Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
23 pages
1 file
MAWA'IZH: JURNAL DAKWAH DAN PENGEMBANGAN SOSIAL KEMANUSIAAN, 2019
This paper aims to explain and analyze the epistemological aspects based on the thoughts of Abed al-Jabiri, especially regarding the thinking of three Arabic reasoning of al-Jabiri. The study refers to three thoughts of Arabic al-Jabiri reasoning about epistemology namely: "epistemology of Bayani", the epistemology of Irfani ", and" epistemology of Burhani". The search for the texts relating to the three epistemologies produces several findings in this study, among others: 1) Relevance between three Arabic reasoning that does not always stand alone but all three reasoning are also integrated with each other, even though Arabic reasoning is a formation from a culture; 2) The shift of reasoning culture analyzed using the socio-historical approach to the development of Arabic reasoning makes Jabiri make Arabic reasoning a "thinking structure", each of which has advantages and disadvantages; 3) The criticisms of the reasoning model conducted by Abed al...
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
2009
Abstraksi: Tetralogi “Kritik Nalar Arab” (Naqd al-‘Aql al-‘Arabi) merupakan proyek kebangkitan dan modernisasi yang dibangun kokoh oleh Mohammed Abed al-Jabiri di atas puing-puing reruntuhan kejumudan konstruksi pemikiran Arab-Islam. Tetralogi Kritik Nalar Arab mencakup Takwîn al-‘Aql al-Arabi (1984), Binyah al-‘Aql al'Arabi (1986), Al-‘Aql al-Siyâsi al-‘Arabi (1990), dan al-‘Aql alAkhlâqi al-‘Arabi: Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah li Nudhm al-Qiyam fi Tsaqâfah al-'Arabiyyah (2001). Kritik Nalar Arab diproyeksikan sebagai batu loncatan menuju rasionalisme kritis guna mengejar ketertinggalan peradaban Arab-Islam dari kemajuan pesat Eropa Modern pasca-Renaissance. Kritik Nalar Arab diandaikan mampu mensinergikan serta mendialogkan kesenjangan dan benturan antara tradisi (turâts) dan modernitas. Kritik Nalar Arab terpahat menjadi ukiran konsepsi unik yang mendapat apresiasi terluas dibanding konsepsi-konsepsi kebangkitan lain yang muncul dalam kebudayaan Arab kontemporer. Namun, ...
An important question in this paper is how is paradigm construction of critical theological thought. To understand its construction , this paper shows shifting paradigm of thought Islamic theology since classic era to contemporary. The shifting is since Khawarij growth that discuss about big sin, unbeliever, believer, heaven, and hell. Now, theological thought had grown and entered in various scientific paradigm. These themes are very variational too, even new thing that is nothing before. One of thinker is Abed al-Jabiri Critical theological thought did not separate theory and practice, knowledge and action, theoritical rationality and practical rationality. This thought reflects critically something practice in historical sosial life. And then this paper will discuss the relation both of theology and phylosophy.
El-Mashlahah
Al-Jabiri merupakan salah satu tokoh pemikiran Islam yang concern pada upaya pembaharuan pada ranah epistemologis. Nilai lebih yang dimiliki tokoh ini adalah gagasan-gagasannya yang selalu mengambil inspirasi dari tradisi Islam (baca: Arab) sendiri, sebisa mungkin menghindari pengadopsian gagasan yang bersumber dari tradisi-tradisi dari luar, terutama Eropa, sebagaimana para pemikir pembaharuan yang lain. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu menggunakna kajian keperpustakaan, dengan sumber data sekunder yaitu buku Al-Jabiri, Muhammad Abed, Takwin al-Aql al-Araby, terj. Imam Khoiri,Beirut: al-Markaz al-Tsaqafy al-Araby, 1989. Dan jurnal-jurnal yang pernah membahas mengenai Abid al-Jabiri. Adapun kesimpulan dari penelitiian ini yaitu pertama, Muhammad Abed Al-Jabiri dikenal sebagai filosof Arab kontemporer yang ahli dalam bidang hermenetisme dan filsafat Islam Lahir di kota Fejij ( Fekik) Maroko pada tanggal 27 Desember 1936 1936 M, wafat pada tanggal 3 mei 2010 ...
Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies
This article anaylizes the philosophical and episthemological exposition of the contemporary Arab thinker, Muhammad Abed Al-Jabiri. As a leading Maroccan Muslim thinker, Abed al-Jabiri in renowned for his idea of combating 'irrationalism' and that of promoting rasionalism in formulating Islamic thought. He comes to believe that Islamic teachings should be seen as a set of ideas compatible with rationality and scientific notions. In his analyisis, Abed al-Jabiri proposes three streams of Islamic epistemological models: bayani, burhani and 'irfani. By exploring these three epistemological concepts, the author goes further by exploring the authority of text in Muslim society and how to contextualize and read religious texts in modern time.
Abstrak Muhammad Shahrūr adalah filososf muslim yang meletakkan dasardasar filsafat Islam kontemporer secara sistematis dan rinci, pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi latar belakang sebagai insinyur teknik di negaranya. Menurut Shahrūr fiqih Islam yang ada pada kita merupakan model pembacaan pertama (qirā'ah al-ula) dan sebagai pemahaman aplikatif pertama terhadap teks hukum-hukum langit, oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali melakukan pembacaan kedua. Setidaknya terdapat dua macam metode inti dalam yang digunakan Sharur dalam menafsirkan ayatayat Alquran tentang, pembagian harta warisan, kepemimpinan, poligami dan pakaian wanita dst.Pendahuluan Modernisasi yang sedang berjalan di Eropa, secara tidak langsung memberikan dampak hingga ke dunia Arab yang di awali dengan ekspansi Napoleon pada tahun 1798 ke Mesir, yang membuat masyarakat Mesir sadar akan kemajuan yang dialami Eropa dan ketinggalan mereka. 1 Seiring dengan menggeliatnya semangat renaisans di Eropa dan didukung fakta bahwa telah 1 Dewan Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ikhtiar Baru Van Houve, 1997), hlm. 228.
