Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
26 pages
1 file
Uraian saya tentang Filsafat, Politik dan Ideologi Pendidikan sebagai upaya merefleksikan kondisi faktual pendidikan dan harapan di waktu yang akan datang, berbasis pada asumsi bahwa sekiranya kita menyetujui suatu tesis bahwa sebagai bangsa kita masih belum terlepas dari krisis multidimensi. Sekiranya kita semua memaklumi bahwa kondisi faktual kita dalam berbangsa, bernegara, bermayarakat, berpolitik, bergaul dengan bangsa-bangsa lain, menunjukan evidensi bahwa krisis multidimensi tersebut masih bersifat laten dan mendasar. Krisis mutidimensi bangsa ditandai dengan beragam konflik dalam dimensi kehidupan; centang perenang dan kekisruhan bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya; dekadensi moral; missing link berbagai peristiwa atau kejadian sehingga tidak dapat dijelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi dan perilaku warga yang mencari solusi dengan cara-cara irasional; menonjolnya primordialisme, egosektoral dan egosentrisisme; sikap dan berpikir parsial, tidak konsisten, klaim sepihak, mementingkan golongan; budaya instant dan hedonisme; kebijakan diambil tidak berdasarkan data empiris melainkan atas dasar kepentingan sesaat dan golongan; dan merajalelanya kolusi, korupsi dan nepotisme. Untuk mampu melihat secara jernih segala unsur yang terkandung di dalam krisis multidimensi tersebut, kita perlu melakukan kajian secara mendasar meliputi kajian filsafat, politik dan ideologi khususnya bidang pendidikan.
Era disrupsi memberikan peluang bagi kita untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun. Informasi yang telah disediakan, sistem yang sangat mendukung transfer informasi itu tidak membuat suatu sekat antara pembuat informasi dengan penerima informasi, termasuk juga dalam dunia pendidikan. Pendidikan sekarang ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi atau disrupsi teknologi. Sehingga, mau tidak mau, guru dan siswa harus menyesuaikan setiap pelajaran dengan perkembangan yang terjadi. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dnengan menggunakan peneitian berupa kajian literatur yakni mempelajari objek penelitian berdasarkan penelitian terdahulu berupa jurnal maupun buku yang berkaitan dengan topik yang peneliti tulis.
Pendidikan Islam sebagai bagian integral dari pendidikan nasional pada sebuah negara bangsa (nation-state) kita hari ini, memiliki persoalan yang kompleks dan penuh dinamika. Sehingga berbagai trobosan yang komprehensif perlu dilakukan untuk menjawab tantangan perubahan peradaban yang terkait dengan dunia pendidikan itu sendiri. Sebagai sebuah karya ilmiah yang tentunya berusaha mengikuti perkembangan terkini dari persoalan pendidikan yang kompleks tadi, maka buku ini berupaya memetakan persoalan pendidikan secara menyeluruh. Disamping itu menawarkan pemikiran solutif bagi penyelesaian persoalan pendidikan tersebut.Diantara persoalan yang diangkat dalam buku ini adalah : (1) Pendidikan Karakter. (2) Pendidikan Moral. (3) Penerapan kurikulum 2013. (4) Pendidikan yang berbasis pada pemikiran kesetaraan gender. (5) Kurikulum pendidikan di sekolah menengah. (6) Kinerja Perguruan Tinggi Agama Islam yang berbasis pada ISO dan lain sebagainya. Semua persoalan di atas merupakan persoalan kontemporer yang dihadapi oleh pendidikan Islam, yang coba dikupas secara mendalam dalam buku ini. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan sebagai metode ilmiah dalam membedah dan menganalisa persoalan pendidikan yang dipaparkan dalam buku ini. Lebih jauh tulisan yang dimuat dalam buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para pendidik (dosen) dilingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dari Kementerian Agama Republik Indonesia.
