuhal walad yang menjelaskan bagaimana seorang anak beretika ketika mencari dan mendapatkan ilmu. Kitab ini dikupas dari berbagai sisi, seperti psikologis, akhlak, tingkah laku dan lainnya.Al-Ghazali adalah sosok pengembara intelektual dan hampir seluruh hidupnya beliau curahkan dalam pengembaraan intelektual.
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..30 B. Kritik dan saran………………………………………………………………30 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….31 3
LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 2017
There are many controversial views in assessing Al-Ghazali thought. For example, there is an opinion that the reason of Islam deterioration is caused by his categorisation of fard…
Muhammad Kholil, 2023
Dalam pendidikan tersimpat pemikiran atau gagasan yang bertujuan mengembangkan pola pendidikan manusia, dalam hal ini para tokoh pemikir atau filsafat. salah satunya Imam Al-Ghazali. beliau adalah tokoh ulama yang sangat berpengaruh dalam Islam serta melintasi beberapa masa pengetahuan dari kalangan para filosof sampai para ahli tasawuf.
2011
This article describes Al-Ghazali’s thoughts on education regarding the concept of mankind. His preferred form of education was in line with his concept of mankind. Education, in Al-Ghazali’s opinion, can be viewed from the individual, societal, and psychological sides. From the individual side, education is seen as developing divine characters in humans in line with their promise to Allah and their guidance to science and revelation. Humans long for submission to Allah, and their main struggle in life is to develop divine characters in themselves according to their capacity.
Al-Fikra : jurnal ilmiah keislaman, 2017
Islamic Learning Journal, 2023
This research aims to uncover Al-Ghazali's thoughts on Sufism and unveil and to highlight Al-Ghazali's role in the development of Sufism as an academic discipline and spiritual movement within the Islamic world. The methodology employed in this study involves literature review and analysis of Al-Ghazali's works, particularly his seminal work "Ihya Ulum al-Din" (Revival of the Religious Sciences). The results of this study indicate that Al-Ghazali regarded Sufism as a means to achieve self-realization and the highest spiritual goals through the integration of knowledge and mystical experiences. Al-Ghazali's understanding of the relationship between human will and the divine will, as well as the significance of overcoming desires and ego in attaining spiritual perfection, is also illuminated. His significant contributions in developing Sufism as an academic discipline and spiritual movement are evident through his influential writings.
One of Moslems who have great ideas and was known as a reformer (mujaddid), among others, is al-Gazali. Socio-cultural conditions at the time, namely the emergence of political disstability that have an impact on the fragmentation of Muslims, the destruction of religion and morality. This situation makes him becoem a hero and Islamic Defenders Argumentator (hujjah al-Islam) as his responsibility to fix the blind thoughts and actions that shake the Muslims' life. The purpose of education is to get closer to Allah SWT and not oriented only in world interests. So that, the curriculum presented should include three terms, called jasmaniyah, 'aqliyyah and akhlaqiyyah. The opinion is based on two approaches, Fiqh and Sufism. This thought seems systematic and comprehensive, and also consistent with the attitude and personality as a Sufi and Faqih. The concept of education offered, if applied in the present seems still appropriate. Beside, the needs should be perfected in accordancing with local knowledge where the education implemented.
Salah satu pemikiran era islam klasik yang banyak dikaji oleh para peneliti adalah pemikiran Imam al-Ghazali. Namun, kebanyakan studi tentang al-Ghazali lebih menekankan pada sosok beliau sebagai seorang teolog, filosof, sufi, dan faqih, sehingga beliau lebih sering dikenal sebagai ahli dalam bidang kelimuan tersebut. Padahal, pandangan al-Ghazali dalam bidang pendidikan islam yang tertuang dari karya-karyanya seperti, Ihya' 'Ulumuddin, Ayyuha al-Walad dan sebagainya, memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi tokoh-tokoh pendidikan setelahnya. Pemikiran al-Ghazali dalam bidang pendidikan islam yaitu pendidikan yang berupaya untuk membentuk insan kamil, baik di dunia maupun diakhirat. Upaya pembentukan manusia paripurna didasari dengan usaha manusia dalam mencari ilmu dan kemudian mengamalkan ilmu yang diperolehnya hal ini menjadi warisan khazanah intelektual yang tak kalah penting dengan bidang lain yang digelutinya. Lalu, apa saja pemikiran Sang hujjah al-Islam (bukti kebenaran islam) dalam pendidikan islam. artikel ini mencoba mengungkap pandangan-pandangan, pemikiran dan konsep pendidikan islam menurut Imam al-Ghazali.
Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan
The purpose of this article is to analyze the conception of Islamic Education from the perfectives of Al-Ghazali. This article used library research to review Al-Ghazali's thoughts and conceptions on Islamic Education. The results shows that Al-Ghazali had a thorough understanding of Islamic Education. This paper also reveals his thoughts and understanding on education management, managing learners, and managing curriculum. This paper concludes that education according to Al-Ghazali is the process of humanizing humanity until the end of their lives towards a self-approach to God so that they become perfect human beings. Al-Ghazali describes the things that must be fulfilled by students in the learning process: learning is a soul process, requires concentration, must be based on the attitude of tawadhu'. Regarding a curriculum, he paid special attention to the religious and ethical sciences and was based on two tendencies: religious tendencies and Sufism; and pragmatic tendencies.
Jurnal Keislaman
Menarik menyimak pemikiran sang Hujjatul Islam ( حُجّةُ اْلاِسْلاَمِ ), Imam Al Ghazali, mengenai pendidikan. Ghazali menaruh perhatian yang besar akan penyebarluasan ilmu dan pendidikan, karena beliau yakin bahwa pendidikan adalah sebagai sarana untuk menyebarluaskan keutamaan, membersihkan jiwa dan sebagai media untuk mendekatkan manusia kepada Allah. Dengan itulah, pendidikan menurut Al-Ghazali adalah suatu ibadah dan sarana kemashlahatan untuk membina umat. Oleh sebab itu, disamping meningkatkan karirnya sebagai filosof dan ahli agama, Ghazali juga sebagai reformer masyarakat. Hal ini menjadikan Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh fenomenal yang memberi concern pendidikan, seperti halnya Plato, J.J Rousseau dan Pestalozzi bagi dunia Barat.
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad at-Thusi al-Ghazali adalah nama lengkap dari Imam al-Ghazali. Lahir di Thus, Khurasan, suatu tempat kira-kira sepuluh mil dari Naizabur, Persia. Tepatnya lahir pada tahun : 450 Hijriyah. Wafatnyapun di negeri kelahiran tersebut, pada tahun 505 Hijriyah.[1] Di masa hidupnya, Al-Ghazali dikenal sebagai seorang ahli keTuhanan dan seorang filosof besar. Disamping itu juga masyhur sebagai seorang ahli fiqih dan tasawuf yang tidak ada tandingannya dizaman itu, sehingga karya tulisnya yang berupa kitab "IHYA' 'ULUMUDDIN" dipakai oleh seluruh dunia Islam hingga kini.[2] Ayahnya tergolong orang yang shaleh dan hidup secera sederhana. Kesederhanaanya dinilai dari sikap hidup yang tidak mau makan kecuali atas usahanya sendiri. Ayahnya pada waktu senggang sering berkesempatan berkomunikasi dengan ulama pada majelis-majelis pengajian. Ia amat pemurah dalam memberikan sesuatu yang dimiliki kepada ulama yang didatangi sebagai rasa simpatik dan terima kasih. Sebagai orang yang dekat dan menyenangi ulama', ia berharap anaknya kelak mejadi ulama' yang ahli agama serta member nasehat pada umat.[3] Al-Ghazali, selain mendapat bimbingan dari ayahnya, dibimbing pula oleh seorang sufi kenalan dekat ayahnya. Disamping mempelajari ilmu tasawuf dan mengenal kehidupan sufi, beliau juga mendapat bimbingan studi al-Qur'an dan hadits, serta menghafal syair-syair. Ketika sufi pengasuh Al-Ghazali merasa kewalahan dalam membekali ilmu dan kebutuhan hidupnya, ia dianjurkan untuk memasuki salah satu sekolah di Thus dengan beasiswa.