Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan. Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut : (Ife, 1996:59)
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah pembangunan terutama di negara-negara berkembang sering disampaikan oleh aparat pemerintah, baik di tingkat pusat maupun didaerah. Pembangunnan seringkali disamakan dengan pembuatan gedung, jembatan, rumah atau pembangunan fisik, mental, kecerdasan, moral, tatanan nilai dan norma dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan.
Memberikan pemikiran bagaimana pemberdayaan dilakukan melalui kelompok
Sesuai dengan tujuan mata kuliah ini yaitu, untuk membahas konsep-konsep pembangunan yang bertumpu pada masyarakat sebagai jembatan antara pembangunan mikro dan makro, maka pada kesempatan ini bahasan pokok yang akan disampaikan adalah tentang pemberdayaan masyarakat.
Deleted Journal, 2022
In the era of regional autonomy today, the development of rural areas occupies an urgent scale. Urgency is caused by the structure of the rural economy in general being in a disadvantage compared to the structure of the urban economy. This disproportionate situation has implications for socioeconomic problems, such as inequality in the level of welfare of urban and rural communities, population density and urbanization in urban areas, which increases sharply from year to year. Therefore, how to grow and develop the economy in rural areas through the economic empowerment of its people to achieve harmony or equality with urban areas is a chore that needs to be answered immediately, especially by governments at the rural level.
Ulasan para pakar, jim ife, ellen netting, judith, kirst-ashman, ch. Zastrow, social work, capacity building, empowerment
OLEH WIRAWAN H14103097 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN WIRAWAN. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Dana Zakat, Infaq, Dan Shodaqoh (Studi Kasus: Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh Jaenal Effendi, MA Kemiskinan di Indonesia cenderung terjadi di daerah perdesaan. Berdasarkan data jumlah penduduk miskin, dari 39,30 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006, lebih dari 24,81 juta jiwa atau sekitar 63,13 persen dari total keseluruhan masyarakat miskin tinggal di daerah perdesaan. Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang mewajibkan umatnya untuk membayar zakat, pemberdayaan umat pada hakekatnya dapat dilakukan dengan sumber dana yang berasal dari zakat. Nilai zakat di Indonesia yang terkumpul sampai pertengahan tahun 2007 yang mencapai Rp 553,77 miliar dapat dialokasikan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat miskin.
Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 2021
One of the social capital that the Indonesian nation has to conduct community empowerment since the pre-independence era until today is ‘Aisyiyah. Since its establishment in 1917, ‘Aisyiyah has owned many models of social empowerment through its movements spread throughout Indonesia and abroad. ‘Aisyiyah has also conducted the community empowerment through a media, Suara ‘Aisyiyah. The initial concept of community empowerment by ‘Aisyiyah needs to be revealed because it is the basic identification conducted by ‘Aisyiyah as a whole until today. This writing reveals two things. First, the initial concept of community empowerment by ‘Aisyiyah contained in Suara ‘Aisyiyah in the era of national movement. Second, the community empowerment sectors conducted by Suara ‘Aisyiyah in the era of national movement. As a whole this writing reveals a phenomenon that is different from a description happening in the colonial era. Generally in the pre-independence era women were described as the memb...
Jurnal SOMASI (Sosial Humaniora Komunikasi)
The development program implemented by the Indonesian state is oriented towards poverty alleviation and realizing the welfare of the community in every sphere of life. This orientation is also the reason for the shift in the regional autonomy paradigm from regional development to regional development. Optimization of development that is carried out is very much needed in the development and progress of the community, especially at the village level which aims to increase the capacity of the community in achieving independence, sustainable development and social justice. Thus, one of the programs that can support these development goals is the community empowerment program. This program is believed to be able to realize community independence by creating creativity that develops the potential of the village into excellence in development. The success of this program must also be supported by community involvement in the utilization and management of the village's potential. Howev...
Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 2011
The issue in this research is how to improve society ability through process human and physical capital. The relation between capital and ability improvement will be examined in this research by placing process empowerment as mediating variable to explain the activities involved. The data used in this study are primary and secondary data. The primary data was collected using survey method technique through questionnaire. Furthermore statistical analysis was used Structural Equation Modeling (SEM) of Smart Partial Least Square. This research has found two ways as path patterns directed to the increasing of society ability, which are (1) pattern consist of “two creating stage” to society ability, and (2) These pattern show that to improve society ability need “three stage” of process activity. The correlation is while the empowerment process increases higher, it will impulse the creating of society ability. The implementation of this research’s result, stated that if the empowerment w...
