Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Penelitian ini mengkaji Layanan Perpustakaan Elektronik dengan konsep Library 2.0. Perpustakaan elektronik sudah merebak di Indoensia, baik itu perpustakaan Hibrida, maupun digital. Tetapi yang telah melakukan layanan dengan konsep 'Library 2.0' (Perpustakaan 2.0) dapat dihitung dengan jari. Itupun belum sepenuhnya Perpustakaan 2.0. Pengertian Perpustakaan 2.0 adalah perpustakaan yang benar-benar beorientasi kepada pemakai, yang mendorong perubahan secara terus menerus, yang mengkreasikan layanan baik fisik maupun maya sesuai dengan keinginan pemakai, yang didukung dengan evaluasi layanan secara konsisten.Perpustakaan yang berorientasi kepada pemakai sangat dibutukan saat ini, agar perpustakaan tetpa dikunjungi oleh pemakai. Oleh karena itu, artikel ini berusaha mengungkapkan jenis-jenis layanan yang dikembangkan dengan konsep 'library 2.0, dengan menggunakan menggunakan metode tinjauan literatur. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa konsep Library 2.0 sudah ada yang diterapkan di beberapa perpustakaan. Layanan-layanan tersebut antara lain ditandai dengan adanya: Chat Reference, Blog dan wikis, jaringan sosial dalam perpustakaan, seperti Faceebook, MySpace, Flikr, dan lain-lain, dan RSS Feed.
2010
OPAC merupakan perkhidmatan tradisi perpustakaan yang mengamalkan pendekatan komunikasi sehala. Begitu juga dengan perkhidmatan sumber maklumat elektronik yang ditawarkan oleh kebanyakan pembekal pangkalan data maklumat elektronik. Kertas ini akan membincangkan secara ringkas konsep dan aplikasi Web 2.0 dan Library 2.0 meliputi definisi, teknologi yang digunakan dan beberapa laman web yang mengaplikasikan konsep Web 2.0. Perpustakaan konvensional mengamalkan komunikasi maklumat sehala berbanding dengan konsep Library 2.0 yang menitikberatkan komunikasi maklumat berbagai hala. Library 2.0 memberikan keutamaan kepada pengguna perpustakaan untuk menyumbangkan pengalaman dan pandangan mereka terhadap koleksi dan perkhidmatan perpustakaan. Library 2.0 bolehlah dikatakan perkhidmatan perpustakaan dari perspektif pengguna dan boleh menarik minat pengguna untuk memperkayakan sumber maklumat. 'Enhanced OPAC' juga dikenali OPAC 2.0 melibatkan perlaksanaan fungsi baru dalam sistem pencari maklumat, penggunaan teknologi terkini untuk pertukaran data, kandungan tambahan yang memberi penerangan lanjut berhubung dengan bahan dalam koleksi perpustakaan, berupaya menggunakan perkhidmatan pihak ketiga dan penggunaan aplikasi Web 2.0. Pengguna akan memperolehi maklumat yang lebih terperinci berkaitan bahan dalam koleksi perpustakaan dan juga boleh menyumbangkan pandangan mereka terhadap koleksi perpustakaan di masa hadapan. Kertas ini menerangkan konsep dan kaedah mengaplikasikan konsep Library 2.0 untuk meningkatkan keupayaan perkhidmatan OPAC dan memuaskan keperluan pengguna terutamanya generasi kini yang dikenali 'Net Generation'.
Perpustakaan merupakan organisasi yang berkembang, seperti apa yang menjadi salah satu hukum perpustakaan menurut Shiyali Rammamrita Rangathan, Library is the growing organism yang berarti perpustakaan adalah organisasi yang berkembang. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, perpustakaan dituntut untuk lebih dinamis, cepat, dan akurat. Hal ini dilakukan agar keeksistensian perpustakaan di era gadget ini bisa dipertahankan di tengah maraknya penyedia informasi yang lebih canggih yang menjadi kompetitor bagi perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan harus berevolusi menjadi penyedia informasi yang ideal bagi pemustaka. Agar menjadi penyedia informasi yang ideal, maka perpustakaan terlebih dahulu harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari pemustaka. Saat ini pemustaka dibagi menjadi 3 generasi, yaitu generasi baby boomer, generasi x, dan generasi y atau generasi millenia. Terkait dengan generasi -generasi tersebut, terdapat generasi yang melek teknologi kurang baik, dan generasi melek teknologi dengan baik. Untuk mengakomodir kebutuhan dari berbagai macam generasi tersebut, maka Library 2.0 menjadi solusinya. Dengan mengadopsi konsep Web 2.0 yang merupakan generasi web ke dua, perpustakaan diharapkan mampu mengangkat reputasinya di tengah berbagai isu miring yang acapkali masih menghinggapi profesi pustakawan. Library 2.0 membuka kesempatan bagi semua orang untuk lebih banyak berbagi dan turut mengambil peran dalam pembangunan literasi masyarakat.
