Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
8 pages
1 file
Concept of science in Islam has its own universal dimension, metaphysic and empiric, and diffenrent from sciences came from Western worldview which limited in empiric dimension. It will be in the case that the concept of science in Islam is one of integral part of Islamic worldview; so that it has its own characteristics differed from another concept of science in other civilizations. Science according to Islamic worldview is not only cover substance of knowledge, but becomes important element in civilization as well. Related to the important of position of science, number of scholar such as Ibnu Khaldun, Imam al- Ghazali, or Syed Muhammad Naquib al-Attas gave several features of science to know which one has higher priority, to be associated with how the concept of science in Islam decided later. From the discussion offered by the scholars, it will be understood that science in Islam not only encompasses theology and law, but also there is a row of other sciences such as physics, biology, and so forth need to be studied. The acquisition method of each branch of sciences have their own approach, both of internal and external sense, khabar sadiq, and the third is intellect. A Muslim should solidly hold the Islamic tradition and not too impressed with the tradition of Western scholarly even it looks more attractive.
KALIMAH, 2015
Concept of science in Islam has its own universal dimension, metaphysic and empiric, and diffenrent from sciences came from Western worldview which limited in empiric dimension. It will be in the case that the concept of science in Islam is one of integral part of Islamic worldview; so that it has its own characteristics differed from another concept of science in other civilizations. Science according to Islamic worldview is not only cover substance of knowledge, but becomes important element in civilization as well. Related to the important of position of science, number of scholar such as Ibnu Khaldun, Imam al-Ghazali, or Syed Muhammad Naquib al-Attas gave several features of science to know which one has higher priority, to be associated with how the concept of science in Islam decided later. From the discussion offered by the scholars, it will be understood that science in Islam not only encompasses theology and law, but also there is a row of other sciences such as physics, biology, and so forth need to be studied. The acquisition method of each branch of sciences have their own approach, both of internal and external sense, khabar s} a> diq, and the third is intellect. A Muslim should solidly hold the Islamic tradition and not too impressed with the tradition of Western scholarly even it looks more attractive.
SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah SWT yang menjadikan semua isi alam ini dari yang sekecil-kecilnya hingga yang paling besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah SWT yang Maha Mengetahui inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu.
Irma Qurata Aini, 2021
U n i v e r s i t a s I s l a m N e g e r i S u m a t e r a U t a r a M e d a n J l. I A I N N o. 1 , G a h a r u , k e c. M e d a n T i m. , K o t a M e d a n , S u m a t e r a U t a r a 20235 0821-6580-9697 i r m a q u r a t a a i n i i @ g m a i l. c o m 2/21/2021 Nama: Irma Qurata Aini Nim: 0308203033 Wahyu pertama (surah Al-alaq ayat 1-5) yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Mengandung prinsip-prinsip ilmu dan teknologi. Kata Iqra' bearti bacalah, telitilah, damailah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, yang kesemua makna dapat dikembalikan kepada hakikat "menghimpun". Al-Qur'an adalah kitab suci yang berdimensi banyak yang kandungan isinya tidak hanya berbicara masalah-masalah keilmuwan dan keagamaan, tetapi lebih luas lagi meliputi berbagai Aspek kehidupan manusia yang kompleks, isinya tidak tersusun layaknya buku-buku ilmiah.