Pemberdayaan Masyarakat, 2021
Fungsi teori perubahan sosial adalah untuk menganalisis kondisi masayarakat secara objektif dan hasil dari analisa tersebut bisa dijadikan referensi untuk menerapkan model pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat lahir didasari bahwa sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat yang ada tidak memihak terhadap proses memanusiakan manusia "dehumanisasi" sehingga masyarakat berada pada kondisi tidak manusiawi pada semua sektor. Sejak orde reformasi hingga kini berbagai upaya dilakukan pemerintah dan pihak-pihak tertentu untuk memberdayakan masyarakat. Berbagai analisa dilakukan guna mendapatkan formula yang pas, sehingga tujuan "humanisasi" yang salah satu agendanya adalah pengentasan kemiskinan dapat terwujud ditengah-tengah masyarakat. Berbagai macam teori perubahan sosial telah ditulis para ilmuwan untuk menganalisa persoalan sosial. Salah satunya adalah teori yang dicetuskan oleh Paulo Freire (1970) yang tertuang dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed, yaitu dengan menganalisa kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri. Freire mengelompokan kesadaran manusia menjadi tiga kelompok : Kesadaran Magis (magical consciousness) Kesadaran magis adalah kesadaran yang tidak mampu mengkaitkan antara satu faktor dengan faktor lainya, misal masyarakat tidak mampu menganalisa persoalan kemiskinan yang timbul dengan kondisi politik dan budaya yang ada. Ciri dari kesadaran magis bahwa masalah-masalah yang terjadi di masyarakat lebih disebabkan oleh faktor faktor di luar manusia baik natural maupun super natural. Kesadaran masyarakat seperti biasanya terjadi pada masyarakat primitif dan terpencil. Kesadaran Naif (naival consciousness) Yang dimaksud dengan kesadaran naif disini bahwa akar masalah yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri. Misalnya, kemiskinan yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh manusia itu sendiri yang malas, tidak memiliki jiwa wirausaha dan lainya. Ciri khas dari teori ini kesadaran masyarakat tidak mempersoalkan sistem dan struktur. Mereka menganggap bahwa sistem dan struktur sudah dianggap baik, masyarakatlah yang harus menyesuaikan diri dengan sistem dan struktur sehingga persoalan-persoalan dimasyarakat dapat teratasi. Pada kondisi masyarakat seperti ini yang dibutuhkan adalah man power development untuk menggerakan sistem yang sudah dianggap baik tadi. Kesadaran Kritis (critical consciousness) Kesadaran ini menganggap bahwa persoalan yang terjadi di masyarakat akar masalahnya pada sistem dan struktur. Kesadaran kritis mencoba menganalisa struktur dan sistem kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang ada. Pada teori ini masyarakat dituntut mampu menganalisa, misal apakah kemiskinan itu ada kaitanya dengan sistem dan struktur dan mampu menganalisa bagaimana sistem dan struktur itu bekerja.
The tourism village is one of the community empowerment programs to maximize the potential of a village to improve the welfare of its people. Community empowerment is done by optimizing the rural tourism program to be a tourism commodity based on the local potential of the community. (1) With the aim of which is to change the mindset of the people so that they become more creative and innovative. (2) So that the community can utilize and develop the potentials contained in Jatimulyo Village to be used as a tourist destination (3) So that the community can introduce Jatimulyo Village through existing tours. This activity was carried out for three months, several methods of implementation, namely observation for one week, socialization of tourism villages carried out one week and the development of tourism villages through several activities carried out for two months and evaluation. With the methods used (1) Establishment of tourism village development organization in Jatimulyo, (2) An increase in knowledge and insight for young people about the importance of developing the potential of natural tourism in the village of Jatimulyo. (3) There is an increase in the quality of life of rural communities through improved village facilities to make it worth visiting. So that with this activity young people especially Karang Taruna in Jatimulyo Village become motivated in following up this activity as their business activities in creating new economic opportunities for they are in their responsibilities as managers of tourism-aware villages.
2015
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya yang dapat membuat masyarakat yang tadinya tidak mampu menjadi mampu dengan menggunakan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh sendiri dan menjadikan masyarakat sebagai subjek dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Pemberdayaan dilakukan melalui berbagai program pemberdayaan, dimana program pemberdayaan yang ada diharapkan mampu untuk mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor utama dalam keberhasilan program pemberdayaan adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan program pemberdayaan, baik itu dalam perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan program ini dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri masyarakat yang mengikuti program pemberdayaan dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar. Melalui tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, tingkat keberhasilan dalam program pemberdayaan pun akan tinggi.
Becoming a challenge for every country and society, poverty is a problem that must be overcome. In Islam, it is also viewed as a disease that must be cured. One of the effective instruments of poverty alleviation is community empowerment. Community empowerment is methods used by individuals, groups and communities so they are able to manage the environment, achieve their own goals, work and help each other to maximize their quality of life. In the Qur'an there are many verses that speak about theme of community empowerment. This paper discusses community empowerment according to the Qur'anic perspective using thematic interpretation methods. The principles of community empowerment in the Qur'an are the principle of ukhuwwah, ta'awun principle, and the principle of equality. The steps of empowerment as mentioned in the Qur'an include continuous self-development, encouraging zakat and infaq programs, conducting training and skills education for the community, and avoiding economic behaviors prohibited by Islam such as hoarding and monopoly (ihtikar).
2019
Persoalan kemiskinan yang begitu kompleks sudah semestinya memperoleh perhatian dari berbagai pihak secara bersama dan terkoordinir, demi terwujudnya cita-cita bangsa yakni kesejahteraan. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan
Studi kasus di PKBM Nurul Iman Kelurahan Klender Jakarta Timur
Kelautan dan Perikanan, 2022
Pemberdayaan masyarakat pesisir harus terus dijalankan secara optimal dan berkelanjutan, dengan konsep dan pendekatan yang tepat dibarengi dengan kolaborasi dari berbagai lembaga terkait. Harmonisasi program dari berbagai lembaga adalah langkah strategis untuk mengoptimalkan pemberdyaan masyarakat pesisir agar keluar dari jerat kemiskinan. Ketimpangan kondisi masyarakat pesisir yang menjadi paradoks bisa menjadi dasar berfikir dalam upaya mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat.
Pembangunan Masyarakat, Pemberdayaan Masyarakat, Komunitas yang Baik
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.