2018
This study aimed to analyze the Engagement Rate academic library and to analyze strategies in implementing Library 2.0 as well as to identify barriers in applying Library 2.0. The approach in this research uses a qualitative with a comparative case study method. The Engagement Rate results University of Indonesia Library ranks first, Gadjah Mada University Library in the second and Airlangga University Library on the third. This study University of Indonesia Library and the Airlangga University Library where research was conducted, which resulted in research that both libraries have had strategies in the application of Library 2.0 which is parsed by forming components Library 2.0 is user participation, Web 2.0, perpustkaaan and services, evaluation and cooperation. Another finding is that both libraries have the same strategy, on the other hand there are also different strategies. When one component is weak then the other components further strengthened. Penelitian ini bertujuan unt...
2016
Abstrak Tulisan ini bermaksud mengelaborasi lebih dalam tentang perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang menggeser cara pandang perpustakaan yang bersifat konvensional ke perpustakaan modern. Perkembangan Internet yang diikuti oleh ketersediaan sumberdaya digital yang semakin beragam, juga mengubah perilaku, harapan, dan persepsi masyarakat tentang informasi dan pengetahuan. Teknologi Internet tidak hanya menambah potensi perluasan cakupan pendidikan yang sudah ditunjang oleh teknologi siaran, melainkan juga menambah potensi baru, yakni interaktivitas. Perkembangan teknologi Informasi komunikasi (TIK) yang demikian pesat ini membuat kebutuhan pemustaka (civitas academica Universitas Hasanuddin) akan akses informasi yang lebih cepat dan luas semakin meningkat. Artikel ini menyimpukan bahwa perpustakaan Unhas harus segera berbenah baik dari segi layout gedung, layanan dan jumlah dan kualitas tenaga pengelola dan layanan yang mamadai untuk menuju perpustakaan yang berbasi...
… (JP) APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik), …, 2003
Libraria: Jurnal Perpustakaan, 2015
Salah satu tanda kemajuan sistem teknologi informasi di perpustakaan adalah pemanfaatan internet. Web semantik menyediakan pemustaka melalui pencarian lebih efektif dan efisien yang menggunakan kecerdasan buatan dengan cara komputer belajar tentang kita melalui kebutuhan apa yang kita cari. Hasil dari perpustakaan 3.0 adalah menjadi ‘perpustakaan tanpa batas’. Melalui pemanfaatan sistem teknologi informasi di perpustakaan, maka pustakawan dituntut harus bisa mengembangkan dan menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
Jurnal Pustaka Ilmiah, 2020
Karakteristik pemustaka era mileneal perlu dipahami oleh perpustakaan dengan layanan-layanan yang dapat mendukung aktivitas mereka. Dalam sebuah perguruan tinggi, keberadaan perpustakaan merupakan sumber informasi sebagai rujukan dalam setiap penyelesaian rujukan yang mereka ingin ketahui. Akses informasi secara cepat dan keakuratan yang diberikan merupakan kekuatan utama sebuah perpustakaan dalam melayani pemustaka millineal sehingga jangan sampai mereka justru mencari rujukan dari sumber informasi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.Semua itu harus dimulai dengan niat sepenuh hati untuk memberikan layanan sepenuh hati. Menjadi teladan bagi diri sendiri adalah contoh terbaik bagi pustakawan milenial di era digital. Semua yang tidak disukai oleh para pemustaka harus segera diubah menjadi semua hal yang disukai dan diperlukan oleh para pemustaka. Bekal utama yang harus dimilkiki oleh para pemustaka adalah sikap ramah kepada semua pemustaka pada semua kondisi. Hal inilah yang ...
IQRA`: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi (e-Journal), 2019
University Library is an information center for education and research development by supporting facilities and learning activities that function. As a services center provided optimally and efficiently according to the users needs. The improvement and development of University Library services based on information technology is being realized communicatively with users, stimulating a conducive and comfortable atmosphere for librarians and users. Skilled and qualified librarians or have expertise in information technology, active in delivering various attractive information and reaching users.
