Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
17 pages
1 file
Isu pergolakan dan penindasan etnik Rohingya merupakan isu pasang surut yang tercetus sejak mereka ditempatkan di bawah pemerintahan Myanmar selepas negara tersebut mencapai kemerdekaan dari penjajah British pada tahun 1948. Rusuhan etnik yang tercetus pada 6 Jun 2012 menggemparkan dunia sehingga membawa kepada isu pelarian golongan minoriti ini secara besar-besaran ke negara-negara jiran berhampiran. Makalah ini bertujuan mengenalpasti faktor utama konflik yang berlaku antara etnik Rohingya dengan penduduk Rakhine beragama Buddha dan kerajaan Myanmar dan cara penyelesaiannya. Konflik yang berlanjutan ini menyebabkan hak asasi mereka diabaikan dan tidak diakui oleh kerajaan Myanmar sebagai rakyat. Kajian kualitatif dengan pengumpulan data secara analisis dokumen dan temu bual ini mendapati bahawa golongan minoriti Rohingya dahulunya adalah penduduk wilayah Arakan sebelum British datang menjajah pada tahun 1948. Namun wilayah tersebut terpaksa bergabung dengan negeri Burma dan menjadi sebuah negara baru yang dikenali sebagai Myanmar. Rentetan daripada itu, pelbagai kontroversi dan konflik terpaksa dihadapi etnik Rohingya yang berpunca daripada dasar diskriminasi agama dan faktor genosid melalui kuat kuasa undang-undang Citizenship of Law pada tahun 1982 yang mengakibatkan hak-hak kemanusiaan mereka dicabuli. Makalah ini mendedahkan konflik sebenar yang berlaku antara muslim dengan non-muslim di Myanmar berpunca dari sentimen agama dan rasis. Justeru, pentingnya mencari solusi ke arah perdamaian di samping menyedarkan peranan masyarakat Islam bahawa isu Rohingya adalah isu umat Islam yang perlu digembleng bersama ke arah mencapai khairun ummah.
Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menyelidiki faktor-faktor penyebab konflik antara Islam mainstream dengan Ahmadiyah, resolusi konfliknya, peran SKB Tiga Menteri tahun 2008 dan Pergub tahun 2011 sebagai media resolusi konflik, dan respons terhadap SKB dan Pergub. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa faktor-faktor penyebab konflik bermula dari aspek teologis, kemudian berkembang menjadi aspek politik, ekonomi, sosial, ketidaktegasan pemerintah, Ahmadiyah eklusif dalam beribadah, dan pengaruh pemberitaan media massa. Resolusi konflik berupa non litigasi dilakukan melalui mediasi yang melibatkan aparat pemerintah, tokoh masyarakat, kepolisian, dan litigasi melalui proses peradilan. Ahmadiyah menganggap SKB dan Pergub tidak bisa berperan sebagai media resolusi konflik agama sehingga mereka menolak serta berusaha membatalkannya secara hukum. Sebaliknya, Islam mainstream menerima namun tetap menginginkan keluarnya Keppres atau Undang-Undang untuk mem-bubarkan Ahmadiyah. Abstract: Religious Conflict and Its Resolution: A Sutdy of Ahmadiyah in Tasikmalaya, Weste Java. This writing is aimed at analyzing factors that underly conflicts between mainstream Islam and Ahmadiya, its resolution, the role of SKB Tiga Menteri of 2008 and Pergub 2011 as a media of conflict resolution, as well as the responese to the two statutes. The findings of this study reveal that the religious conflicts stem from theological aspects that extend to political, socioeconomic , govern-ment's inambiguity in implementing the regulation, Ahmadiya's exclusiveness in their religious duties and the influence of media. Conflict resolution in non-litigation is carried out through mediation that involving the goverment's apparatus and the police, and litigation via judicial process. Ahmadiya argues that SKB and Pergub are incapable of playing any role in resolving religious conflict and thus reject and try to revoke them judicially. Mainstream Islam, however, argues to the opposite and insists in issuance of President Act or statute to disperse Ahmadiya organization.
Pada tanggal 25 agustus 2017 sekelompok militan bersenjata Rohingya menyerang pos keamanan Polisi Myanmar disepanjang bagian utara negara bagian Rakhine dan menewaskan 12 pasukan keamanan. Pemerintah Myanmar kemudian mulai melakukan tindakan opresif dengan memburu para militan ke dalam wilayah negara bagian Rakhine yang dihuni orang-orang Rohingya. Jumlah korban jiwa yang jatuh menembus angka 100 orang terdiri atas sipil, aparat keamanan, dan sebagian besar adalah para militan bersenjata Rohingya tersebut 1. PBB melaporkan, sejak terjadinya pertempuran tersebut, setidaknya lebih dari 400.000 lebih pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari wilayah konflik menuju Bangladesh dan juga terdapat sipil non-Rohingya yang melarikan diri ke wilayah aman di selatan Rakhine yang masih dikuasai pemerintah pusat. 2 Peristiwa terbaru soal konflik di Rakhine ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Serangan bersenjata pada tanggal 25 agustus yang lalu merupakan salah satu dari rangkaian konflik yang bermula puluhan tahun yang lalu antara orang Rohingya dengan pemerintah pusat Myanmar.
