Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
22 pages
1 file
2021
Bioplastik Edible merupakan lapisan tipis yang terbuat dari bahan organik seperti lemak, protein, dan karbohidrat pati atau non pati yang mudah terurai oleh mikroorganisme dalam waktu yang relatif singkat, berfungsi sebagai kemasan makanan. Penggunaan ekstrak rambut jagung sebagai zat aktif antibakteri dikarenakan rambut jagung (Zea mays L.) mengandung senyawa Alkaloid dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan evaluasi sediaan bioplastik edible dengan bahan aktif ekstrak rambut jagung sebagai kemasan makanan yang berukuran nanopartikel. Pembuatan nanoemulsi ekstrak rambut jagung dengan konsetrasi 10% bertujuan untuk membuat sediaan edible berukuran nanopartikel dan sebagai zat aktif antibakteri pada sediaan edible terhadap bakteri Eschericia coli dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, tanpa menggunakan nanoemulsi ekstrak rambut jagung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sediaan bioplastik edible dibuat dengan menambahkan nanoemulsi ekstrak rambut jagu...
Jln. Jendral Sudirman No.6 Kota Gorontalo, KP 96128 ung.ac.id ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan alkohol yang dihasilkan pada selulosa biokonversi limbah tongkol jagung dengan pengaruh waktu fermentasi. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah hidrolisis, fermentasi, destilasi dan analisis dengan spektrofotometer inframerah. Alkohol yang dihasilkan pada hari 3 (2,08%), hari ke-5 (5,21%), hari ke 7 (5,21%), dan hari 9 (3,13%). Hasil spektraIR tidak menunjukkan bahwa sampel yang dihasilkan dari fermentasi adalah alkohol. Puncak muncul di 3.364,19 cm -1 dan wilayah 1.640,05 cm -1 merupakan daerah penyerapan asam karboksilat. Kemungkinan terbentuknya asam karboksilat tersebut karena adanya bakteri/ mikroba lain seperti Acetobakter aceti yang masuk kedalam sampel yang kemudian mengubah alkohol tersebut menjadi asam karboksilat.
Pada umunya manusia memiliki anggota gerak diantaranya adalah Tungkai bawah (Extrimitas Inferior), yang berfungsi untuk menopang tubuh bagian atas dan melakukan aktivitas seharihari. Hilangnya sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang. Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, kecelakaan, atau penanganan operasi (amputasi). Untuk membantu mengatasi keterbatasan-keterbatasan aktivitas yang terjadi pada seseorang yang kehilangan kaki akibat amputasi, maka digunakanlah protesa.
Jurnal Redoks, 2019
2015
Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia yang berlimpah menyediakan stok lignoselulosa yang tinggi, yang artinya dapat dikonversi menjadi etanol dengan kapasitas yang besar. Pengolahan TKKS menjadi etanol terdiri dari empat tahap penting yaitu pretreatment (delignifikasi), sakarifikasi (hidrolisis), fermentasi, dan destilasi. TKKS terlebih dahulu melalui proses delignifikasi untuk mendegradasi lignin yang mengganggu tahapan selanjutnya. Delignifikasi dilakukan dengan menggunakan fungi spesifik Penicillium simplicissimum dengan suplemen sumber C (glukosa, pati, dan gliserol dengan kadar 5, 1, dan 0,1 g) dan N (pepton, amonium nitrat, dan L-asparagin dengan kadar 3; 0,5; dan 0,1 g); serta inducer 4.5 μmol ABTS dan 4.5 μmol xylidin pada suhu 30˚C selama 25 hari. Proses dilanjutkan dengan sakarifikasi dan fermentasi simultan/SSF (dengan pembanding SHF) menggunakan enzim selulase (dengan pembanding NaOH) dan Zymomonas mobilis yang telah diimobilisasi Ca-Alginat (dengan pembanding PVA) pada suhu 30˚C. Hasil sakarifikasi-fermentasi kemudian didestilasi dan diukur kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol tertinggi diperoleh dari suplemen 5 g glukosa 0,5 g amonium nitrat dan penambahan ABTS pada pretreatment; enzim selulase dan Z. mobilis yang diimobilisasi Ca-Alginat dengan metode SSF. Rendemen etanol SSF(6,05%) signifikan lebih tinggi daripada SHF(4,74%) dan waktu rendemen tertinggi diperoleh dari SSF. Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan keberlangsungan ketersediaan energi baik bagi pemerintah, produsen bioetanol, bahkan masyarakat, serta untuk terus mendukung penggunaan energi baru terbarukan serta ramah lingkungan.
Johanna Simanihuruk, 2021
Energi merupakan suatu komponen kebutuhan hidup yang sangat penting. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah ke bentuk yang lain yang lebih bermanfaat guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia akan kekurangan sumber energi apabila bahan bakar yang dipergunakan oleh perindustrian adalah minyak tanah. Energi alternative dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan seperti briket dengan memanfaatkan limbah biomassa seperti tempurung kelapa, bonggol jagung, sekam padi. Dan pembuatan briket telah banyak dilakukan dengan menggunakan bahan yang berbasis biomassa. Biomassa merupakan hasil fotosintesis tumbuhan beserta turunannya dan merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan. Briket biomassa merupakan salah satu alternative pemanfaatan limbah biomassa guna meningkatkan nilai tambah limbah hasil pertanian. Pembuatan briket biomassa pada umumnya menggunakan perekat. Adanya sumber energi terbarukan (renewable) dibutuhkan untuk penyediaan sumber energi secara berkesinambungan (sustainable). Hal ini akan lebih baik lagi apabila berasal dari limbah, sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan mengurangi efek negative dari penumpukan limbah terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bahwa alternative baru penghasil energi kalor yang lain. Pemanfaatan bahan organic seperti briket merupakan hal yang tepat. Karena bahan organic dipastikan sellau dapat diproduksi ulang oleh manusia.
Auguste Comte seorang perancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama memberi nama pada ilmu tersebut (yaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan secara rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek sosiologi, tetapi dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics. Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok sekali. Sebagai social statistics, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan social dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu: a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-gejala. b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut. c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan. Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang berlainan.
Jurnal Teknologi Dan Industri Hasil Pertanian, 2013
This research was dedicated to study the organoleptic properties of nixtamalized corn starch noodles and to find the best result from the duration needed in steeping process (0, 8, 16, 24, and 32 hours). The research was a single factor, arranged in a Complete Randomized Design (RAKL) with five replications. The data were analyzed using ANOVA and further tested with LSD at 5% level of of significance. The result showed that duration of nixtamalization had significant effects on color and overall acceptance of dry noodles as will as color of wet noodles. The best result was found on 8 hour of the steeping. This noodle had moisture content of 10.8% in the form of dry noodles and 62.1% in the form of wet noodles. It also contained 1.7% ash, 1.1% fat, 3.7% protein, 82.8% carbohydrate, 8.7% non starch polysaccharide, and 3.5% cooking loss.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Telaah Jurnal Pembuatan Bioetanol Berbasis Sampah Organik Batang Jagung, 2021
Unesa Journal of Chemistry
Jurnal Agrotek Tropika, 2022
Laporan Praktikum Biologi Tanaman, 2018