Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
6 pages
1 file
filsafat nilai-nilai
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
ABSTRAK Sublim dapat didefinisikan sebagai kualitas mengenai sesuatu yang agung (greatness). Estetika sublim--sebuah pengalaman mengenai yang sublim--sebagai kontras dari pengalaman keindahan, merupakan konsep yang membebani dalam filsafat seni dalam pengertian memerlukan refleksi yang mendalam dan seringkali tidak bersesuaian dengan common sense yang beranggapan sublim melulu mengenai objek. Longinus, pada Abad 1 M, adalah pemikir yang pertama kali mulai membuat konsep sublim sebagai konsep yang distingtif dari keindahan. Sama seperti keindahan, sublim adalah kualitas pengalaman yang tidak serta-merta bisa dirumuskan definitif meskipun bagi beberapa pemikir, seperti Immanuel Kant, faktor-faktor sublim itu bersifat universal: matematika dan alam. Bila faktor sublim itu universal, lantas mengapa kita tidak bisa begitu saja melakukan penyimpulan terhadapnya? Beberapa pemikir menilai sublim hadir dalam kekinian yang sontak, seperti pada pemikiran Jean-François Lyotard, yang mendestabilisasi konsepsi kita mengenai kesekarangan (nowness). Tulisan ini akan membahas disposisi estetika sublim dalam (filsafat) seni; juga menerangkan bagaimana tindak kesadaran memungkinkan kehadiran sublim. Dalam tulisan ini, peneliti melakukan deskripsi-analitis terhadap beberapa teks kunci, khususnya Kant dan Lyotard sebagai bahan refleksi mengenai tindak kesadaran dalam pengalaman sublim dan khususnya mengenai disposisi estetika sublim dalam seni.
Arfia Hapsekar Larasati
Estetika sering diungkapkan sebagai persamaan makna seni, tetapi ia berbeda dengan falsafah keindahan, karena estetika tidak semata-mata menjadi permasalahan falsafah. Estetika atau nilai-nilai keindahan ada dalam seni maupun desain, yang membedakan adalah estetika dalam seni untuk diapresiasi, sedangkan estetika dalam desain adalah bagian dari sebuah fungsi suatu produk. Kata Kunci : Estetika
The aesthetic in the art of Malay world have a main role. It link with ideas, activities, and artefacts. In Malay cultural performing art, aesthetic always doing in the concept of creativity, mixturization, hibridation (adun) between Islam, Western, and indigenous elements, in the world context. The influence aesthetic from Islam can be analyzed throughout the musical art aesthetic of Al-Farabi; absorbed of Islamic dance and its aesthetic as expressed in zapin, hadrah, rodat, and marawis; in theatre Malay adopted some aesthetic though and art genre especially in Arabian night (cerita seribu satu malam), wayang Parsi, bangsawan, and karagos. From Western culture, Malay adopted some aesthetic in their performing art, for example uses the scale system in music as just intonation, equal tempered, Phytagoras scale, and tuning system of instruments. In the dance, Malay adopted paired dance in joget or branyo. In the theatre, Malay influenced Western aesthetic as in the idea of beauty, role, setting, staging, and dialog writing. The indigenous elements aesthetic of Malay performing art can be analyzed in the concept of naturalism imitation (kembali ke alam semula jadi), improvization (gerenek, patah lagu and cengkok), simbolization of dance movement, etc. Their aesthetic in performing art based on innovation or acculturation process. Islam is the fundamental philosophy in Malay performing art idea and actuality.
ini diharapkan Anda dapat: 1. memahami pengertian seni dan keindahan 2. memahami makna seni dan estetika 3. memahami perkembangan estetika di Barat dan Timur 4. menguraikan karya seni rupa berdasarkan teori estetika Kata-kata kunci: Seni, keindahan, estetika, simpati, empati, teori subjektif dan objektif, perkembangan seni, klasik, ekspresi, mimesis, distansi psikis, teori kreativitas Untuk memahami pendidikan seni rupa, terlebih dahulu Anda diharapkan dapat mempelajari secara mendalam seputar kajian seni, dalam kaitannya dengan berbagai hubungan dan masalah filosofis maupun ilmiah. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman terhadap pendidikan seni rupa dilandasi oleh kajian seni rupa secara menyeluruh. Lingkup kajian seni rupa ini meliputi: pemahaman terhadap seni, keindahan, estetika, dan perkembangannya.
