Academia.eduAcademia.edu

INTOLERANSI BERAGAMA

I. TRADISI KERUKUNAN BERAGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA Sebagaimana dimaklumi, letak benua maritim Indonesia berada di persimpangan semua lalu lintas ekonomi, politik, dan kebudayaan dunia. Karena itu, watak bangsa kita sejak dahulu kala, mudah dan sangat terbuka menerima pengaruh asing yang datang darimana pun juga, tanpa menghilangkan jatidiri budayanya sendiri di sepanjang sejarah. Pengaruh asing diterima dengan terbuka untuk memperkaya budaya bangsa sendiri yang juga terdiri atas bilangan tradisi budaya lokal yang sangat kaya dan beraneka dari Merauke sampai ke Sabang, dan dari pulau Rote sampai ke Miangas. Percampuran kreatif antara pengaruh asing itu dengan tradisi-tradisi lokal dan inter-lokal itulah yang membentuk kesadaran kebangsaan Indonesia modern yang membangun wadah tunggal dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan watak yang demikian, mudah bagi bangsa Indonesia menerima kehadiran agama-agama dan peradaban-peradaban besar dunia yang datang menanamkan pengaruhnya dengan sangat mendalam dalam sejarah bangsa Indonesia. Semua agama besar yang dikenal dunia pernah menjadi agama dominan pengaruhnya dalam masyarakat nusantara sehingga mewariskan peradaban besar di masa-masa lalu. Di zaman pengaruh ajaran agama Buddha, Indonesia bersatu dalam wadah Kerajaan Sriwijaya. Di zaman pengaruh ajaran agama Hindu, Indonesia dipimpin oleh Kerajaan besar bernama Majapahit. Di zaman sesudahnya, Islam menjadi agama yang paling dominan di kalangan penduduk nusantara, dan sejak datangnya pengaruh bangsa dan peradaban Eropah, Indonesia juga berkenalan dengan agama Katolik dan Protestan yang pengaruhnya sangat luas dan besar di seluruh Indonesia. Meskipun sampai sekarang, pemeluk agama Islam merupakan mayoritas, yaitu sekitar 8,7% dari seluruh penduduk, tetapi dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 237 juta jiwa (sensus tahun 2010), 13% penduduk non-Muslim di Indonesia sudah melebihi jumlah penduduk Malaysia dan Brunei dijadikan satu. Itu artinya, jumlah penduduk Indonesia yang menganut agama selain agama Islam sangat besar dan tidak mungkin dan tidak boleh dikecilkan ataupun diabaikan. Apalagi, pola distribusi penduduk berdasarkan agama di Indonesia cenderung tidak bercampur atau berbaur seperti pluralisme dalam masyarakat Amerika Serikat (melting-pot), tetapi tersegmentasi (segmented pluralism) dan bahkan terfragmentasi (fragmented pluralism). Sebagai akibat budaya