[4] Pengembaraan Al-Ghazali dimulai pada usia 15 tahun. Pada usia ini, Al-Ghazali pergi ke Jurjan untuk berguru pada Abu Nasr al-Isma'ili. Pada usia 19 atau 20 tahun, Al-Ghazali pergi ke Nisabur, dan berguru pada al-Juwayni hingga ia berusia 28 tahun. Selama di madrasah Nisabur ini, Al-Ghazali mempelajari teologi, hukum, dan filsafat.[5] Sepeninggal Al-Juwayni, Al-Ghazali pergi ke kota Mu'askar yang ketika itu menjadi gudang para sarjana disinilah beliau berjumpa dengan Nizam al-Mulk. Kehadiran Al-Ghazali disambut baik oleh Wazir ini, dan sudah bisa dipastikan bahwa oleh karena kedalaman ilmunya, semua peserta mengakui kehebatan dan keunggulannya. Dengan demikian, jadilah al-Ghazali "Imam" di wilayah Khurasan ketika itu. Beliau tinggal di kota Mu'askar ini hingga berumur 34 tahun. Melihat kepakaran al-Ghazali dalam bidang fiqih, teologi, dan filsafat, maka Wazir Nizam al-Mulk mengangkatnya menjadi "guru besar" teologi dan "rector" di madrasah Nizamiyyah di Baghdad, yang telah didirikan pada 1065. Pengangkatan itu terjadi pada 484/Juli 1091. Jadi, saat menjadi guru besar (profesor), al-Ghazali baru berusia 34 tahun.
Ketika filsafat Islam dibicarakan, maka terbayang disana hadir beberapa tokoh yang disebut sebagai filosof muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dan seterusnya. Kehadiran para tokoh ini memang tidak bisa dihindarkan, tidak saja karena dari merekalah kita dapat mengenal filsafat islam, akan tetapi juga karena pada mereka benih-benih filsafat Islam dikembangkan. Bertambah masa, bertambah berkembanglah pemikiran manusia. Begitu pula dengan perkembangan filsafat Islam. Pada abad ke-5, filsafat Islam mengalami perkembangan yang dapat dikatakan merubah pola filsafat Islam yang banyak dipertentangkan. Ini dibuktikan dengan pemikiran-pemikiran Imam Al Ghazali sebagai pionir filsafatnya yang dominan relevan dengan konsep Islam. Dalam makalah ini, pemakalah hanya membatasi pemaparan mengenai Al-Ghazali, seorang ulama besar yang pemikirannya sangat berpengaruh terhadap Islam dan filsafat Dunia Timur. Beliau adalah seorang sufi sekaligus seorang teolog yang mendapat julukan Hujjah al-Islam. Pemikiran Al-Ghazali begitu beragam dan banyak, mulai dari pikiran beliau dalam bidang teologi (kalam), tasawuf, dan filsafat. Dalam Hal ini akan dibahas tentang filsafat Al-Ghazali yang berkaitan dengan biografi, hasil karya, pemikirannya dan kritik terhadap filosof Muslim lainnya.
Nim: 15.2.3.002 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 1439 H/2017 M i
Al-Ghazālī merupakan seorang cendiakawan Islam yang hidup di era kegemilangan Islam. Sebaris dengan tokoh-tokoh ilmuan yang lahir di era emas ini, al-Ghazālī telah menguasai pelbagai disiplin dan cabang ilmu seperti ilmu kalam, falsafah dan taṣawwuf. Sebagai seorang penulis yang prolifik, beliau telah menulis hampir 400 buah karya dalam pelbagai bidang. Oleh kerana ketokohan dan keilmuan tersebut, kajian mengambil inisiatif untuk membentangkan pengalaman keilmuan beliau yang telah dinukilkan di dalam sebuah autobiografi unik bertajuk al-Munqidh min al-Ḍalāl. Kajian ini merupakan kajian kepustakaan analisis kandungan terhadap autobiografi tersebut dan beberapa karya-karya lain yang ditulis oleh al-Ghazālī. Selain itu, kajian-kajian lain yang mengkaji pemikiran al-Ghazālī juga akan dirujuk. Kajian mendapati bahawa al-Munqidh merupakan sebuah tulisan yang signifikan bagi golongan pendidik dalam memahami tujuan profesion mereka serta panduan dalam mengahadapi cabaran-cabaran dalam dunia pendidikan.
