Banyak orang mengenalnya sebagai pribadi kharismatik di masa nya. Ia adalah seorang penyair kenamaan yang sajak-sajaknya masing menggaung di pikiran dan banyak acara kebangsaan. Sajak " Aku " " Diponegoro " dan " Karawang Bekasi " tentu kita hafal dengan baik sebagai sebenar-benarnya api. Chairil, atau biasa dipanggil ninik adalah anak dari pasangan Toloes bin Manan dan Siti Saleha. Ia dilahirkan di lingkungan keluarga berada di Medan. Sejak kecil menerima kondisi yang serba nyaman dan terpenuhi membuatnya sudah akrab dengan dunia literasi dan wanita. Menjadi chairil yang setiap hari bergumul dengan buku membuat pengetahuannya bisa dibilang lebih dari anak seusianya. Anak anjing itu berkembang menjadi binatang jalang kelak. Semenjak orangtuanya cerai ia pergi ke Batavia bersama ibunya. Chairil pada 1942 sudah menempati Batavia dengan segala kehidupan perkotaannya. Dalam sebuah catatan mengatakan bahwa Chairil bias dibilang adalah salah seorang bohemian pertama di Jakarta. Bukan karena ia tidak mampu secara finansial, tapi ia memang suka dalam kehidupannya yang begitu, orang yang sangat urakan dan bebas dalam artian tidak terikat dunia material. Wanita dan revolusi Indonesialah yang titik tuju pandangan mata sayu chairil. Bahkan dalam tema sajak maupun prosa chairil selalu bertemakan hal ini. Sesuatu yang menarik adalah pada angkatan 45 yang menjadi tokoh sentral adalah Chairil sendiri. Ia disebut sebagai tokoh sentral bukan karena tema kepenulisannya saja, melainkan merupakan penyair yang sering kali turun langsung dalam proses revolusi negara ini. Pribadi yang selalu menggebu dalam banyak hal. Relasinya banyak mulai dari tokoh birokrasi pemerintah seperti Sjahrir, pelukis seperti Affandi dan banyak lagi. Menjadi penyair di era baru lahirnya negara dengan diversitas sangat tinggi tentu bahasa Indonesia mengalami ujian yang sangat berat. Bahasa ini harus lulus uji kesatuan dan penyatuan. Di era ini sebenarnya merupakan era gelap kepenyairan Indonesia dikarenakan penguasaan bahasa Indonesia yang kurang oleh para penyair sehingga menciptakan banyak kesalahan arti dan kurang tepatnya penggunaan bahasa sendiri. Chairil tampil bukan hanya membawa semangat tapi juga menggunakan kemampuannya menyerap bahasanya yang sangat kuat lagi tepat. Ia merupakan segelintir orang yang menguasai bahasa Indonesia secara rapi dan cermat. Bahkan menurut Sapardi Djoko Damono, Chairil merupakan orang yang mampu menyatukan rakyat lewat jalan bahasa Indonesia yang ia kuasai ini. Dengan karya-karyanya terbukti ia mampu memberikan suatu bentuk keindahan dalam bahasa baru ini. Di era baru bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, banyak penyair yang masih menggunakan bahasa daerahnya dalam kepenyairan sehingga bahasa Indonesia sendiri masih belum kuat akar pada penggunannya. Disinilah chairil sebagai tokoh sentral mampu merangkul kesemua orang untuk menggunakan dan menjunjung bahas persatuan kita ini. Dampaknya kita dapat menggunakan bahasa Indonesia hampir di setiap daerah dengan kebanggan yang tinggi. Yang menarik lagi dari chairil adalah ia mampu menambahkan kata-kata asing dan menggunakannya pada sajak sehingga sajaknya