Academia.eduAcademia.edu

KOMPILASI TUGAS KELOMPOK SEJARAH

Robert King Merton (Robert K. Merton) lahir pada 4 juli 1910 di Philadelphia Selatan. Keluarganya merupkan imigran Yahudi. Berganti nama depannya dari Marlin menjadi Robert, Merton sempat bekerja menjadi seorang pesulap (Schmaus,2008). Merton dibesarkan dalam semangat belajar yang tinggi. Karena kepandaiannya, Merton mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Universitas Temple. Dari universitas tersebut, ia mendapat gelar B.A, dan mulai memiliki ketertarikan dengan ilmu sosiologi. Kemudian Merton memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studinya di Universitas Harvard dan berhasil mendapat gelar MA Ph.D. Tokoh-tokoh penting yang berpengaruh dalam perjalanan Merton di antaranya yaitu Talcott Persons, P.A Sorokin yang lebih banyak mendorong Merton ke arah pemikiran sosial Eropa, ahli biokimia sekaligus sosiolog L.J Henderson, sejarahwan ekonomi E.F Gay, yang mengajarkan tentang perkembangan ekonomi, dan George Sarton. Pada masa studinya di Harvard, Merton pernah menjadi asisten peneliti Sorokin dan di tahun ketiganya Merton kuliah, mereka berhasil mempublikasikan artikel hasil penelitian tersebut. Sementara itu, di tahun kedua keuliahnya, Merton sempat sebuah artikel berjudul Social Forces and the America Journal of Sociology (Calhoun, 1893). Selepas kuliah, Merton diangkat menjadi pimpinan Jurusan Sosiologi di Tulane. Pada tahun 1957, Merton terpilih sebagai presiden American Sociology Society. Merton menjadi sosiolog Amerika pertama yang mendapatkan penghargaan berupa National of Science dari Presiden Amerika pada tahun 1994. Dalam artikelnya Bureaucratic Structure and Personality, Merton mempersoalkan gagasan birokrasi rasional yang diungkapkan oleh Weber. Menurutnya, penekanan pada ketepatan dan keajegan (reliabilitas) dalam administrasi, dapat mengakibatkan kegagalan administrasi itu sendiri. Merton beranggapan bahwa peraturan yang dirancang sebagai alat untuk mencapai tujuan, dapat menjadi tujuan itu sendiri. Merton selanjutnya menguraikan bahwa birokrasi pada hakikatnya memberi pengaruh tertentu bagi keperibadiaan para anggotanya, dimana mendorong timbulnya kecenderungan untuk menaati peraturan organisasi secara kaku demi kepentingan dan keuntungannya sendiri. Apabila perilaku dalam birokrasi tidak sesuai dengan aturan normatif, maka akan terjadi anomie (non konformis) di mana muncul ketidakserasian (kesenjangan) antara kultural dengan struktural dalam