Imam Abu Hanifah juga antara orang yang mula-mula menerima tamparan hebat dalam suasana pertelingkahan timbulnya bidᶜah yang menyuarakan bahawa al-Qur'ān adalah makhluk. Punca datangnya pendapat ini awalnya adalah bermula dengan penafian golongan Jahmiyyah terhadap sifat Allah hingga menimbulkan beberapa permasalahan lain dalam aliran ini sebagaimana yang diriwayatkan al-Maqrizi (T.th: 357) dalam Khuṭaṭnya. Kerana itu apabila penafian kepada sifat Allah berlaku, mereka terperangkap dengan penafian terhadap sifat Kalam Allah juga, kerana al-Qur'ān merupakan Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Seandainya bagi Allah tiada sifat Kalam maka bagaimana al-Qur'ān boleh wujud dengan Kalam maᶜnawi dan azali sehingga diterjemahkan dalam bahasa dan huruf yang boleh difahami manusia. Seandainya mereka mengatakan al-Qur'ān bukan makhluk atau qadim, mereka terperangkap dengan pendapat mereka sendiri yang menafikan Allah mempunyai sifat kerana al-Qur'ān itu jelas menunjukkan sifat Kalam bagi Allah s.w.t. Kerana itu dalam menolak pandangan dari golongan ini, Imam Abu Hanifah menyebut (Abu Hanifah 2009: 143): ل لله, وتنزيل لله ووحي للوق مخل غير الله كل م القرآن ن ن بأ ر ر نق للي ف للوب مكت للق, التحقي للى عل للفته ص هو بل غيره, ول هو للر غي للرودور, ص ر ال للي ف محفوظ باللسنة, مقروء المصاحف, للا لنه للة مخلوق للا كله للة والكتاب للرود والكاغ للبر والح فيها, حال ن ن ل مخلوق, غير وتعالى سبحانه الله وكل م العباد, أفعال للة لحاج للرآن الق دللة واليات والكلمات والحروف الكتابة للو م مفه للاه ومعن للذاته, ب قائم تعالى الله وكلم إليها, العباد فهللو مخلوق تعالى الله كل م ن ن بأ قال فمن اليشياء, بهذه للان, ك للا م ن ع يزال ل معبود تعالى ه ه والل العظيم, بالله كافر عنه. مزايلة غير من ومحفوظ ومكتوب مقروء وكلمه Kami mengakui bahawa sesungguhnya al-Qur'ān adalah kalam Allah bukan makhluk dan ia merupakan wahyu yang diturunkan daripada-Nya, (kalam) itu bukan-Nya Allah dan bukannya lain dari Allah, bahkan (kalam) merupakan sifat-Nya yang tertulis di dalam m ushaf, dibaca dengan lisan, dihafal di dada, dan tulisan (al-Qur'ān) segalanya adalah mahkluk kerana ianya merupakan (hasil) perbuatan manusia. Kalam Allah s.w.t. bukannya makhluk kerana tulisan, huruf, kalimat, dan ayat merupakan dilālah al-Qur'ān kerana hajat para hamba kepadanya. Kalam Allah itu berdiri pada zat-Nya, dan maknanya difahami dengan perkaraperkara ini. Maka, sesiapa yang mengatakan bahawa kalam Allah adalah makhluk, maka dia telah kufur kepada Allah. Allah merupakan Tuhan yang disembah dan Ia masih kekal sepertimana Ia. Kalam-Nya dibaca, ditulis, dihafal.
1.0 PENDAHULUAN Epistemologi ilmu merupakan salah satu cabang ilmu yang memainkan peranan penting dalam lapangan keilmuan. Ia adalah salah satu daripada tiga pokok perbincangan falsafah selain ontologi dan aksiologi. 1 Menurut istilah, epistemologi merupakan perbahasan berhubung sumber ilmu dan hasil kesudahannya secara teoritikal yang menjurus kepada pembatasannya dari aspek logik dan nilainya dari aspek falsafah. Disamping itu, epistemologi juga merupakan suatu bentuk penelitian terhadap manusia yang merangkumi pengetahuan, sikap, nilai, tabiat, punca serta batas hubungan manusia dengan sesuatu yang ditanggapinya. 2 Perbahasan mengenai konsep ilmu telah banyak dibincangkan oleh para ilmuan Islam. Jika diperhatikan dalam kitab-kitab para ulama terdahulu, sebelum mereka memulakan perbahasan yang mendalam, terlebih dahulu mereka membahaskan tentang konsep ilmu. Ini menunjukkan bahawa epistemologi ilmu amat dititikberatkan oleh para ulama sebelum memperincikan perbincangan mereka. Contohnya Abu Mansur 'Abd al-Qahir bin Tahir al-Baghdadi dalam karyanya al-Farq bayn al-Firaq menyenaraikan asas epistemologi di bahagian pertama ketika membincangkan 15 prinsip akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
QOF Vol. 2, No. 1, 2018
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020
JURNAL FARABI, 2016
Journal of Approximation Theory, 2021