Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Sumber air minum di sebagian besar kota di Indonesia seringkali memiliki polusi yang tinggi. Dengan bahan baku yang berisiko, maka pengkonsumsiannya tentunya juga memiliki risiko tinggi. Riset ini berusaha memahami proses pengambilan keputusan untuk produk berisiko dengan menggunakan model Arrow-Pratt dari disiplin manajemen keuangan untuk digunakan dalam manajemen pemasaran.
Universitas Airlangga 2 PERILAKU PENGKONSUMSIAN PRODUK BERISIKO:
Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-hari untuk misalnya mencuci peralatan makan dll, atau akibat penggunaan air untuk rekreasi. Bahaya terhadap kesehatan masyarakat dapat juga diakibatkan oleh berbagai dampak kegiatan industri dan pertanian. Sedangkan bahaya tak langsung dapat terjadi misalnya akibat mengkonsumsi hasil perikanan dimana produk-produk tersebut dapat mengakumulasi zat-zat pulutan berbahaya.
1.1. Pendahuluan Sebagian besar planet bumi tertutupi oleh air. Air yang meliputi bumi, 2,5% diantaranya yang tergolong air tawar. Jumlah 2,5% tersebut sebagian besar ter-simpan dalam bentuk es, air tanah dalam, dan hanya sebagian kecil yang dapat diakses dan digunakan oleh manusia (Oki & Kanae, 2006). Terus bertambahnya jumlah penduduk dunia berhubungan dengan kebutuhan air yang lebih banyak lagi, sementara ketersediaan air terus mengalami penurunan. Ketersediaan air tawar dengan persentase tersebut berpotensi menjadi sumberdaya yang diperebutkan selain minyak bumi dikemudian hari. Hal ini cukup beralasan, mengingat air adalah salah satu kebutuhan vital bagi mahluk hidup. Semua mahluk hidup termasuk manusia mempunyai ketergantungan erat dengan air. Air berperan dalam menyusun sel tubuh, proses metabolisme, senyawa penting dalam reaksi fotosintesis dan berbagai fungsi lainnya. Kebutuhan air mesti diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup setiap aspek biotik yang ada di bumi. Oleh karenanya penggunaan air memerlukan tindakan yang bijak agar pemanfaatannya terus berkelanjutan. Namun demikian, di Indonesia berbagai fenomena alam sehubungan dengan masalah air seakan telah menjadi siklus tahunan. Ketika musim kemarau tiba diikuti dengan kekeringan yang berkepanjangan dan memberikan dampak diberbagai aspek kehidupan masyarakat. Ketersediaan air bersih bagi masyarakat makin berkurang seiring dengan keringnya berbagai sumber air seperti sumur, waduk, ataupun sumber mata air lainnya. Demi memenuhi kebutuhan air, masyarakat mesti mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk membeli air atau tenaga ekstra untuk mencapai sumber air dengan jarak yang cukup jauh. Permasalahan lainnya akibat kurangnya pasokan air tawar adalah lahan pertanian mengalami kekeringan yang berpotensi pada gagal panen. Fenomena ini berpotensi pada implikasi lanjutan yaitu masalah kerawanan pangan.
Water disinfection means the removal, deactivation or killing of pathogenic microorganisms. Microorganisms are destroyed or deactivated, resulting in termination of growth and reproduction. When microorganisms are not removed from drinking water, drinking water usage will cause people to fall ill. Chemical inactivation of microbiological contamination in natural or untreated water is usually one of the final steps to reduce pathogenic microorganisms in drinking water. Combinations of water purification steps (oxidation, coagulation, settling, disinfection, and filtration) cause (drinking) water to be safe after production. As an extra measure many countries apply a second disinfection step at the end of the water purification process, in order to protect the water from microbiological contamination in the water distribution system. Usually one uses a different kind of disinfectant from the one earlier in the process, during this disinfection process. The secondary disinfection makes sure that bacteria will not multiply in the water during distribution. This paper describes several technique of disinfection process for drinking water treatment. Disinfection can be attained by means of physical or chemical disinfectants. The agents also remove organic contaminants from water, which serve as nutrients or shelters for microorganisms. Disinfectants should not only kill microorganisms. Disinfectants must also have a residual effect, which means that they remain active in the water after disinfection. For chemical disinfection of water the following disinfectants can be used such as Chlorine (Cl 2), Hypo chlorite (OCl-), Chloramines, Chlorine dioxide (ClO 2), Ozone (O 3), Hydrogen peroxide etch. For physical disinfection of water the following disinfectants can be used is Ultraviolet light (UV). Every technique has its specific advantages and and disadvantages its own application area sucs as environmentally friendly, disinfection byproducts, effectivity, investment, operational costs etc.
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, p erlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat; b. bahwa agar air minum dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Prasedimentasi merupakan salah satu unit pada bangunan pengolahan air minum yang umumnya digunakan sebagai pengolahan pendahuluan. Bentuk unit prasedimentasi yang umum digunakan adalah rectangular dan circular serta terdiri dari empat zona, yaitu zona inlet, zona pengendapan, outlet, dan zona lumpur. Keempat zona ini akan mempengaruhi proses pengendapan yang terjadi di zona pengendapan. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana desain keempat zona tersebut. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi proses pengendapan adalah overflow rate, v horizontal (v h ), bilangan Reynold partikel, serta karakteristik aliran. Karakteristik aliran diketahui dari nilai Bilangan Reynolds dan Froude. Namun, kedua bilangan tersebut tidak dapat dipenuhi keduanya, sehingga perlu ditetapkan suatu acuan.
Peningkatan eksploitasi airtanah meningkat tajam di Kabupaten Jember dari 200 liter/detik pada tahun 2003 menjadi 800 liter/detik pada tahun 2013, telah menyebabkan penurunan kualitas airtanah warga masyarakat perkotaan di Kabupaten Jember dibawah standart nasional air baku dan tidak aman lagi untuk dikonsumsi. Maka perlu ada instalasi pengolahan air minum untuk penjernihan air dan mereduksi logam berat serta mengandung oksigen yang cukup besar untuk membantu metabolisme tubuh, yakni dengan teknologi reserve osmosis. Tujuan jangka panjang untuk menghasilkan unit usaha air minum dalam kemasan (AMDK) baik dalam bentuk galon, botol dan gelas. Kegiatan IbIKK diharapkan membantu peningkatan nilai tambah perguruan tinggi baik dari aspek pendapatan dan peningkatan unit usaha, sebagai wahana penelitian dosen dan pembelajaran bagi mahasiswa. Adapun target khusus adalah diperolehnya teknologi reserve osmosis untuk pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK). Tahapan kegiatannya meliputi, persiapan fasilitas ruang produksi dan kantor serta bahan baku airtanah, perancangan instalasi pengolahan air teknologi reserve osmosis, uji kinerja produk di laboratorium, perancangan teknik pengemasan air dalam bentuk gelas, botol dan galon, uji kinerja alat di lapangan, pemasangan di lokasi kegiatan pengolahan air baku teknologi reserve osmosis. Hasil yang diperoleh adalah bahwa instalasi air minum teknologi reserve osmosis Universitas Muhammadiyah Jember telah dapat dioperasikan sesuai dengan target yang diharapkan dan mampu memproduksi air minum dalam kemasan galon sebanyak 200 galon/hari.
Perubahan tata guna lahan (land use) sangat berperan dalam menaikan jumlah limpasan permukaan. Perubahan tata guna lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan terbangun akan mempengaruhi kuantitas resapan tanah, karena diatas tanah yang bisa meresap air telah ditutupi bangunan permanen yang kedap air, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan cukup besar. Apabila limpasan permukaan tidak dikelola dan ditangani dengan baik akan terjadi banjir. Permasalahan melimpasnya air dari drainase adalah hal " lumrah " yang sering dialami setiap musim hujan terjadi. Keterbiasaan dengan keadaan ini mengakibatkan masalah drainase dianggap bukan persoalan yang penting. Genangan banjir baru dianggap mengganggu bila sudah menyebabkan lumpuhnya aktivitas lalu lintas karena badan jalan sudah digenangi air dan tidak bisa lagi dilalui. Perkembangan kota yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bukittinggi menyebabkan terjadi alih fungsi lahan menjadi areal permukiman. Adanya perubahan struktur tanah dari persawahan menjadi areal permukiman mengakibatkan terganggunya daya resap tanah sehingga aliran permukaan (run off) menjadi semakin besar. Pada akhirnya kondisi inilah yang
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.