Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2009
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya kita dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan bakat para peserta dalam menghafal dan mengkaji ilmu Alquran Terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan mendukung dalam pelaksanaan acara ini, kami berharap acara ini bisa terselenggara dengan baik.
Mukjizat Allah yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw yang berupa Al-Qur’an dan merupakan kitab suci umat islam. Yang mana kemukjizatan Al-Qur’an ini masih diberlakukan sampai saat ini tidak seperti mukjizat-mukjizat lain yang hanya berlaku pada masanya saja. Kemukjizatan Al-Qur’an yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad, merupakan salah satu bukti akan kenabian Nabi Muhammad dan bukti akan kebenaran ajaran Islam.
MU'JIZAT AL-QUR'AN, 2019
Manusia, seperti halnya makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan Allah sejak kelahiran hingga kematiannya. Setiap makhluk dibimbing oleh suatu sistem khusus menuju suatu tujuan yang telah ditentukan. Semua perbuatan buruk yang dilakukan manusia ternyata bersumber dari manusianya sendiri yang mempunyai akal dan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk akibat egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan perintah-perintah-Nya kepada hamba-Nya pilihan melalui wahyu dan menugaskan mereka untuk menindak lanjuti perintah-perintah itu kepada umat manusia, mengajak mereka untuk mengikuti dengan mengembankan rasa takut, dorongan dan ancaman.1 Misi para nabi atau rasul terdahulu terbatas pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Mukjizat-mukjizat mereka bersifat temporal, lokal dan material.2 Berdasarkan kisah-kisah yang diangkat al-Qur'an, al-Suyūt}ī membagi mukjizat para nabi dan rasul pada dua kelompok besar, yakni mukjizat h}issiyyah (dapat di tanggkap pancaindera), dan 'aqliyyah (hanya dapat di tangkap nalar manusia). Mukjizat h}issiyyah diperkenalkan oleh Nabi yang berhadapan dengan umat terdahulu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular untuk 1
Nofi Pratiwi , Teysia Utami, Hikmah Kurnia Aini , 2021
Tugas Kuliah Makalah Pengantar Studi Al-Qur'an
ABSTRAK Latar Belakang: Kondisi stress dapat menimbulkan efek buruk bagi pasien stroke. Stress memicu pengeluaran hormon-hormon stress yang meningkatkan kerusakan dan menghambat pemulihan sel-sel otak. Stimulasi murotal Al Quran dalam beberapa penelitian dapat menstimulasi pengeluaran serotonin yang menimbulkan efek relaksasi. Tujuan: Penelitian ini dilakukakan untuk mengidentifikasi pengaruh stimulasi murotal Al Quran terhadap respon fisiologis stress pasien stroke. Metode: Desain penelitian ini merupakan quasi eksperimental pre and post test control without group design. Teknik pengambilan data menggunakan consecutive sampling. Jumlah semua responden adalah 32. Stimulasi murotal Al Quran diberikan kepada setiap responden selama 20 menit. Frekuensi nadi dan pernafasan dhitung sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Respon kualitatif stress (tenang, menangis, dan cemas) di observasi selama perlakuan. Perbedaan frekuensi denyut nadi dianalisa menggunakan T test, sedangkan untuk menanalisa perbedaan frekuensi pernafasan menggunakan uji wilcoxon. Hasil : meskipun tidak ada perbedaan pada frekuensi denyut nadu (p-value = 0,260) dan frekuensi pernafasan (p-value = 0,067) sebelum dan sesudah perlakuan, namun rerata frekuensi keduanya mengalami penutunan. Selain itu, respon kualitatif stress sebagian besar responden (90,7%) menunjukan ketenangan (tenang, mengantuk, dan tertidur). Kesimpulan: meskipun stimulasi murotal Quran memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap respons fisiologis stress (frekuensi nadi dan pernafasan), namun respons psikososial menunjukan status relaksasi pada responden ABSTRACT Background. Stress conditions in stroke patients have a very bad effect for stroke patients. This stress triggers stress hormones that increase damage and inhibit recovery of brain cells. Stimulation murotal Qur'an in several research can stimulate serotonin excertion that provide a relaxing effect. This study aims to identify the effect of qur'an stimulation on physiological stress responses in stroke patients. Methods. The study was quasi-experimental pre and post test control without group design. We used consecutives sampling. The total number of respondents in this study was 32. Stimulation murotal Quran was given to each respondent for 20 minutes. The pulse and respiratory frequency was calculated before and after treatment. Qualitative stress response (relax, craying, anxiety) observed during treatment. We use T test to analyzed frequency of pulse and wilcoxon test for respiratory rate. Results. Although there was no significant difference in pulse rate (p-value = 0.260) and respiratory (p-value = 0.067) before and after treatment, but the mean frequency of both decreased. In addition, the majority of respondents (90.7%) showed a response of relaxation, such as a quiet, sleepy or fall asleep.Conclusion. Allthough stimulation murotal Quran gives no significant effect on the physiological stress response (respiratory and pulse rate), but the psicholoigal responses of respondents indicate state of relaxation.
MAKALH, 2019
Al-Qur"an merupakan kitab Allah yang menjadi pegangan dan rujukan seluruh kaum muslimin. Pada masa awal islam, mushaf Al-Qur"an tidak bertitik dan berharkat. Ini memungkinkan Al-Qur"an dibaca dengan bacaan berbeda-beda.
MAKALAH ULUMUL QUR'AN : LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD, 2019
Al-Qur'an adalah kitab yang perlu dikaji mendalam, karena merupakan sumber hukum yang pertama untuk kaum muslimin. Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji al-Qur'an adalah Ilmu Ushul Fiqih, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang dijadikan pendoman dalam menetapkan hukum-hukum syari'at yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqih yang penting diketahui adalah Istinbath dari segi kebahasaan, salah satunya adalah lafazh Mutlaq dan muqayyad. Dengan mengetahui ayat-ayat mutlaq dan muqayyad, maka akan sangat memudahkan bagi kita untuk memahami dan mengetahui maksud dari suatu ayat tersebut. Dan dengan mengetahui maksud suatu ayat, maka akan mudah bagi seorang mujtahid beristinbath untuk mendapatkan suatu hukum. Ketika hukum sudah didapat, maka akan memudahkan siapa saja untuk mengamalkannya. Sebagian hukum tasyri' terkadang datang dengan hukum bentuk mutlaq yang menunjuk kepada satu individu (satu benda) yang umum, tanpa dibatasi oleh sifat atau syarat. Dan terkadsang pula dibatasi oleh sifat atau syarat namun hakikat individu itu tetap bersifat umum serta meliputi segala jenisnya. Pemakaian lafadz dengan kapasitas mutlaq dan atau terbatas (muqayyad) merupakan salah satu keindahan retorika bahasa Arab. Dan dalam Kitabullah yang tidak tertandingi itu, ia dikenal dengan mutlaqul-Quran wa muqayyaduh atau kemutlakan Qur'an dan keterbatasanya.1 Dalam makalah ini akan dibahas pengertian mutlaq dan muqayyad, contoh lafadz mutlaq dan muqayyad, hukum lafadz mutlaq dan muqayyad, dan pembagian lafadz mutlaq dan muqayyad.
Qur'an dengan dosen pengampu: Deden Suparman, M.A. Disusun oleh: Kelompok 4 Adi auf S M 1157060001 Erna Nurfadilah 1157060020 Fegyanti Syafitry 1157060024 Hana Fitriani 1157060032 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016 M / 1438 H KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW. Berkat karunianya serta kesehatan dan kelancaran yang senantiasa diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada rekan-rekan yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan makalah
Mulla Sadra's cosmological philosophy combined with the Qur'an which is rich in spiritual values can be used as a basis for building a new environmental ethic. Some of the basic principles of Mulla Sadrā's cosmological philosophy include: first, everything that exists, including Allah and His creation, has various hierarchies and strata of existence, which have basic and important similarities. God and His creation have an indivisible unity. Being (creation) is absolutely dependent on its Creator. Second, just as the universe with all its levels is a sign (āyah) for Allah Ta'ala, so is the Qur'an. The universe is a Big Book (Kitab Takwini), while the Qur'an is a Small Book (Kitab Tadwini). Third, as God's most perfect creation, humans have a central position and role in the hierarchy of levels of nature's existence, namely giving meaning to the reality of that existence. As the caliph of Allah, humans must do their best to maintain the balance of nature and interact fairly/correctly with other creatures (majud-majud).
