Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
5 pages
1 file
Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) adalah senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai herbisida (pembunuh tanaman pengganggu atau gulma). Herbisida berbahan 2,4-D pertama kali digunakan pada tahun 1940 di Amerika Serikat. 2,4-D merupakan jenis herbisida yang telah lama dan sampai saat ini paling banyak digunakan dalam budidaya tanaman di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dipicu oleh semakin langkanya tenaga kerja dan tersedianya herbisida yang relatif mudah dan murah, peningkatan penggunaan pestisida di Indonesia, khususnya herbisida, semakin terlihat nyata pada 20 tahun terakhir. Saat ini, ketergantungan perkebunan, baik skala besar maupun kecil, perkebunan rakyat, perkebunan milik negara, maupun perkebunan swasta, pada herbisida sebagai alat pengendali gulma semakin tinggi karena alasan keefektifan, ekonomi dan kelangkaan tenaga kerja.
Penggunaan pestisida dalam pertanian merupakan praktik yang umum dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit, dan gulma. Meskipun pestisida memberikan manfaat dalam meningkatkan hasil pertanian, dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan tidak dapat diabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak penggunaan pestisida serta pentingnya pengelolaan yang bijaksana. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan desain deskriptif eksploratif, melibatkan analisis data sekunder dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat menyebabkan keracunan, pencemaran lingkungan, dan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang baik, termasuk penggunaan pestisida nabati dan penerapan sistem pertanian berkelanjutan. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan pestisida yang baik perlu ditingkatkan dalam praktik pertanian untuk menjaga kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan.
Pestisida adalah bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman pertanian. Pestisida, menurut Pasal 75 dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2019, dapat didefinisikan sebagai semua zat kimia dan bahan lain, serta virus dan jasad renik yang dapat digunakan untuk menghapus atau mencegah hama, hewan, rerumputan, atau tanaman yang tidak diinginkan. Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan pestisida berkontribusi terhadap pencemaran tanah, air, dan udara, serta dampaknya pada kesehatan petani dan masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak penggunaan pestisida terhadap keseimbangan ekosistem pertanian dan kesehatan manusia, serta menawarkan solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, dengan pendekatan analisis data sekunder dari peraturan perundang-undangan, dokumen hukum lingkungan, serta literatur terkait dampak pestisida.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang tidak tepat mencemari tanah dan air, mempengaruhi organisme nontarget, serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti keracunan, gangguan reproduksi, dan penyakit kronis. Selain itu, residu pestisida yang terakumulasi dalam tanah dan tanaman menyebabkan degradasi lingkungan. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan mencakup pengendalian hama terpadu, edukasi petani tentang penggunaan pestisida yang aman, dan adopsi teknologi pertanian berkelanjutan. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan yang lebih ramah lingkungan dalam pengelolaan pestisida untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan masyarakat. Diperlukan peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasikan strategi pertanian berkelanjutan guna meminimalkan dampak negatif pestisida. Kata kunci: pestisida, ekosistem pertanian, pencemaran lingkungan, kesehatan, pertanian berkelanjutan.
mikrobia yang dianggap mengganggu PENGELOMPOKAN PETISIDA BERDASARKAN: 1.CARA KERJA Dalam bidang pertanian , pestisida dapat digunakan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Penyemprotan (Spraying ) Penyemprotan adalah cara penggunaan pestisida yang paling banyak dipakai oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaak pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan pestisida ( pestisida diatambah air ) dipecah oleh nozzel ( spuyer ) atau atomizer menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan ( formulasi ) yang digunakan dengan cara penyemprotan meliputi E.C; W.P; WS atau SP. Sedangkan penyemprotan dengan volume ultra rendah ( Ultra low volume ) digunakan formulasi ULV. Dengan menggunakan alat khusus yang disebut mikroner. b. Pengasapan atau Fogging. Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume rendah dengan ukuran droplet yang halus. Perbedaannya dengan penyemprotan biasa adalah yang dibuat pencampur pestisida adalah minyak solar dan bukan air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap yang kemudian dihembuskan. Fogging banyak digunakan untuk mengendqlikan hama gudang, hama tanaman perkebunan serta vektor penyakit dilingkungan misalnya untuk mengendalikan nyamuk malaria. c. Penghembusan (Dusting ) Penghembusan merupakan cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk tepung hembus ( D, dust) dengan menggunakan alat penghembus ( duster ). Jadi penggunaannya dalam bentuk kering. d. Penaburan ( broadcasting ) pestisida butiran ( Granuler ) Penaburan pestisida butiran adalah cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan. Penaburan dapat dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan menggunakan alat penabur ( granule broadcaster ).
