Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
9 pages
1 file
Abstrak Syukur merupakan ajaran yang sangat penting dalam Islam, sehingga dalam al-Qur'an dan hadis ia disebut beriringan dengan zikir dan ibadah kepada Allah. Syukur dalam pengertiannya yang komprehensif mencakup perbuatan hati, lisan dan anggota-anggota tubuh yang lain. Namun demikian, banyak orang hanya terpaku pada syukur dengan lisan. Oleh sebab itu, diperlukan pertolongan Allah agar orang dapat bersyukur dengan benar. Syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dianugerahkan akan menyebabkan pertambahan nikmat itu di dunia dan pahala di akhirat. Sebaliknya, sikap kufur terhadap nikmat akan menyebabkan azab dan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat. syukur merupakan motif tertinggi dalam ibadah kepada Allah. Ibadah yang dilandasi oleh syukur dapat terjamin kelestarian dan kelangsungannya, karena ia bebas dari pamrih. Ibadah Rasulullah merupakan representasi dari ibadah semacam ini. Kata kunci: syukur, kufur, al-Qur'an
muslim.or.id/1891-tanda-tanda-haji-mabrur.html Ajaran Islam dalam semua aspeknya memiliki hikmah dan tujuan tertentu. Hikmah dan tujuan ini diistilahkan oleh para ulama dengan maqashid syari'ah, yaitu berbagai maslahat yang bisa diraih seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Adapun maslahat akhirat, orang-orang shaleh ditunggu oleh kenikmatan tiada tara yang terangkum dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (hadits qudsi), " Allah berfirman (yang artinya): Telah Aku siapkan untuk hamba-hambaKu yang shaleh kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terdetik di hati manusia. " [1] Untuk haji secara khusus, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Adapun di dunia, banyak maslahat yang bisa diperoleh umat Islam dengan menjalankan ajaran agama mereka. Dan untuk ibadah haji khususnya, ada beberapa contoh yang bisa kita sebut; seperti menambah teman, bertemu dengan ulama dan keuntungan berdagang. Di samping itu, Allah juga memberikan tanda-tanda diterimanya amal seseorang, sehingga ia bisa menyegerakan kebahagiaan di dunia sebelum akhirat dan agar ia semakin bersemangat untuk beramal. Tidak Semua Orang Meraih Haji Mabrur Setiap orang yang pergi berhaji mencita-citakan haji yang mabrur. Haji mabrur bukanlah sekedar haji yang sah. Mabrur berarti diterima oeh Allah, dan sah berarti menggugurkan kewajiban. Bisa jadi haji seseorang sah sehingga kewajiban berhaji baginya telah gugur, namun belum tentu hajinya diterima oleh Allah Ta'ala. Jadi, tidak semua yang hajinya sah terhitung sebagai haji mabrur. Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan, " Yang hajinya mabrur sedikit, tapi mungkin Allah memberikan karunia kepada jamaah haji yang tidak baik lantaran jamaah haji yang baik. " [3] Tanda-Tanda Haji Mabrur Nah, bagaimana mengetahui mabrurnya haji seseorang? Apa perbedaan antar haji yang mabrur dengan yang tidak mabrur? Tentunya yang menilai mabrur tidaknya haji seseorang adalah Allah semata. Kita tidak bisa memastikan bahwa haji seseorang adalah haji yang mabrur atau tidak. Para ulama menyebutkan ada tanda-tanda mabrurnya haji, berdasarkan keterangan al-Quran dan al-Hadits, namun itu tidak bisa memberikan kepastian mabrur tidaknya haji seseorang. Di antara tanda-tanda haji mabrur yang telah disebutkan para ulama adalah: Pertama: Harta yang dipakai untuk haji adalah harta yang halal, [4] karena Allah tidak menerima kecuali yang halal, sebagaimana ditegaskan oleh sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
Kata sakramen berasal dari bahasa Latin Sacramentum, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Sakramen juga berarti tanda keselamtan Allah yang diberikan kepada Manusia.
Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentumyang memiliki arti perbuatan kudus 1 . Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang kepunyaan (jaminan) yang ditaruhkan saat dua orang berselisih, jika salah satunya kalah maka jaminan tadi akan menjadi milik pihak yang menang. Dalam sejarah teologi Kristen istilah sacramentum menjadi bagian dari diskusi teologis kristiani sehingga dalam perkembangannya istilah sakramen digunakan dan diberi arti baru dalam kehidupan gereja.
PENDAHULUAN Kerapuhan adalah bagian dari diri manusia, menyatu dengan identitas dan hakikat diri. Walaupun kesadaran itu dimiliki semua orang, kerapuhan tetap ditolak, diabaikan, dan ditekan. Gambaran diri yang ideal justru dijauhkan dari kerapuhan. Kerapuhan bagaikan sisi gelap yang sulit diterima dalam impian untuk menjadi sempurna. Kerapuhan menimbulkan rasa takut, terluka, malu, dan sakit yang begitu kuat sehingga acap kali manusia menolak kerapuhannya. Manusia disibukkan dengan prestasi, persaingan, yang dianggap sebagai cara untuk menentukan citra diri ideal dan jika hal tersebut tidak teraih maka yang muncul adalah penolakan, bahkan terhadap diri sendiri. Kerapuhan yang ditolak, diabaikan, dan ditekan akan membuat manusia semakin jauh dari pengenalan diri untuk membangun relasi yang sehat dengan dirinya, sesama, dan Allah. Sakramen, cara Allah merengkuh kerapuhan manusia, judul yang saya pilih untuk menyelesaikan tugas akhir semester dalam mata kuliah konsentrasi satu dan kontekstualisasi satu. Melalui paper ini saya ingin menguraikan bahwa kerapuhan adalah bagian dari diri kita yang harus direngkuh dengan cinta Allah. Kerapuhan tidak diabaikan tetapi dirayakan dan Allah mengundang kita untuk merayakannya di dalam perayaan sakramen. Ketika kerapuhan diterima dan dirayakan dalam sakramen maka kerapuhan menjadi kekuatan yang mengubahkan (transformasi), memberi pengharapan untuk melawan sikap fatalistik. Di dalam paper ini saya mencoba untuk menemukan cara yang begitu dekat, intim dengan kehidupan kekristenan untuk merangkul kerapuhan di dalam cinta Allah yaitu lewat perayaan sakramen. Perayaan sakramen yang setiap kali diselenggarakan adalah cara Allah menghampiri umat dalam kerapuhannya dan menjadi cara umat menghampiri kerapuhan diri dan sesamanya. Pengalaman dan pemikiran Henri J.M Nouwen menjadi sumber dalam penulisan paper ini. Kesempatan Nouwen hidup bersama dengan komunitas disable L'Arche Daybreak menjadi sebuah kekuatan untuk dapat memaknai pelayanan sakramen sebagai perayaan hidup di dalam kerapuhan. Pendekatan Nouwen didasarkan pada pengalamannya, hidup diantara mereka yang tertindas, miskin, menderita, dan disable, yang membuat tulisannya bukan sekedar pendekatan ilmiah tetapi pengalaman riil yang begitu dekat dengan manusia.
Muhammad Arifil A'la Makalah Mensyukuri Nikmat Allah, 2022
Pengertian Syukur Kepada Allah, Hakikat Syukur Kepada Allah, dan Cara Cara menyatakan syukur kepada Allah
Tanzil: Jurnal Studi Al-Quran
Abstrack Praise and gratitude (syukr) are closely related to forms of worshiping of a servant to his Lord. Many verses of the Qur'an show this as it is associated with favors that God has bestowed upon His creation. However, there are still many people who neglect and forget to thank and praise God for all the blessings that God has given to them. Either because of their own humiliation, as well as the weakness of those who are unable to understand the nature of gratitude and praise itself. This article will see how this message appears in (QS. al-Fātiẖah [1]: 2) where Allah orders his worshipers to thank and praise him, while God Himself Who started praising Him. Therefore, the aim of this paper is to introduce how such views and ideas appear through Muhammad Sholeh Darat al-Samarani, mainly when interpreting (QS. al-Fātiẖah [1]: 2) in his book, Tafsīr Faidh al-Raẖmān.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Kodrat Sakramen Penguatan, 2019
Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis, 2021
Khazanah: Jurnal Mahasiswa
Indonesian Journal of Theology
Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits