Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Resume Buku Gerbang Tasawuf tentang Hierarki Tasawuf dalam Ilmu Ilmu Islam
PENDAHULUAN Dalam tradisi Intelektual Islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu berdasarkan sudut pandangan Islam. Diantara mereka, pendapat Ibnu Khaldun cukup penting diutarakan. Dalam muqaddimah ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis. Dapat ditegaskan bahwa para ulasma menempatkan tasawuf sebagai sebagian dari ilmu – ilmu agama, meskipun sebagian
The manuscript of Sirr al-Lathīf was Sufi sm text at early XX century, that proven the existence and dynamic of Sufi sm thought at Kalimantan, and Nusantara in general. The analysetrhe content of the text, this use Gadamer's semiphilological hermeneutics analysis. The result of the researchs are: fi rstly, the way verses of the Fatiha are believed in the text to be located in the body organs in human being, has been part of human being, explains that the text is not an interpretation but mystical the Fatiha. Secondly, the elaboration of the prayer (sembahyang) in the Sirral-Lathīf isunique and couldnpt be found in fi qh schools. He tried to relate the sembahyang as an union of God and slave. And thirdly, elaboration of insānkāmil (the perfect man) as representation of the perfect man, not different from concepts of mainstreamsufi .The script tend to use symbolization toovercomethe limitations ofverbalwordstoreveala veryintimaterelationship.
Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah, 2017
This paper raises the issue of Sufism with the title "Sufism and Plurality in the Qur'an". Pluralism is derived from pluralist Latin, from pluris namely more than one, the plural. Therefore something said to be plural always consists of many things, various types, different points of view and background. Religious pluralism holds that no one is entitled to claim that religion is the most correct, all religions in this view have their own righteousness. The problem is that these pluralists always express the legitimacy of the Sufis, but the recognition of pluralism by the great Sufis may not exist in the Sufi tradition. From there, they assume that the idea of religious pluralism has indeed existed in the intellectual tradition of Islam and certainly based on Islamic teachings. The trend of harmonizing religions can be found from the two concepts that always reap the polemic and controversy that is the concept of unity of religions or better known in the world of tasaww...
A. Pengertian tasawuf Secara historis, pada masa nabi Muhammad SAW dan khulafaur rasyidin ra., sebutan atau istilah tasawuf tidak pernah dikenal atau belum dikenal. Sehingga banyak pengkritik sufi, atau kelompok penolak tasawuf beranggapan karena istilah tersebut tidak pernah terdengar di masa hidup Nabi Muhammad saw, atau orang sesudah beliau, atau yang hidup setelah mereka bahwa istilah ini hanya dibuat-buat saja. Istilah tasawuf baru dipakai atau digunakan pada pertengahan abad ke 2 H, dan pertama kali oleh Abu Hasyim Al-kufi (W 250 H). Dengan meletakkan ash-shufi dibelakang namanya, meskipun sebelum itu telah ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, wara', tawakkal, dan mahabbah. Walaupun secara gamblang, tetap saja ada yang mengklaim bahwa asawuf adalah bagian ajaran Islam, dengan asumsi bahwa tasawuf adalah membina akhlak manusia (sebagaimana Islam juga diturunkan dalam rangka membina akhlak umat manusia) di atas bumi ini, agar tercapai kebahagaan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin, dunia dan akhirat. Serta tasawuf memusatkan pembersihan rohani dan berujung pada akhlak mulia. 1
Tasawuf telah ada sejak masa Rasulullah Saw namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya, tasawuf dan islam tidak dapat dipisahkan tasawuf sebagai imu keislaman yaitu hasil kebudayaan islam, mempelajari ilmu tasawuf adalah penting, tasawuf adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Tasawuf sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihanya. Dengan demikian tasawuf pada umumnya bertujuan membangun dorongan-dorongan yang terdalam pada diri manusia.