The use of pesticides for certain crops can not be avoided because of the character of the plant, one of which is coffee. Pesticides in the cultivation of coffee is often used unwisely, excessive doses and the use of an incorrect type, the effect is potentially decreasing the quality of the coffee. As the times and the changing mindset of consumers about organic farming encourage to consume organic coffee products. This is evidenced by the increasing demand than available supply. The aim of this study are: 1) Knowing the main source of information used by farmers in the purchase decision and the use of pesticides in the cultivation of coffee; 2) Determine the relationship of knowledge to the purchase decision and the use of pesticides in the cultivation of coffee; 3) Knowing the relationship of knowledge to the effectiveness of the use of pesticides in the cultivation of coffee. The study was conducted in the village Sumber Tempur Wonosari Subdistrict precisely in farmer groups Sumber Makmur I census method against 30 members of farmer groups. The results showed that 1) The source of information is important in decision making pesticide use in coffee farming is a row; Reference Group, Recommendations other institutions, consumer preferences, and family references; 2) Correlation analysis showed that the knowledge of the specifications of pesticides (0.72), knowledge threshold HPT attack (0.60) is strongly correlated with the complexity of the use of pesticides; 3) Correlation analysis showed that the knowledge of the specifications of pesticides (0.69), knowledge threshold HPT attack (0.76) is strongly correlated with the effectiveness of the use of pesticides.
MINI RISET BIOKONSERVASI, 2023
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber daya alam pertanian terbesar di Asia maupun dunia . Indonesia juga memiliki berbagai keaneragaman jenis tanah, bahan induk, bentuk wilayah, dataran tinggi serta iklim yang berupa lahan kering, rawa maupun non-rawa. Hal tersebut yang menjadi potensi besar bagi Indonesia dalam memproduksi berbagai komoditas pertanian, perkebunan hingga perikanan secara berkelanjutan. Pemanfaatan sebuah lahan yang dimanfaatkan secara maksimal dan berkelanjutan maka akan membawa dampak yang signifikan pada peningkatan perekonomian Negara maupun masyarakat. Maka dengan dasar ini pemerintah Indonesia melalui Menteri Agraria dan tata ruang mengeluarkan peraturan tentang penetapan lahan pertanian sebagai dukungan untuk mencapai ketahanan pangan nasional . Pada tahun 1960, terjadi peningkatan penduduk didunia yang meningkat dua kali lipat dan produksi pertanian hanya meningkat sepertiga. Dalam hal ini masyarakat banyak yang menggunakan pestisida pada pertanian mereka yang dapat mengakibatkan dampak pada meluasnya kerusakan ekosistem yang semakin meluas, karena pestisida mengandung bahan aktif sehingga dapat mencemar tahan dan air serta dampak pada kesehatan manusia . Pestisida merupakan sarana Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang paling banyak digunakan oleh para petani karena dianggap efektif, mudah digunakan dan secara ekonomis menguntungkan. Organisasi Pengganggu Tumbuhan (OTP) merupakan masalah dalam produksi pertanian seiring dengan adanya serangga hama dan penyakit.Adanya hama dan penyakit belum dikendalikan secara optimal sehingga sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang lumayan besar, baik berupa kehilangan hasil, penurunan mutu serta penurunan pendapatan petani . Hasil penelitian pengaruh penggunaan pestisida pada tanaman berkelanjutan padi dan sayur- sayuran yang terdapat di Dusun Kosawah Desa Gunung sari Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso dinyatakan menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan berupa wesban yang bertujuan untuk membunuh hama yang berupa ulat daun akan tetapi masyarakat juga menggunakan pupuk berupa pupuk urea. Dari permasalahan diatas dapat kita ketahui tujuan penelitian yang diajukan yakni apakah pengaruh pestisida terhadap tanaman yang berkelanjutan? terdapat populasi serangga apa saja yang ada ditanaman tersebut? serta bagaimana penyerbukan tanaman terjadi? yang terdapat di Desa Kosawah Desa Gunung sari kecamatan Maesan Kabupan Bondowoso.