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran
Menurut Al-Ghazali, pendidikan Islam yaitu pendidikan yang berupaya dalam pembentukan insan paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Al Ghazali pula manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadhilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Menurut Al Ghazali tujuan utama pendidikan Islam itu adalah ber-taqarrub kepada Allah Sang Khaliq, dan manusia yang paling sempurna dalam pandangannya adalah manusia yang selalu mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi Metode yang digunakan untuk diklasifikasikan al-ghazali menjadi dua bagian :Pertama, metode khusus pendidikan Agama, metode khusus pendidikan agama ini memiliki orientasi terhadap pengetahuan aqidah karena pendidikan agama pada realitasnya lebih sukar dibandingkan dengan pendidikan lainnya, karena pendidikan agama menyangkut problematika intuitif dan lebih menitikberatkan kepada pembentukan ...
Dianatul Izza (211101060007) Irma Hatyana (212101060014) Holifah (211101060024)
Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan
Tulisan ini mencoba untuk sedikit mengungkap tentang pendidikan akhlak dalam perspektif Al-Ghazali. Pemikiran Al-Ghazali digunakan karena ia adalah salah satu pemikir Muslim terbesar. Banyak pakar menilai bahwa pemikiran Al-Ghazali ini memberikan pengaruh yang signifikan bagi para pemikir Muslim setelahnya, bahkan sampai sekarang. Pemikiran Al-Ghazali tetang akhlak dan pendidikan akhlak disandarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan begitu, pandangannya tidak terlepas dari pandangannya tentang manusia yang banyak mewarnai pemikirannya dalam bidang apa pun. Meskipun sebagian bernuansa normatif, namun beberapa bagian pandangannya terlihat sangat praktis. Maka tidak mengherankan apabila pemikiran Al-Ghazali ini masih kerap digunakan dalam konteks reformasi pendidikan, khususnya di era globalisasi yang penuh tantangan seperti sekarang.
Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman, 2020
This study was initiated by the sharing of knowledge found in Islamic religious education such as the presence of fardhu 'ain and fardhu kifayah, which influence the education system in Indonesia. This study aims to investigate the classification of knowledge according to Al-Ghazali's perspective in his book entitled Ihya' 'Ulum ad-Din. Therefore, this study was written under the title of "The Classification of Knowledge by Al-Ghazali (A Study of Ihya' 'Ulum ad-Din Book)." Judging from the title, this scientific work is library research in which data collection technique used was documentation. Data were collected through written legacy such as writings, pictures, archives, and books about theoretical opinions, arguments, and laws related to research problems. The sharing of knowledge is something that has long been happening in the world of Islamic education where many experts or scholars classify knowledge based on different perspectives. In Islam, knowledge is the basis for worship. Thus, knowing the meaning, object, and source of knowledge is indispensable in an education. In the book of Ihya' 'Ulum ad-Din, Al-Ghazali classified knowledge into two types, namely fardhu'ain knowledge and fardhu kifayah knowledge. Fardhu'ain knowledge is a science or knowledge that is required to be studied by every human being, while fardhu kifayah knowledge is a science that if there is at least someone or a group of people who studies it, the obligation to study will fall on the communities in that area. The results showed that in the book of Ihya' 'Ulum ad-Din, Al-Ghazali classified knowledge into two, fardhu'ain knowledge and fardhu kifayah knowledge. Muamalah knowledge such as aqidah (things to do and not to) and mukasyafah knowledge are included in fardhu'ain knowledge. Meanwhile, knowledge of shari'ah and knowledge of non-shari'ah matters (praiseworthy knowledge, disgraceful knowledge, and allowed knowledge) are included in the fardhu kifayah knowledge.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.