Tasawwuf or Sufism is often referred to as the esoteric dimension of Islam, focusing on the inner and spiritual aspects. Sufis usually lead an ascetic life and engage in various spiritual practices to get closer to God. Tariqas were originally autonomous communities usually formed around Sufi masters. This study aims to explore the dimensions of Sufism and tariqa in Islam. The research methodology used is qualitative, with literature study as the data collection method. Various literatures on Sufism and tariqa in Islam were reviewed to get a comprehensive understanding. The findings of this study indicate that Sufism and tariqa are an important part of Muslim religious practices in many parts of the world. Sufism and tariqa have also influenced the socio-religious development and dynamics in the history of Islamic civilization. This study is expected to be the first step towards further research into the esoteric dimensions of Islam.
PENGENALAN Ilmu kesufian atau Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang didasari oleh Al-Qur'an dan hadis dengan tujuan utamanya amar makruf nahi munkar. Sejak zaman sahabat Nabi SAW, tanda-tanda sufi dan ilmu kesufian sudah ada. Namun nama sufi dan ilmu tersebut belum muncul, sebagaimana ilmu-ilmu lain seperti Ilmu Hadis, Ilmu Kalam, Ilmu Tafsir, Ilmu Fiqh dan lain-lain. Pada tahun 150 H bersamaan 8 M Ilmu Sufi atau Ilmu Tasawuf ini diwujudkan dan berkembang sebagai ilmu yang bersifat kerohanian. Menurut Prof Dr. Hamka, tasawuf Islam telah timbul sejak wujudnya agama Islam itu sendiri. Telah tersemai di dalam jiwa umat Islam itu sendiri iaitu Nabi Muhammad Saw. Diambil sumbernya dari Qur'an sendiri. Menurut Imam Malik :" Barangsiapa mempelajari atau mengamalkan tasawuf tanpa fiqh maka dia telah zindiq (iaitu mereka yang menyeleweng), dan barangsiapa mempelajari fiqh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fiqh dia meraih kebenaran." Oleh yang demikian, Ilmu Tasawuf dan Ilmu Fiqh bagaikan isi dengan kuku yang tak dapat dipisahkan, dan tidak boleh diabaikan kerana ilmu ini penting untuk akal dan hati manusia. Secara sedarhana, Tasawuf adalah melawan kehendak hawa nafsu jahat yang menghalangi seseorang melakukan suruhan Allah dan melatih diri dan hawa nafsu supaya tunduk di dalam melakukan suruhan Allah dan ibadah-ibadah yang lain supaya menjadi suatu kelaziman bagi diri seseorang (riyadhah-mujahadah) untuk membersihkan hati, meninggikan martabat di sisi Allah, lantaran mampu mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, sehingga menjadikan kehidupan seseorang mukmin itu bertujuan pengabdian kepada allah semata-mata. DEFINISI TASAWUF Tasawuf itu berasal daripada perkataan ()ﺻﻮف yang bermaksud baju bulu yang dipakai oleh ahli-ahli sufi. Pendapat lain pula mengatakan bahawa tasawuf berasal daripada perkataan (ﺻﻔﺎء) yang bermaksud bersih, hening dan suci selaras dengan aliran pengajaran ilmu tasawuf yang cenderung ke arah pembersihan diri daripada segala penyakit hati dan maksiat sama ada maksiat zahir dan batin. Ada juga yang berpendapat bahawa tasawuf itu berasal daripada perkataan suffah iaitu generasi sahabat yang pertama yang tekun dalam pelaksanaan ibadah mereka di Masjid Nabawi pada zaman Rasulullah.
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI -4 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2017 I.
Resume Buku Gerbang Tasawuf tentang Defenisi, Hierarki dan Tujuan Tasawuf
Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 2017
Family is a small community in society. Every Muslim is required to live in order to live the demands of Islamic teachings. The family is the most important unit for the development process of the ummah. a good personality is formed from a family that instills good manners. The concept of family in Islam is quite clear even Islam is very priority of individual and family coaching. Because the family is a good prerequisite for a nation and Country, especially if all families follow the guidelines submitted religion, in addition the family is also the closest environment with children, since children are born, in this family the children will have much experience to grow and developing for the future. Inside the family parents can give examples of behaviors that will be imitated by children, because in the family is the most effective place to membelajarkan value of religion to the child. The role of parents in the family as guides, caregivers, teachers, mentors, and example in the family. Parents are very big role in inculcating the values of Sufism as the foundation of his children, With the inculcation of the values of mysticism by parents, it is expected that in the next stage of development the child will be able to distinguish good bad, right wrong, so that children can apply it in everyday life.