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2012 viii+126 hlm.; 17 x 24 cm ISBN 978-602-235-107-8 1. Judul I. PESTICIDES II. PEST CONTROL III. MOSQUITO CONTROL IV. INSECTISIDES 632.95 Ind p iii Kata Pengantar Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam Pengendalian Vektor Penyakit tular vektor merupakan penyakit menular yang penanggulangannya antara lain menggunakan insektisida, selain upaya pengelolaan lingkungan, penggunaan musuh alami serta upaya pencegahan kontak orang dengan vektor agar terhindar dari penularan penyakit. Pelaksanaan pengendalian vektor mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tanggal 17 Maret 2010 tentang pengendalian vektor yang mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan, perizinan, pembiayaan, peran serta masyarakat, monitoring dan evaluasi serta pembinaan dan pengawasan pengendalian vektor. Secara teknis upaya pengendalian vektor perlu diterapkan pendekatan pengendalian vektor terpadu (PVT) yang salah satu prinsipnya adalah penggunaan insektisida merupakan pilihan terakhir dan dilakukan secara rasional serta bijaksana. Karena itu aplikasi insektisida dalam pengendalian vektor perlu mempertimbangkan beberapa aspek yaitu efektif terhadap serangga sasaran, teknologi aplikasinya, keamanaan bagi kesehatan masyarakat, petugas, dan lingkungan. Sedangkan insektisida yang digunakan harus mendapat izin dari Menteri Pertanian atas saran atau pertimbangan KATA PENGANTAR iv Kata Pengantar Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam Pengendalian Vektor Komisi Pestisida (KOMPES) dan memperhatikan petunjuk teknis WHO. Selain itu dalam pembinaan dan pengawasan upaya pengendalian vektor perlu dilakukan secara berjenjang mulai dari Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melibatkan organisasi profesi dan asosiasi terkait. Pedoman penggunaan insektisida ini memuat beberapa informasi yang berkaitan dengan pemilihan, pengelolaan insektisida, peralatan, tenaga pelaksana pengendalian vektor, aplikasi insektisida, pencegahan keracunan dan manajemen resistensi. Penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor dapat berperan ganda yaitu mampu memutuskan rantai penularan penyakit, namun bila penggunaannya kurang bijak akan memberikan dampak negatif antara lain menimbulkan kematian organisme bukan sasaran, menimbulkan masalah lingkungan dan menimbulkan resistensi bagi vektor. Untuk menghindari terjadinya resistensi perlu diterapkan manajemen aplikasi insektisida yang baik antara lain dengan pemilihan metode intervensi yang tepat, penggunaan insektisida tepat sasaran dan terbatas serta rotasi penggunaan insektisida. Rotasi penggunaan insektisida perlu dilakukan dalam periode waktu maksimal 2-3 tahun atau 4-6 kali aplikasi. Namun penggantian bisa dipercepat sesuai dengan hasil monitoring status kerentanan vektor. Pedoman ini diharapkan dapat digunakan oleh para pengambil keputusan, pengelola program, petugas teknis termasuk sektor terkait maupun swasta pada setiap jenjang baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota sebagai buku pegangan atau panduan dalam upaya pengendalian vektor. v Kata Pengantar Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam Pengendalian Vektor Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim penyusun yang telah berhasil mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber antara lain bahan pustaka, pengalaman lapangan yang dihimpun dari stakeholder terkait, perguruan tinggi tentang penggunaan insektisida untuk sektor kesehatan serta mampu menyusun semua informasi tersebut menjadi suatu pedoman. Menyadari bahwa lingkup uraian pedoman ini cukup luas kemungkinan masih ada hal-hal penting lainnya yang belum termuat, maka bersama ini kami sangat mengharapkan saran-saran, masukan dari para pembaca untuk penyempurnaan, sehingga buku pedoman ini bermanfaat bagi setiap pemangku kepentingan baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan kualitas pengendalian vektor dalam program pengendalian penyakit bersumber binatang.