Pendahuluan Ketika mengawali pembicaraan mengenai peradaban Islam, al-Faruqi menegaskan bahwa intisari dari peradaban Islam adalah Islam itu sendiri, dan intisari dari Islam adalah tauhid. 1 Berawal dari premis yang pertama, bahwa intisari peradaban Islam adalah agama Islam itu sendiri, merupakan ungkapan yang tidak dianggap berlebihan. Karena mayoritas umat Islam meyakini bahwa Islam merupakan agama yang sempurna. Sehingga Islam dalam term al-Quran disebut sebagai dîn. Ketika Islam difahami sebagai dîn, maka ia harus difahami sesuai dengan makna yang tergambar dalam al-Quran dan Bahasa Arab. Sebenarnya kata dîn (d-y-n) dalam Bahasa Arab memiliki banyak makna yang berhubungan secara konseptual. Dalam kamus Lisân al-'Arab, kata d-y-n memiliki empat makna dasar, yaitu : 1. keadaan berhutang; 2. penyerahan diri; 3. kuasa peradilan; dan 4. kecenderungan alami. Dari makna ketiga muncul sebuah kata "madînah" sebagai isim makân 2 dari kata d-y-n, yang bermakna tempat peradilan. Singkatnya madînah adalah sebuah tempat yang memiliki seorang hakim atau penguasa yang menegakkan hukum peradilan. Kata d-y-n pun memiliki keterkaitan makna konseptual dengan kata yang hampir mirip, yakni maddana yang berarti membangun atau membina kota. Dan dari kata ini muncul kata tamaddun sebagai bentuk mashdar-3 nya, yang bermakna "peradaban". 4 Dan dari dasar Islam sebagai dîn inilah kemudian lahir Islam sebagai tamaddun dan Islam sebagai madînah. Maka tepat bila al-Faruqi menganggap bahwa intisari dari peradaban Islam adalah Islam itu sendiri, dan dari dasar seperti inilah Islam tumbuh menjadi sebuah peradaban gemilang yang pernah menjadi kiblat dunia. Sedangkan dari premis kedua, disebutkan bahwa intisari Islam itu adalah tauhid. Secara tradisional dan sederhana, tauhid adalah keyakinan dan kesaksian bahwa "tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah". Makna sederhana ini memberikan makna dan indikasi yang sangat kaya dan agung, terutama ketika dimasukkan dalam konsep epistemologi Islam. Karena dari dasar tauhid inilah bangunan epistemologi Islam menjadi sebuah bangunan yang integral dan holistik. Dan dari bangunan epistemologi seperti inilah Islam membangun peradabannya yang sangat mengagumkan. Maka al-Faruqi sangat tepat ketika menyatakan bahwa tauhid-lah yang telah memberikan identitas peradaban Islam, yang mengikat semua bagian-bagiannya, sehingga menjadikan mereka suatu badan yang integral dan organik. 5 Dari kedua premis di atas, penulis akan mencoba mengkaji kemajuan keilmuan dan peradaban Islam pada Dinasti Abbasiyah. Dan dari kedua premis ini, penulis akan mencoba mengemukakan sebab-sebab kemajuan peradaban Islam pada Dinasti Abbasiyah yang sangat sulit untuk diwujudkan kembali pada masa ini.
1 Abstra k Ilmu sebagaimana akan kita uraikan nanti, merupakan system pemaknaan akan realitas dan kebenaran, bersumber pada wahyu yang didukung oleh rasio dan intuisi. Dengan proses nadzar dan fikr, rasio akan dapat berartikulasi, menyusun proposisi, menyatakan pendapat, berargumentasi, membuat analogi, membuat keputusan, serta menarik kesimpulan. Dalam worldview Islam, ilmu berkaitan erat dengan iman, 'aql, qalb, dan taqwah. Tidak hanya 2 bahwa dalam al-Qur`an kata al-`ilm dan derivasinya digunakan lebih dari 780 kali. Lihat; The Holy Qur`an and Science of Nature, Teheran; Islamic Propagation organization, 1984, hal: 4. Franz Rosental menyebutkan bahwa akar kata `ilm beserta derivasinya, selain yang tidak terkait dengan "alam dunia" muncul sekitar 750 kali dalam al -Qur`an. Lihat; Knowledge Triumphat: The Concept of Knowledge in Medieval Islam, Leiden: E.J.Brill, 1970, hal: 21 2 Wan Muhammad Nor Wan Daud lebih lanjut menyatakan bahwa kombinasi term-term Allah dan Rabb tidak termasuk al-Athma al-Husna muncul lebih dari 3750 kali. Lihat; The Concept of Knowledge in Islam: its Implications for Education In Developing Country, hal: 10. Fazlurrahman menyatakan bahwa term-term Allah tidak termasuk al-Rabb dan ar-Rahman muncul lebih dari 2500 kali dalam al-Qur`an. Lihat; Major Thems of The Qur`an, Minneapolis: Bibliotheca Islamica, 1994, hal:1 3 Lihat; QS al-`Alaq [96]: 1-5, QS: al-Mujadalah [58]:11, QS: al-Baqarah [2]: 269, QS Thaha [20]:
Modern science dominated by idealism, rationalism, and empiricism has brought an acute humanity crisis. At the epistemology level, religion provides knowledge which guarantees human values, beyond ration and empirical findings. This paper aims at exploring texts of al-Qur'an as a source of knowledge. The methodology construction starts from seeing it as a paradigm-placing the holy text as an open corpus critically analyzed from linguistics, literary, and historical points of views. Abstrak: Sains modern yang dikuasai oleh idealisme, rasionalisme dan empirisme telah membawa krisis kemanusiaan yang akut. Pada ranah epistemologis, agama menyediakan pengetahuan yang tidak disediakan oleh rasio maupun temuan empirik yang menjamin adanya nilai-nilai kemanusiaan. Paper ini bertujuan mengeksplorasi peluang dijadikannya wahyu al-Qur'an sebagai sumber ilmu. Konstruksi metodologi ilmiah dimulai dengan mengubah cara pandang terhadap wahyu al-Qur'an sebagai paradigma yang berarti menempatkan al-Qur'an dalam hakekat ontologisnya sebagai teks kebahasaan yang terbuka terhadap kerangka analisis modern seperti lingusitik, kritik sastra dan analisis historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks suci al-Qur'an yang bersumber dari wahyu dapat dijadikan sumber ilmu dengan persyaratan kajian dengan metodologi yang ilmiah.