2022
Manusia hidup bersosial dalam lingkup yang berbeda sesuai dengan tujuan dan kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi segala aspek yang berkaitan dalam hidup maka tak jarang individu tergabung ke dalam suatu kelompok, manfaat yang diperoleh ketika masuk dalam sebuah kelompok adalah mendapatkan relasi, namun melebur dalam sebuah kelompok menjadi sebuah tantangan apabila terjadi sebuah konflik. Dengan begitu perlu sebuah penyelesaian di dalam perkata tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini ialah menggunakan analisis pustaka acuan dan jurnal referensi dan hasil penelitian dari kajian yang ada adalah teknik yang paling relevan digunakna dalam penyelesaian konflik pada dinamika kelompok adalah musyawarah mufakat yang lebih mementingkan manfaat bagi bersama.
Puncak penindasan dan diskriminasi terhadap etnis Rohingya terjadi pada tahun 2012 dimana konflik Rohingya bermula dari sebuah pembunuhan pada 28 Mei 2012 terhadap seorang gadis Budha bernama Ma Thida Htwe yang berumur 27 tahun, hidup di sebuah desa bernama Thabyechaung, Kyauknimaw, daerah Yanbye. Setelah Kasus ini dibawa ke pihak kepolisian setempat dan setelah penyelidikan ditetapkan beberapa tersangka. Mereka adalah Rawshi, Rawphi, dan Khochi. Ketiganya adalah pemuda Bengali Muslim, etnis Rohingya di Myanmar.
Higher education is a part of society, therefore Islamic university is also as part of their environment. This article identifies how Islamic higher education accelerates their institution to provide students opportunity to learn religious subject outside classroom so that they have enough time to learn in non-formal situation. The data was collected through brief in-depth interview and non-participant observation. Islamic State College of Sorong is the main source of data. Focus group discussion was applied as the technique to verify data for triangulation. This article discusses two main activities, celebration of Prophet Muhammad and the moment of first time reciting al Quran. Finally, this article concludes that the institution in higher learning activity play two roles, the university itself and the same time they are the religious body of the society.
Myanmar negara dengan pendapatan perkapita paling rendah di Asia Tenggara namun memiliki anomali dengan peningkatan anggaran militer yang luar biasa pada lima tahun terakhir setelah bekerjasama dengan RRChina
Hasil Dapatan Kajian tesis BA (UKM) mengenai sejarah, isu dan penyelesaian etnik Rohingya di Myanmar sehingga abad ke-21
Adalah sebuah kenyataan bahwa seiring berkembangnya kebutuhan, cepatnya mobilitas kehidupan, banyak kita jumpai orang-orang disekitar kita yang tidak sanggup bertahan menghadapi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam kehidupannya, bahkan tak luput mereka yang berhasil pun terkadang hanyut, takut kegagalan akan menimpanya. Orangorang yang gagal, tertimpa masalah,persoalan yang rumit dan musibah, tidak mampu menghadapi dan menerima dengan sabar dan tawakal lantas keluh kesah dan memakai obat penenang bahkan jenis narkotikapun menjadi semacam obat penawar kegelisahannya, walaupun itu tak membuatnya mengubah keadaan menjadi lebih baik.Namun sebaliknya, membuat dia semakin tenggelam dalam kegagalan.Lalu timbulah penyakit dan masalah baru dalam dirinya, "stres". Stres kerap melanda dalam kehidupan, terlebih di saat seperti ini, dimana kesibukan baik pada pekerjaan maupun keluarga, seolah tak ada putusnya. Berbagai masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan terkadang membuat kita merasa terbebani dan menjadi stress.Stres memang suatu hal yang sulit dihindari, tapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa diatasi.Selama kita hidup, stres tidak akan pernah bisa kita hindari. Terimalah bahwa dalam hidup kita selalu akan muncul yang namanya stres. Tidak ada seorangpun yang bisa secara total menghindari stres. Begitu juga dengan konflik, tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Tulisan ini penulis sajikan dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran mengenai bagaimana penyelesaian konflik yang dialami oleh suatu organisasi, agar konflik tersebut tidak merugikan organisasi tetapi malah mendatangkan hikmah dan manfaat bagi organisasi yang bersangkutan.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
PERANAN INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS (ICRC) DALAM KONFLIK ROHINGYA DI MYANMAR PADA TAHUN 2012-2018, 2018
Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 2019
ANALISIS AKSELERASI KONFLIK ORGANISASI KEAGAMAAN ISLAM DI YOGYAKARTA, 2019
Wafa Afifah, 2019
Andrina monica, 2022
Pustaka Ali Imron, 2007
Jurnal Toleransi, 2018
Musdhalifah , 2021