2022
Pestisida dan petani merupakan 2 sisi yang sulit untuk dipisahkan. Serangan hama dan penyakit yang menyebabkan hasil panen kurang baik menjadi salah satu latar belakang hal tersebut dapat terjadi. Pestisida dianggap mampu meningkatkan hasil tanam petani, terutama pestisida kimia. Namun tidak jarang, penggunaan pestisida kimia sebagai salah satu bentuk pencegahan maupun pengendalian serangan hama dan penyakit tidak diikuti dengan pengetahuan petani yang mumpuni. Hal ini dapat menyebabkan dampak buruk jangka pendek maupun jangka panjang seperti kesehatan petani maupun pencemaran lingkungan pada tanah, air dan udara.
Bayu Ilham Pradana, SE., MM. Dosen Pembimbing ABSTRAK PT Petrosida Gresik merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri yang memproduksi pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi apakah yang cocok digunakan PT Petrosida Gresik untuk bersaing dalam industri pestisida di Indonesia. Persaingan industri pestisida yang semakin ketat saat ini menyebabkan perlunya perumusan strategi yang berdasarkan analisis lingkungan untuk mengetahui peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan. Analisis lingkungan dilakukan melalui penilaian eksternal yang meliputi aspek ekonomi; sosial, budaya, demografis, dan lingkungan; politik, pemerintahan, dan hukum; teknologi dan persaingan industri. Sedangkan aspek internal yang dinilai adalah manajemen; pemasaran; keuangan; produksi; penelitian dan pengembangan; dan sistem informasi manajemen. Faktor-faktor eksternal dan internal tersebut dianalisis melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap masukan menggunakan alat analisis Matriks IFE, Matriks EFE, dan Matriks CPM. Tahap kedua yaitu tahap pencocokan menggunakan alat analisis Matriks SWOT, Matriks SPACE, dan Matriks IE. Tahap ketiga yaitu tahap keputusan menggunakan QSPM. Pada tahap masukan, hasil analisis Matriks EFE menunjukkan total skor bobot 3,00 dengan masing-masing nilai peluang 1,28 dan nilai ancaman 1,72. Analisis matriks IFE menunjukkan total skor bobot 2,61 dengan masing-masing nilai kekuatan 2,14 dan kelemahan 0,47. Analisis matriks CPM menunjukkan posisi bersaing PT Petrosida Gresik yang berada di bawah PT Syngenta Indonesia dan di atas PT Petrokimia Kayaku. Pada tahap pencocokan, hasil analisis IE dan SPACE menunjukkan strategi alternatif integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk dengan didukung strategi ST dari hasil analisis Matriks SWOT. Analisis QSPM pada tahap keputusan menunjukkan PT Petrosida Gresik harus lebih mengutamakan strategi penetrasi pasar daripada strategi pengembangan produk.
Some of natural materials, such as vanillin, sinamaldehide and eugenol, are very potential as starting material in synthesis of long conjugated system compounds wich can use as antioxidants, sun block active compounds and acid-base indicators. This research aims are were to know the result of 4-hydroxy-3-methoxy-5-(phenyldiazenil) benzaldehide compound and to know it’s antioxidant activity to DPPH. Synthesis of 4-hydroxy-3-methoxy-5-(phenyldiazenil) benzaldehide was done by react benzenadiazonium chloride salt with vanillin at temperature 0-5 °C. The result purity was tested by determine it’s melting point and the antioxdidant activity was determine at concentration of 25, 50, 100, 200, and 500 ppm. The research result showed that coupling diazo reaction between vanillin and benzenaiazonium ion resulted brown-black solid with melting point of 100 0C and rendemen of 88.54 % that indicated as 4-hydroxy-3-methoxy-5-(phenyldiazenil) benzaldehide compound. Antioxidant activity of the result was not strong enough because of the purity, so need to be purified and separated. Keywords : Vanilin, diazo coupling, antioxidant, DPPH.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA
Ghina Hananti, 2023
JRSKT: Jurnal Riset Sains dan Kimia Terapan
Jurnal Sains Terapan
Jurnal Agrotek Tropika, 2013
Madako Education Journal, 2018
Telkom University, 2024
poltekkes malang, 2021