Yayasan Pendidikan Uluwiyah, 2022
YAYASAN PENDIDIKAN ULUWIYAH MOJOKERTO INDONESIA viii penyusunan buku ini. Mudah-mudahan Allah melipatgandakan amal baik mereka dan memudahkan segala urusannya. Amin. Pengetahuan mengenai pendidikan yang dimiliki penulis tidak terlepas dari ikhtiar belajar kepada para Kyai, ustadz, guru dan dosen selama penulis menempuh studi baik formal maupun non formal. Beberapa pendidik yang berkesan bagi penulis antara lain: KH. Moh. Tidjani Jauhari, MA (alm); KH. Moh. Idris Jauhari (alm); KH.
2021
The purpose of writing this article is to provide a comprehensive overview of Indonesia's Contemporary Islamic Education dynamics from madrasah, pesantren, diniyah to Islamic universities are analytically accompanied from different viewpoints. Not only those related to national education, but also to political, social and cultural factors in Indonesia, which use as a part of the consideration to view education in Indonesia. The educational landscape, both public and Islamic education in Indonesia, has continued uneasily in its long way to survive until now. After struggling with a long marginalization and backwardness, Islamic education still strives and creates a new paradigm. This study uses descriptive research methods that analyzed Indonesia's contemporary Islamic Education paradigm. The data is obtained through a validation process of the duplicate article titles found in the February-March 2021 period. Current education must adapt to technological development and time development. Hence, it requires global expansion of the education system to answer various global challenges and needs.
This paper rests on the assumption that education is a scientific activity. In the perspective of philosophy of science, the most central issue is the issue of the nature of science and the growth of science. Contemporary scholarly discourse questioned how the consequences of building science to education. This paper confirms that the concept and the actual praxis of education are associated with scientific problems. However, the end of the affirmation is to show that there are other problems also began to be touched by contemporary scientific discourse, the problem of faith, the principle of life, and faith in relation to education. Problem is called the "Theology of Education", a field that examines the values, spirit, and religious aspects as an integral part in the education world.
Pemikiran Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam yang berkembang pada masa modern (abad 19 masehi) hingga sekarang. Ciri khas pemikirannya adalah bersifat agresif yang berkembang dengan metode pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur"an dan peradaban Islam. Pertanyaan yang menggugah para intelektual Islam adalah "di manakah pemikiran Islam kontemporer?" Pertanyaan itu wajar, karena secara sepintas seakan-akan pemikiran Islam kontemporer menghadapi krisis yang cukup akut, macetnya kreativitas dan tersumbatnya kebebasan berfikir. Wujud ekstrem dari itu semua adalah pengkafiran terhadap pemikiran liberal yang masih menjadi dekorasi yang menghiasi pemikiran Islam kontemporer, seperti kasus pengkafiran terhadap Nashr Hamîd Abû Zayd yang sekarang menetap di Belanda.
Abstrak Geliat Islamisasi ilmu pengetahuan nampaknya sudah mulai didengungkan. Islamisasi sebagai sebuah konsep memerlukan penjelasanpenjelasan yang komprehensif. Mengislamkan ilmu bukanlah pekerjaan mudah seperti labelisasi. Namun yang perlu diingat dalam mengislamkan ilmu adalah harus mampu mengidentifikasi pandangan hidup Islam (the Islamic worldview) sekaligus mampu memahami budaya dan peradaban Barat. Tulisan sederhana ini hendak 'menguak' keburukan westernisasi ilmu dengan menguraikan latar belakang sejarahnya dan dampak yang ditimbulkanya, sehingga Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer merupakan solusi yang tepat ditawarkan untuk mengobatinya. Kata Kunci: Islamisasi, Ilmu Pengetahuan, Barat, Westernisasi Pendahuluan Teori ilmu merupakan wacana yang sangat penting, terutama pada masa sekarang. Dominasi pandangan ilmiah modern (Barat) telah begitu dalam merasuki pola pikir keilmuan kita, sehingga kita tidak merasakannya lagi sebagai sesuatu yang asing, apalagi aneh dalam pandangan keilmuan (epistimologi) kita. Begitu dalam penetrasi pandangan ilmiah modern