Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
40 pages
1 file
Pengantar Bab ini diberi judul " Manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial ". Bab ini merupakan satu rangkaian dalam penguasaan kompetensi untuk memahami keberagaman masyarakat Indonesia. Bab ini memberikan dasar pemahaman dalam menguasai konsep-konsep dasar sosiologi yang berkaitan dengan masyarakat dan komunitas. Dengan pemahaman konsep dasar tentang: individu , manusia sebagai maluk pribadi, faktor genotip dan penotip, manusia sebagai mahluk sosial, interaksi sosial, dan masyarakat dan komunitas, sosialisasi primer dan sekunder. Dengan mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat memudahkan untuk mengkaji dan menguasai kompetensi tentang masalah yang berhubungan dengan lingkungan social budaya dan teknologi. Secara umum hasil belajar Yang akan dicapai setelah mempelajari bab ini ialah : 1. Menjelaskan perbedaan antara manusia sebagai mahluk individu yang khas dan sebagai mahluk sosial. 2. Menjelaskan bahwa manusia terkait dengan interaksi sosial dan sosialisasi. 3. Menjelaskan perbedaan antara masyarakat dan komunitas. Secara khusus, setalah pembelajaran ini anda diharapkan : dapat menguasai pengertian individu, menjelaskan kedudukan manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial dalam masyarakat, menjelaskan interaksi social dalam masyarakat, menjelaskan bentuk – bentuk interaksi sosial, menjelaskan pengertian, bentuk, pola sosialisasi, membedakan pengertian masyarakat dan komunitas, menjelaskan jenis-jenis masyarakat. Bab ini terbagai dalam tiga (3) kegiatan belajar yaitu : I : Manusia sebagai mahluk individu dan mahluk social. 2 : Interaksi Sosial dan Sosialisasi. 3 : Masyarakat dan komunitas. Ruang lingkup yang terkandung dalam isi bab ini menyangkut beberapa hal, sebagai berikut: a. Pengertian individu b. Manusia Sebagai Mahluk Individu dan Sebagai Mahluk Sosial. c. Interaksi social dalam masyarakat.
Unsur-unsur hakikat manusia terrdiri dari hal-hal berikut. 1. Susunan kodrat terdiri atas raga dan jiwa. 2. Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan social 3. Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk tuhan. Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai makhluk individu dan makhhakikat mahkluk social adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat yang melekat pada dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia di atas, notonagoro(1975) mengatakan bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk social merupakan sifat kodrat dari manusia. Frans magnis suseno (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat social. 1. Manusia sebagai makhluk individu Individu berasal dari bahasa latin individuum yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang di pakai untuk menyatakan satuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat di bagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia, demikian pendapat Dr. A.Lysen. Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata di gerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.
Jurnal Psikologi Komunikasi, 2023
Judul jurnal ini adalah Hakikat Manusia sebagai Makhluk Sosial dalam Pandangan Islam yakni manusia sebagai makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan seharusnya dapat mengetahui mengapa dan apa hakikat kita di ciptakan dan apa yang harus kita lakukan sebagai hamba Allah, Allah menciptakan manusia dengan tujuan khalifah di bumi dengan penciptaan manusia yang berupa akal hal itulah yang membedakan manusia dengan makhluk makhluk yang lainnya dengan keistimewaan sehingga manusia seharusnya dapat berpikir, beriman dan bertakwa, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Ia adalah makhluk yang memiliki berbagai macam kemampuan, terutama kemampuan dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan kemampuannya itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Manusia sendiri dikatakan di dalam Al-Qur’an adalah sebagai Al-Insan, Bani Adam, dan Al-Basyar. Al-insan yang berarti manusia adalah makhluk sosial, yaitu manusia adalah makluk yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, ia mempunyai kemampuan untuk berkenalan dengan manusia lainnya.