Al-Qur`an mengungkapkan kisah-kisah umat terdahulu, baik sebagai ibrah, penukilan hukum dan penjelasan ketauhidan serta pengungkapan kisah yang sebenarnya. Namun pengungkapan al-Qur`an tentang kisah itu sangat sederhana, tidak sedetail kitabkitab terdahulu karena al-Qur`an bukan kitab dongeng, melainkan kitab suci. Kisah tersebut disebut isrāīlīyāt. Penuturan isrāīlīyāt menjadi berkembang pesat setelah orang Yahudi dan Nasrani banyak memeluk agama Islam, mereka banyak mengintrodusir pengetahuan agama yang mereka anut sebelumnya ke dalam Islam (Tafsir al-Qur`an).Pada kurun atbā‘ al-tābi‘īn, merupakan puncak perkembangan isrāīlīyāt dalam mewarnai tafsir al-Qur`an. Pengungkapan isrāīlīyāt secara tidak selektif akan berdampak pada kemurnian ajaran Islam, aqidah umat Islam dan maksud yang terkandung dalam al-Qur`an. Para ulama berbeda pendapat dalam kebolehan mengisahkan isrāīlīyāt, antara yang melarang dan yang membolehkannya, yang kesemuanya demi menjaga kemurnian dari ajaran Islam (al-Qur`an).
itu bersekutu".1 Dari pengertian bahasa ini selanjutnya para ulama' ushul merumuskan pengertian musytarak menurut istilah. Adapun definisi yang diketengahkan oleh para ulama' ushul adalah anatara lain: Menurut Ibn Al-Hajib dalam kitab Syarah Al-Mufasshal2 : اﻟﻠﻐﺔ ﺗﻠﻚ اﻫﻞ ﻋﻨﺪ اﻟﺴﻮأ ﻋﻠﻰ دﻻﻟﺔ اواﻛﺜﺮ ﻣﺨﺘﻠﻔﻴﻦ ﻣﻌﻨﻴﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﺪال اﻟﻮاﺣﺪ اﻟﻠﻔﻆ " Satu lafadz (kata) yang menunjukkan lebih dari satu makna yang berbeda, dengan penunjukan yang sama menurut orang ahli dalam bahasa tersebut " Menurut Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya Ushul Fiqh: اﻟﺒﺪل ﺳﺒﻴﻞ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﺪود ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ اﻓﺮادا ﻳﺘﻨﺎول ﻟﻔﻆ " Satu lafadz yang menunjukkan lebih dari satu makna yang berbeda-beda batasannya dengan jalan bergantian". Maksudnya pergantian disini adalah kata musytarak tidak dapat diartikan dengan semua makna yang terkandung dalam kata tersebut secara bersamaan, akan tetapi harus diartikan dengan arti salah satunya.3 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa musytarak adalah suatu lafadz yang memiliki 2 arti atau lebih dengan kegunaan yang banyak yang dapat menunjukkan arti ini dan itu. B. Sebab-sebab Lafadz menjadi Musytarak Sebab-sebab terjadinya lafadz musytarak dalam bahasa Arab sangat banyak sekali, namun ulama' ushul telah merumuskan sebab-sebab yang paling mempengaruhi antara lain sebagai berikut :
Al-Qur'an is verbum dei and miraculous verses that comes from the Creator of human being and the evidence of the Prophet Muhammad mission and no one able to come with the same verses even the brilliant and smart Arabian poets and it's memorized by a lot of Muslims all over the world. Why, it's miracle? Language, Al-Qur'an has a specific literary style which is no one can imitate even a brilliant Arabian poet and man of letters, because it has a valuable structure that is different within every Arabic language structures. It uses their language and words, but it's not a poetry, a prose, and non a poem. Islamic Jurisdictions, Al-Qur'an is a resource of Islamic doctrine and it's full of jurisdictions which manages the human life relation with the Creator and human beings. Islamic jurisdiction consists of faith, the principal of morals, worship, and charity. And the other side of the miracle of the al-Qur'an is the difficult signals of the science. It's proven that al-Qur'an is absolutely not crontradicted the recent discovery based on scientific researches. Pendahuluan Al-Qur'an bagi kaum Muslimin adalah verbum dei (Kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga tahun1, dan ia juga adalah satu-satunya kitab suci yang abadi di sepanjang zaman, karena firman-firman-Nya sepenuhnya benar dan sempurna, maka ia tidak mungkin terbatas oleh zaman.2 Oleh karena itu, al-Qur'an selain merupakan kitab suci, ia juga merupakan mu'jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad SAW dan tidak tertandingi sampai saat ini, yang di mata sejumlah pengamat Barat sebagai suatu kitab yang sulit difahami dan diapresiasi.3 Bahasa, gaya, dan aransemen kitab ini pada umumnya telah menimbulkan masalah khusus bagi mereka4. Mengkaji masalah