ke dalam kesadaran kaum intelektual kita, sehingga banyak dari mereka mengadopsi secara tidak kritis bahkan fanatik sebagai pandangannya sendiri. Pikiran mereka telah begitu tertutup, sehingga bahkan hampir percuma menawarkan kepada mereka suatu pandangan ilmiah alternatif. * Program Studi Ilmu Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, Institut Studi 16 Jika menilik kepada sejarah keilmuan Barat, kita ingat "cogito ergo sum" nya Descartes (1596-1650 M) yang menjadikannya "Bapak Filsafat Modern". Slogan ini telah memformulasikan sebuah prinsip yang menjadikan rasio sebagai satu-satunya cara untuk mengukur validitas sesuatu (kebenaran). 1 Dengan bersadar pada rasionya ini, Barat seolah keluar dari "belenggu maut" yang mengekang mereka dari aktifitas keilmuan. Ini terlihat dari banyaknya ilmuan yang muncul setelah Descartes. Pada abad modern, Hegel (1831 M) muncul dengan filsafat dialektikanya yang banyak terpengaruh oleh Kant. Ia mengatakan bahwa pengetahuan adalah on going process, di mana subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui terus berkembang. Pengetahuan yang sudah dicapai akan terus berkembang dengan adanya negasi atau sangkalan. Namun sangkalan ini tidak serta-merta menghapus pengetahuan terdahulu. Pengetahuan yang telah tersangkal dikategorikan terbatas. Dan yang terbatas jangan dianggap sebuah kebenaran. 2 Selanjutnya memasuki era post-modern Lingkaran Wina (Vienna Circle) muncul dengan verifikasinya. Ilmuan yang tergabung dalam kelompok ini mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaningfull) dan pernyataan yang tak bermakna (meaningless). Suatu pernyataan dikatakan bermakna apabila ia dapat dibuktikan atau diverifikasi dengan metode inderawi. Sehingga ranah metafisika tidak dapat dikatakan ilmiah karena tidak dapat disentuh oleh indera. 3 Teori verifikasi Lingkaran Wina ini kemudian menimbulkan kritik dari Karl Popper. Baginya, suatu teori bersifat ilmiah tidak hanya karena bisa dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi, melainkan karena dapat diuji (testable), dalam arti dapat diuji dengan percobaanpercobaan sistematis untuk menyangkalnya, inilah yang disebut falsifikasi. Lanjutnya, teori-teori ilmiah hanyalah dan selalu bersifat 1 Adnin Armas, "Westernisasi dan Islamisasi Ilmu", dalam Islamia,
Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi ia menjadi kesatuan. Perkembangan berlangsung dengan perlahan-lahan melalui masa demi masa. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan
PT. Duta Media Press, 2024
Buku ini hadir sebagai wujud usaha untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang teori-teori pendidikan Islam, baik dari perspektif historis, filosofis, maupun praktis sekaligus sebagai buku ajar mata kuliah Teori Pendidikan Islam. Pendidikan Islam, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran agama, telah berkembang seiring perubahan zaman, dan kini menghadapi berbagai tantangan serta peluang di era modern. Oleh karena itu, penyusunan buku ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para akademisi, pendidik, dan mahasiswa pada umumnya yang ingin memahami lebih jauh tentang konsep dan penerapan teori pendidikan Islam dalam konteks kekinian.
ISU-ISU KONTEMPORER DALAM ILMU TATA NEGARA, 2024
Kajian ini menganalisis tentang isu-isu modern yang dibahas dalam ilmu tata Negara. Didalam jurnal ini akan dibahas secara mendetail mengenai globalisasi, krisis demokrasi dan populisme, apa saja tantangan yang dihadapi tatanan Negara saat ini dan reformasi dalam tatanan Negara. jurnal ini menggunakan teori yang akurat. Namun, maksud daripada tujuan pembuatan jurnal ini adalah sebagai penambah wawasan bagi pembaca agar dapat memahami garis besar daripada tata Negara beserta isu-isu khusus yang menjadi problematika dalam jurnal ini. Negara berarti sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu dan memiliki kekuasaan tertinggi yang sah yang ditaati oleh rakyatnya. Dalam konteks ini, rakyat memiliki peran besar dalam suatu Negara terlebih lagi Negara Indonesia merupakan Negara demokrasi yang bersifat total dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat dan bersama rakyat.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Fazar Azhari, M.Pd.I, 2021
Annastasya Wahyu Ananda, 2023
BARUSDI ANHAR, 2019
Yayasan Tri Edukasi Ilmiah, 2024