Abstrak Kesenian Langen Tayub sebagai sebuah kesenian yang hidup dan berkembang di wilayah pedesaan memiliki estetika yang sesuai dengan kondisi sosio budaya masyarakat pedesaan. Selain itu Langen Tayub yang hidup di masyarakat agraris juga diwarnai oleh beberapa konsep hidup, nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat agraris. Dalam masyarakat Nganjuk berkembang istilah A3 yaitu: 1) Awehan, maksudnya dengan senang hati mau memberi/melayani dalam hal menari, nembang, melayani minum, bersedia diajak bincang-bincang; 2) Ayu atau cantik, waranggana yang menjadi idola masyarakat dan penayub harus kelihatan cantik, artinya pandai berbusana dan berhias supaya kelihatan menarik; 3) Apik, maksudnya baik sikapnya, sopan, ramah terhadap penayub dan masyarakat. Ada konsep dalam masyarakat Jawa yang dapat diterapkan untuk pementasan Langen Tayub, yaitu aruh, lungguh, gupuh dan suguh. Aruh artinya memanggil, dalam hal ini apabila diterapkan pada pementasan adalah ketika awal pertunjukan, ada klenengan yang diperdengarkan oleh para pengrawit. Lantunan gendhing-gendhing diperdengarkan agar para undangan segera datang ke arena pementasan. Klenengan biasanya juga diiringi tembang-tembang yang dilantunkan sinden maupun waranggana yang sudah siap di atas panggung. Lungguh maksudnya setelah tamu datang, maka oleh penerima tamu, pramugari dan tuan rumah dipersilahkan untuk duduk sesuai dengan penataan yang sudah diatur oleh pramugari. Tempat duduk tamu biasanya berkelompok sesuai komunitas asal daerah/kecamatan masing-masing. Gupuh diartikan sebagai sikap sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk tamu yang baru datang. Sibuk dalam hal ini bisa berarti repot menyiapkan makanan dan minuman. Selain itu juga bisa digunakan untuk pramugari yang sibuk mengatur urutan penayub yang menari dengan waranggana, karena setelah tamu duduk, maka segera saja pramugari mencatatnya untuk dibuatkan urutan penampilan. Suguh dapat berarti memberi jamuan, memberikan makanan dan minuman juga sajian Langen Tayub. Kata Kunci: Estetika Langen Tayub, Awehan, Ayu, Apik Pendahuluan Kesenian Langen Tayub merupakan kesenian tradisional yang masih digemari sebagian masyarakat di pedesaan Jawa, termasuk di kabupaten Nganjuk. Bentuk kesenian ini masih dipentaskan dalam beberapa aktivitas masyarakat Nganjuk, baik untuk perhelatan perkawinan, bersih desa maupun perayaan yang lain. Kesenian Langen Tayub sebagai kesenian tradisional pedesaan telah memiliki akar tradisi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Nganjuk. Seni Langen Tayub atau Langen Beksa selama ini mampu bertahan hidup dalam perubahan sosial budaya yang ada, meskipun dalam beberapa hal telah mengalami
Estetika Seni Islam, 2019
Estetika seni Islam mengkonsepkan definisi keindahan sebagai fitrah yang harus disalurkan dengan mengikuti syariat agama Islam. Menjadikan seni yang dibuat sebagai sarana untuk mengangkat esensi tauhid, penghambaan diri, dan representasi dari pengalaman kerohanian yang bersih. Penelitian terhadap konsep estetika Islam dilakukan untuk mengetahui bagaimana definisi estetika dan posisi seni dalam pandangan ajaran Islam. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan studi pustaka melalui karya literatur materi terkait. Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana corak dan ciri khas seni Islam yang dibuat oleh seniman muslim sebagai bentuk penerapan konsep estetika Islam dan apa pengaruhnya dalam kesenian dunia.
Aulia Cika Hindarti , 2019
Estetika seni cina berorientasi pada kepercayaan Taoisme, Budhisme, dan Konfusianisme. Dalam pembuatan karya seninya pun terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi perhatian seniman. Konsep kepercayaan estetika seni cina berdasarkan naturalisme mistik. Bercermin pada alam semesta dan isinya juga kepekeaan indera rohani dalam menangkap keindahan dan menuangkannya pada sebuah karya. Penelitian terhadap konsep estetika seni rupa Cina dilakukan untuk mengetahui bagaimana definisi estetika, landasan, prinsip dasar seniman, unsur-unsur utama dan sejarah dalam pandangan Cina atau Tiongkok. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan studi pustaka melalui karya literatur materi terkait yang didapatkan dari laman web. Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana corak dan ciri khas seni rupa Cina yang dibuat oleh seniman Cina sebagai bentuk penerapan konsep estetika Cina. Kata Kunci: Estetika, seni rupa cina, prinsip dasar, alam The aesthetics of Chinese art are oriented towards the beliefs of Taoism, Buddhism, and Confucianism. In the production of his artwork there are also some basic principles that are of concern to artists. The concept of aesthetic belief in Chinese art is based on mystical naturalism. Reflecting on the universe and its contents also the sense of spiritual sense in capturing beauty and pouring it on a work. Research on the aesthetic concepts of Chinese art was carried out to find out how the aesthetic definitions, foundations, basic principles of artists, main elements and history in the view of China or China. The research method is carried out by conducting a literature study through literature related material obtained from web pages. From this research, it can be seen how the patterns and characteristics of Chinese fine arts made by Chinese artists as a form of application of Chinese aesthetic concepts.
PEREMPUAN DI TITIK NOL, 2024
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.