Hadirnya ilmu dan pendidikan memberikan pengaruh yang luar biasa atas lahirnya berbagai konsep kehidupan yang diperlukan manusia dalam berbagai aspek. Ilmu dapat digunakan dalam lingkup yang luas. Kemuliaan ilmu sudah jelas diketahui oleh setiap orang, karena ilmu merupakan keistimewaan yang diperuntukkan khusus bagi makhluk yang bernama manusia. Manusia menjadi makhluk Allas swt. yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk yan lainnya. Sebagai bekal manusia dalam menjalankan tugasnya, maka Allah karuniakan kepada hambanya yakni potensi yang dapat dipergunakan sebgai pengembangan sebagai seorang hamba. 1 Ilmu merupakan bagian terpenting dalam sebuah perkembangan dan kemajuan suatu negara melalui proses pendidikan. Untuk itu diperlukan sebuah kesinambungan yang relevan antara ilmu dan pendidikan demi tercapainya sebuah kemaslahatan. Pendidikan menjadi salah-satu bagian terpenting dalam kehidupan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era yang semakin maju. Pendidikan dijadikan sebagai wadah sebagai penentu maju mundurnya suatu bangsa. Dengan demikian, jika ingin melihat kemajuan suatu bangsa, maka lihatlah bagaimana pendidikannya berjalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Term ilmu dalam Al-Qur'an Dalam al-Qur'an, ilmu dijadikan sebagai bukti betapa istimewanya manusia. Imam al-Ghazali dalam Retna D. Estuningtyas menyebutkan bahwa jika
KALIMAH, 2018
The concept of science is related to epistemology, because epistemology is the theory of science. The problem in this modern century, discussion on epistemology suggests a dividing line between science and religion. All science must be empirical in nature, in which brings human understanding into nihilism, relativism and materialism, which is a milestone in the emergence of secularism and other issues. Then, what is science according to Islam? What are the basic and primacy of it? How does Islam look at sources of right science? How the way of reaching it? Is there any classifi cation of science in Islam? This paper will aĴ empt to answer and discuss these questions clearly and pithily in Fakhr al-Din al-Razi's perspective. In this regard, al-Razi sees that science is an understanding which delivered on the wisdom of anything, no doubt that science on ru> h} , further delivering on perfect happinest. In addition,
2018
Di dalam al-Qur'an kata ilmu diulang-ulang sebanyak 99 kali 1. Bentuk-bentuk tersebut didalam terjemah al-Qur'an departemen agama RI, cetakan Madinah Al Munawwaroh (1990). Diartikan dengan ilmu, pengetahuan, kepintaran dan keyakinan. Sedangkan kata Ilmu berasal dari bahsa arab 'Alima yang berarti mengetahui, mengerti. Makanya seorang dianggap mengerti karena sudah mengetahui obyek atau fakta lewat pendengaran , penglihatan atau hatinya. Jadi ilmu secara teknis operasional memiliki pengertian kesadaran tentang realitas. Hal ini biasa ditemukan dalam al-Qur'an bahwa "mereka yang memiliki kesadaran tentang realitas (tidak mengikuti sesuatu yang ia tidak memiliki pengetahuan tentangnya)melalui pikiran, penglihtan dan hati akan berfikir rasional dalam menggapai suatu kebenaran. 2 Untuk lebih memahami urgensi filsafat ilmu dalam prespektif al-Qur'an penulis memaparkan sebuah pembahasan dalam makalah ini sebagai berikut: B Rumusan Masalah
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 2021
Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin, 2016
Journal Of Social Research
Jurnal Da'wah: Risalah Merintis, Da'wah Melanjutkan, 2021
Tasfiyah, 2018
Nafara Chairatin Nisa, 2021
Jurnal Tarbawiyah, 2012
Wardah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, 2020