kemu'jizatan al-Qur'an merupakan suatu hal yang cukup sulit, karena hakikat mu'jizat itu sendiri tidak dapat dipahami melalui penekatan ilmiah, dan hanya dapat difahami serta diterima melalui pendekatan iman, di samping al-Qur'an secara terus-menerus menantang semua ahli kesusastraan Arab supaya mencoba ditandingi. Namun tidak seorang pun yang mampu menjawab tantangan al-Qur'an. Mereka bahkan tidak sanggup menirunya, karena al-Qur'an memang berada di atas puncak yang tidak mungkin diungguli. Dan al-Qur'an memang bukan kalimat manusia. Namun demikian, usaha untuk memahami kemu'jizatan al-Qur'an itu adalah salah satu cara untuk memahami keagungan dan keistimewaan al-Qur'an, bahkan keotentikannya. Dalam konteks itulah, maka kemu'jizatan al-Qur'an tidak perlu diperdebatkan lagi. Namun demikian, apa sajakah aspek-aspek kemu'jizatan al-Qur'an dan apakah kemu'jizatan itu meliputi seluruh bagian dari al-Qur'an atau sebagiannya saja dan apa sajakah jalan-jalan kemu'jizatan al-Qur'an itu. Pembahasan Kata mu'jizat () secara etimologi diderivasi dari kata (), yang berarti " menjadikan lemah " atau " tidak berkuasa " .5 Pengertian mu'jizat difahami bila pelaku (mu'jiz) mampu melemahkan kemampuan pihak lain, tambahan () tã marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubãlaghah (superlatif), sehingga secara terminologi, mu'jizat merupakan: " Sesuatu yang dapat melemahkan manusia baik secara individu maupun kelompok untuk membuat semisalnya, atau sesuatu yang menyalahi adat kebiasaan dan menyalahi hukum sebab adat, yang diciptakan Allah bagi orang-orang yang menyakiti Nabi, sebagai saksi atas kebenaran kenabiannya.6 " :
Al-Qur’an adalah kalam Allah. yang sekaligus merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Muhammad Saw. yang sampai kepada umat manusia dengan cara al-tawâtur (langsung dari Rasul kepada umatnya), yang kemudian termaktub dalam mushaf. Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial bagi umat Islam dalam segala aspeknya
Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah, 2017
This paper raises the issue of Sufism with the title "Sufism and Plurality in the Qur'an". Pluralism is derived from pluralist Latin, from pluris namely more than one, the plural. Therefore something said to be plural always consists of many things, various types, different points of view and background. Religious pluralism holds that no one is entitled to claim that religion is the most correct, all religions in this view have their own righteousness. The problem is that these pluralists always express the legitimacy of the Sufis, but the recognition of pluralism by the great Sufis may not exist in the Sufi tradition. From there, they assume that the idea of religious pluralism has indeed existed in the intellectual tradition of Islam and certainly based on Islamic teachings. The trend of harmonizing religions can be found from the two concepts that always reap the polemic and controversy that is the concept of unity of religions or better known in the world of tasaww...
2014
Skripsi ini berjudul “ MAKNA AL - NISĀ’ DAN AL - MAR’A Ḧ DALAM AL - QUR’ĀN (Tinjauan Terhadap Tafsīr al - Munīr ) ,” penulis tertarik mengkaji tema ini karena pembahasannya berhubungan langsung dengan urusan manusia khusunya perempuan baik dalam urusan individu maupun sosial. Sehingga, penulis merasa tema ini penting untuk dikaji. Berbicara tentang perempuan tentunya topik yang sudah tidak asing lagi. Bahkan, dalam al - Qur’an sendiri dijadikan pembahasan secara khusus sesuai dengan nama surahnya yakni sur ah al - Nisā . Selain itu, yang tidak kalah menariknya adalah di samping menggunakan lafaz al - Nisā , al - Qur’an juga mengggunakan lafaz al - Mar’a ḧ ketika membahas tentang perempuan. Hal ini tentunya mengandung penjelasan yang berbeda baik itu fungsi maupun peran annya. Dengan demikian, untuk mendukung dan mempermudah dalam memahami makna lafaz al - Nisā dan al - Mar’a ḧ dalam al - Qur’an tentunya dibutuhkan kajian secara khusus melalui penafsiran. Dalam hal ini penulis memili...
Muhammad Imadduddin W Mahmud, 2023
TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR'AN DOSEN PENGAMPU UST. SYAIFUL ARIEF M. Ag PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.