2018
Nama : Inanda Caesar Laksono (1807010130) Setiap mahluk di dunia merupakan individualitas tersendiri.Syarat sebagai individu ialah bahwa ia memiliki identitas diri yang tidak terbagi sehingga ia bisa dibedakan dari individu yang lain(PFUP, ROT, CS). Manusia pada hakekatnya memiliki kebebasan atas dirinya sendiri yang memiliki makna umum bahwa manusia atau individu bebas menentukan jalan hidupnya, sudut pandang, maupun pola pikirnya terhadap realitas. Namun demikian, manusia sendiri kenyataannya tidak hidup sendiri dan bahkan saling mempengaruhi antar manusia yang lain. Disamping terikat dengan sesama manusia, seorang individu ternyata juga terikat dengan sebab-akibat yang yang merupakan akibat dari aksi duniawi manusia. Maka dari itu, kapankah manusia dapat mengenali kekhasan diri dari individu lain dan menemukan kebebasan yang sejati? Dapatkah ditelusur dari tahap perkembangan manusia?Demi menjawab pertanyaan ini, perlu dikaji ulang tahap perkembangan manusia itu sendiri. Masa pubertas seseorang disebut sebut sebagai masa seorang individu mencari jati diri maupun masa peralihan menjadi individu yang dewasa.Gagasan ini memang telah terpatri pada ingatan pengetahuan kita, hal ini tidak lepas karena gagasan tersebut adalah ilmu umum yang kita dapatkan dalam sekolah dan pendidikan pada umumnya.Namun demikian, apakah ketika masa pubertas berakhir kita telah mengenal dan memahami diri kita sendiri? Apakah kita telah bebas dari keterasingan dari diri sendiri?Hal ini kaitannya dengan mengenal diri sebagai tanda kedewasaan dan eksistensinya sebagai manusia memang dianggap masih rancu.Lalu bagaimana manusia mencapai hakekatnya sebagai manusai utuh? Sebelum kita melangkah ke definisi Hakekat Manusia, dapat kita lihat fase-fase pekembangan manusia menurut beberapa ahli psikologi : a. Aristoteles 1. 0,0-7,0 : masa anak kecil 2. 7,0-14,0 : masa anak 3. 14,0-21,0 : masa remaja b. Mantessori 1. 0,0-7,0 : periode penemuan dan pengaturan dunia luar. 2. 7,0-12,0 : periode rencana abstrak 3. 12,0-18,0 : periode penemuan diri dan kepekaan social 4. 18,0-: periode pendidikan tinggi
Editor ahli : 1. Prof. Ir. Hermawan K.Dipojono, Ph.D (Guru besar Fisika ITB). 2. Qariah, M.Ag (dosen Agama Islam ITB) 20
ABSTRAK Komunikasi akan berjalan lancar jika para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai latar belakang budaya yang sama. Orang jawa tentu saja lebih mudah berkomunikasi dengan orang Jawa, ketimbang dengan orang Aceh, Sunda, Batak, Ambon, atau Dani. Orang Timur biasanya lebih gampang berkomunikasi dengan orang timur pula dibandingkan dengan orang barat. Suatu kebudayaan tercipta atau terwujud sebagai hasil interaksi antara manusia dengan alam. Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks dibandingkan makhluk hidup lain. Kekompleksan tersebut tidak hanya menyangkut masalah, fisik, namun juga menyangkut kebutuhan, pola perilaku, daya nalar, bahkan kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia dapat dikatakan juga sebagai monodualis, yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial maka manusia butuh berhubungan dengan orang lain atau manusia lain, akan tetapi sebagai makhluk individu manusia mempunyai keinginan untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, dan mengambil jarak dengan individu lain.
1. Memahami konsep-konsep tentang hakikat manusia. 2. Memahami tentang hakikat manusia dengan dimensi-dimensinya. 3. Menjelaskan pengembangan manusia dengap dimensi-dimensinya. 4. Menjelaskan hakikat manusia Indonesia seutuhnya dan / atau manusia pancasila.
Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara defenif hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebasan kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung paa pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. 1. Persamaan Harapan dan Cita-cita Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat. Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Ada dua hal yang mendorong manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Menurut Maslow sesuai dengan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Jurnal Dinamika Pendidikan 2019
Feni Febriyanti, 2021
Maya Lailatussaidah, 2018
Adam Winata, 2024
Al-Musannif, 2019