Buku ini membahas sebuah implementasi dari visi UIN Walisongo Semarang: Unity of Sciences (Waḥdah al- ‘Ulūm) atau Kesatuan Ilmu Pengetahuan, dengan fokus pada penyatuan logoterapi dan tasawuf. Sebagaimana sudah dijabarkan mulai dari bab I hingga bab V, tampak bahwa dimensi-dimensi psikis (kejiwaan) dan spiritual dalam logoterapi-nya Viktor E. Frankl dijadikan sebagai kerangka acuan teoritik dalam menyusun logoterapi sufistik ini. Dimensi psikis diinterpretasi dan dikontekstuali-sasikan dalam pengertian nafs dalam tradisi sufi. Akibatnya memang sedikit berbeda dengan jiwa dalam pengertian Frankl. Nafs dalam tradisi sufi ada yang memandangnya secara negatif, namun itu ketika mereka melihatnya pada tingkatan nafs terendah. Tetapi, nafs bisa mengalami transformasi diri hingga mencapai puncaknya. Nafs puncak inilah sesungguhnya mampu mentransendensikan diri (istilah Frankl) sehingga mampu menemukan makna hidup. Sementara itu, dimensi spiritual dalam logoterapi, diinterpretasi dan dikontekstualisasikan sebagai rūḥ dan qalb perspektif sufi. Karena itu tidaklah mengherankan jika spiritualitas dalam logoterapi sufistik sangat theosentris, menggeser spiritualitas Frankl yang anthro-posentris. Hal ini tidak bisa dihindari karena memang rūḥ dan qalb mempunyai potensi Ilahiah. Rūḥ, secara fitrahnya memang sudah ditiupkan dari ruh-Nya, sedangkan qalb merupakan rumah Tuhan. Sementara itu prinsip-prinsip pelayanan logoterapi sufistik merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip yang sudah mapan dalam logoterapi Frankl, sehingga penulis hanya menambahkan dimensi sufistik. Demikian pula dalam teknik yang digunakan juga merupakan pengembangan dari Frankl.