Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
14 pages
1 file
Hakikat manusia sebagai Makhluk Budaya
rangkuman dari beberapa tulisan
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Unsur-unsur hakikat manusia terrdiri dari hal-hal berikut. 1. Susunan kodrat terdiri atas raga dan jiwa. 2. Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan social 3. Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk tuhan. Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai makhluk individu dan makhhakikat mahkluk social adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat yang melekat pada dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia di atas, notonagoro(1975) mengatakan bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk social merupakan sifat kodrat dari manusia. Frans magnis suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat social. 1. Manusia sebagai makhluk individu Individu berasal dari bahasa latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang di pakai untuk menyatakan satuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat di bagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia, demikian pendapat Dr. A.Lysen. Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata di gerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.
Al-Musannif, 2019
This study aimed to analyze the essence of humans as pedagogic beings by focusing on optimizing fitrah, hearing, sight, and heart as human basic potential, as well as the implications of these various potentials for Islamic education. This study is a literature study whose data comes from documents and analyzed using content analysis method. The results of the study indicate that optimizing fitrah as a basic human potential must be through education and the creation of a conducive environment. Optimization of hearing, sight, and heart as a basic human potential by always directing it to respond to empirical stimuli not only to something that is material in nature but also to something that brings it closer to God. The essence of humans as pedagogical beings has implications for (1) the Islamic education system must be built on the integration between qalbiyah and aqliyah education; (2) Islamic education must be directed at being able to carry out the functions and objectives of the creation of humans (khalifah and 'abd).
UNIVERSITAS JEMBER 2010 bab i pendahuluan
Jeanti Rofiqoh K3512036 Mukhlis Eko A K3512043 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna diantara semua mahluk ciptaan-Nya. Manusia dibekali sesuatu yang amat berharga dan istimewa yang tidak dibekalkan Tuhan Yang Maha Esa kepada mahluk ciptaan-Nya yang lain, dengan akal manusia dapat membuat keputusan diantara beberapa pilihan yang ada, mengambil pelajaran yang terjadi dalam kehidupannya baik itu kejadian menyenangkan dan tidak menyenangkan baginya, serta dapat mempertimbangkan baik burunya segala hal yang akan mempengaruhi kehidupannya. Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas pribadi, keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut kegiatan yang melibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada umumnya kegiatan yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan turun-temurun dari para leluhurlehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau dianggap suci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.
Jurnal Psikologi Komunikasi, 2023
Judul jurnal ini adalah Hakikat Manusia sebagai Makhluk Sosial dalam Pandangan Islam yakni manusia sebagai makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan seharusnya dapat mengetahui mengapa dan apa hakikat kita di ciptakan dan apa yang harus kita lakukan sebagai hamba Allah, Allah menciptakan manusia dengan tujuan khalifah di bumi dengan penciptaan manusia yang berupa akal hal itulah yang membedakan manusia dengan makhluk makhluk yang lainnya dengan keistimewaan sehingga manusia seharusnya dapat berpikir, beriman dan bertakwa, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Ia adalah makhluk yang memiliki berbagai macam kemampuan, terutama kemampuan dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan kemampuannya itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Manusia sendiri dikatakan di dalam Al-Qur’an adalah sebagai Al-Insan, Bani Adam, dan Al-Basyar. Al-insan yang berarti manusia adalah makhluk sosial, yaitu manusia adalah makluk yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, ia mempunyai kemampuan untuk berkenalan dengan manusia lainnya.
Sarida Ambung, 2020
ABSTRAK Tulisan ini bermaksud mengupas hakikat manusia sebagai makhluk pendidikan dengan pisau pandangan filsafat. Hal ini dengan tujuan memberi wawasan kepada para pihak yang berkiprah di dunia pendidikan untuk semakin memahami hal-hal berikut: pandangan filsafat tentang hakikat manusia dalam pendidikan; implikasi pandangan filsafat tentang hakikat manusia dalam ilmu pendidikan; dan implikasi pandangan filsafat tentang perilaku manusia dalam pendidikan, khususnya membentuk kepribadian manusia. Perlu diketahui bahwa guna terwujudnya nilai-nilai manusiawi dalam kompleksitas kehidupan dan dalam dunia pendidikan khususnya, mutlak diperlukan kejelasan dan bahkan kepastian terpahaminya manusia sebagai makhluk yang manusiawi. Pemahaman dan selanjutnya perlakuan terhadap manusia itu sendiri sangat diperlukan melalui pengertian filosofis tentang harkat martabat manusia. Pada tataran praksisnya, selanjutnya, diharapkan agar para insan pendidikan dapat menerapkan pandangan filsafat itu dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Disarankan kepada praktisi pendidikan untuk semakin menyadari bahwa peserta didik sebagai manusia harus dipandang sebagai makhluk yang unik sekaligus istimewa, serta harus diperlakukan secara manusiawi juga. Kata kunci: filsafat, hakikat manusia, makhluk pendidikan, manusiawi. A. PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sadar atau tidak sadar, manu-sia cenderung melihat dan bahkan ter-tarik untuk menikmati, memiliki dan berambisi untuk menguasai segala hal yang dianggap penting di luar dirinya. Terobsesinya manusia sebagai kepada dunia luar sering menggiringnya men-ciptakan ketergantungan kuat pada se-suatu yang ada di luar dirinya. Karena-nya tidak heran bila manusia dihadap-kan dengan persoalan hidup yang justru berkecenderungan kuat mencari solusi dari segala sesuatu yang relavan dan ada di luar dirinya, termasuk dalam meng-hadapi manusia itu sendiri dalam ber-bagai konteks dan aspek kehidupan. Padahal sesungguhnya, jika manusia sadar dan menghayatinya, justru apapun ragam persoalan yang muncul dan ter-jadi dalam kehidupan manusia, pada
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA, 2020
Adam Winata, 2024
Ahmad Mujab, 2023