ABSTRAK Islam merupakan agama yang memiliki dimensi internal yang disebut dengan al-ihsan. Sebagai dimensi internal Islam, para ahli memberikan respons berbeda terhadap ajaran para sufi. Sebagian ahli menerima tasawuf sebagai dimensi batin dari ajaran Islam, dan sebagian ahli mengkritik bahkan menolak ajaran tasawuf tertentu karena mereka menilai bahwa ajaran tasawuf bukan berasal dari Islam. Artikel ini mengkaji tasawuf sebagai dimensi batin ajaran Islam. Studi ini merupakan hasil kajian kepustakaan dimana data diperoleh dari kegiatan studi dokumen. Studi ini mengajukan temuan bahwa tasawuf merupakan dimensi ajaran Islam. Tasawuf merupakan disiplin ilmu yang lahir dari peradaban Islam, dan sumber ajarannya berasal dari Alquran dan hadis. Memang para orientalis cenderung menyebutkan bahwa ajaran Kristen atau agama lain menjadi pendorong kelahiran tasawuf di dunia Islam, tetapi para ahli dari kalangan Islam menolak pendapat mereka. Kata Kunci: Tasawuf, Tarekat, Sufi, Nusantara Pendahuluan Dapat dilihat bahwa studi tasawuf merupakan studi yang menarik dikaji dan penting. Studi ini memang mendapatkan perhatian dari para peneliti dari pihak Islam maupun orientalis. Berbagai karya tulisan telah mereka hasilkan mulai dari studi tokoh sampai studi tarekat. Menurut penulis, studi ini penting diketahui karena sebagaimana disebutkan Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas bahwa tasawuf merupakan dimensi internal ajaran Islam. Al-Attas (2011: 149) berkata "tasawuf adalah penzahiran ihsan pada diri seseorang." Dalam sebuah hadis Nabi terdapat pembahasan tentang dimensi agama Islam, yaitu iman, islam dan ihsan. Berdasar pendapat al-Attas di ataslah, penulis menyimpulkan bahwa tasawuf merupakan dimensi ihsan, satu dari tiga dimensi dari agama Islam. Oleh karena itulah, penulis menilai bahwa studi tasawuf memang sangat penting dibahas dan dikenalkan dalam kesempatan kali ini. Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan,
Disusun Oleh : Nama Mahasiswa : DEWI APRILIYANTI LUBIS Nomor Induk Mahasiswa : 0705162005 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI MEDAN 2017 BAB I PENDAHULUAN
Tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu di dalam khazanah peradaban Islam telah berkembang selari dengan perkembangan budaya, falsafah dan sejarah agama Islam itu sendiri. Ia tidak lahir begitu sahaja tanpa adanya pengaruh pemikiran dan kepercayaan yang berlaku di tengah masyarakat ketika itu (al-Taftazani 1979). Oleh yang demikian muncul pelbagai perspektif dan kaedah pengkajian ilmu tasawuf seiring dengan perkembangan zaman. Para ulama tasawuf telah mengemukakan pelbagai pengertian atau takrif mengenai tasawuf. Malahan takrif yang ada berjumlah ratusan bahkan mencecah ribuan (al-Salihi 2000; Zakaria 2012). Perkara semacam ini berlaku antara lain kerana tingkat pengalaman rohani (ahwal) para ulama dan pengamal tasawuf (salik) yang berbeza-beza. Mereka menyatakan makna tasawuf sesuai dengan pengalaman peribadi masing-masing atau sesuai dengan peristiwa yang mereka lihat dan berlaku pada zaman mereka (al-Taftazani 1979).
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.