Jurnal Pustakawan Indonesia
Tuntutan adanya perubahan terhadap perpustakaan perguruan tinggi di era industri 4.0 semakin nyata. Tulisan ini didasarkan pada berbagai studi literatur terkait tuntutan pengguna perpustakaan perguruan tinggi masa kini akan layanan yang bersifat non-konvensional, walaupun masih ada tuntutan pada layanan yang konvensional. Dibahas juga hasil pengamatan pada web perpustakaan dari perguruan tinggi terkemuka yang memperlihatkan betapa perpustakaan-perpustakaan tersebut telah melakukan transformasi layanannya dengan tidak hanya menyediakan informasi dan mendiseminasikan informasi kepada penggunanya, tetapi berperan aktif dalam proses penelitian sivitas akademika dari persiapan penelitian sampai dengan mempublikasikan hasil penelitian. Kompetensi pustakawan menghadapi era industri 4.0 juga dibahas pada tulisan ini.
Abstrak "Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa kepada satu fase dimana teknologi mobile menjadi salah satu pilihan yang harus diperhatikan. Hal ini didukung dengan potensi besarnya pengguna mobile phones dan mobile internet di dunia. Perpustakaan sebagai institusi yang sangat dekat dengan TIK mempunyai kepentingan untuk memanfaatkan teknologi mobile dalam peningkatan pelayanan kepada pemustaka. M-Libraries adalah salah satu pilihan yang dapat dilakukan oleh perpustakaan. Perpustakaan dapat memilih apakah menggunakan platform mobile phones standard, mobile web version atau mobile apps sebagai teknologi yang akan digunakan untuk mengimplementasikan m-libraries dan menghadirkan layanan perpustakaan berbasis mobile technology. Perpustakaan dapat menyediakan akses bagi pemustaka atau penggunanya ke katalog online, melakukan transaksi peminjaman, akses ke sumber koleksi digital, hingga mengakses ke informasi umum perpustakaan melalui perangkat mobilenya" Kata kunci: m-Libraries, mLibrary, mobile technology, mobile web version, mobile apps, mobile libraries, mobile library. PENDAHULUAN Penetrasi teknologi mobile sudah sedemikian luas menjangkau masyarakat di dunia, bahkan hingga ke pelosok-pelosok wilayah di berbagai negara. Perkembangan teknologi dan pengetahuan serta persaingan bisnis di bidang teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan kemudahan bagi setiap orang mendapatkan akses ke teknologi mobile secara cepat dan murah. Data yang penulis peroleh dari mobithinking.com menyebutkan bahwa pada bulan Februari 2013 terdapat 6,8 miliar pelanggan mobile telephone di dunia atau 96% dari populasi yang ada di dunia. Bahkan portoresearch.com memprediksi bahwa pada akhir tahun 2014
Pelayanan referensi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang riil. Untuk memperoleh kebutuhan Untuk mengetahui kebutuhan riil, pustakawan mengadakan wawancara , kemudian menindaklanjuti hasil wawancara itu. Artikel ini mengupas sejarah singkat pelayanan referensi, pustakawan, perpustakaan, pemustaka dan pengaruh teknologi informasi. Artikel ini juga memaparkan pelayanan referensi pada library 2.0, 3.0 dan 4.0
Jurnal Pustakawan Indonesia, 2010
Library 2.0 saat ini sedang menjadi topik pembicaraan yang hangat di kalangan praktisi dan pemerhati perpustakaan. Akan tetapi banyak sekali kesalah pahaman dalam menangkap konsep library 2.0 ini. Menurut Xinya 1 konsep Library 2.0 merupakan pengembangan dari Library 1.0. Library 1.0 mempunyai konsep pelayanan literatur berorientasi pada sumber daya perpustakaan (library resource), sementara Library 2.0 mempunyai konsep layanan pengetahuan yang berorientasi kepada pengguna (user). Dalam pemahaman ini dapat kita simpulkan, esensi dari kerja perpustakaan tetap layanan literatur untuk pelanggan, akan tetapi fokus perhatiannya telah berpindah dari pengelolan literatur (literature management) kepada kebutuhan literatur pengguna, dan dari sumberdaya perpustakaan kepada pengguna. Library 2.0 adalah sebuah perkembangan penting dari seluruh industri ini. Oleh karena itu supaya bisa meraih konsep ini, maka itu perlu suatu reformasi sistem pengelolaan perpustakaan, terutama kepada arsitektur sistemnya. Arsitektur Sistem Perpustakaan 2.0, merupakan salah satu kajian yang belum banyak dikaji oleh praktisi maupun pemerhati ilmu perpustakaan. Oleh karena, alasan itulah penulis merasa tertantang untuk mengkaji hal ini secara lebih mendalam. Melalui makalah ini penulis berusaha untuk mengkaji perpustakaan 2.0, serta mengenai sistem arsitekturnya. Makalah ini disusun menggunakan metode studi literatur. Adapun literatur yang penulis gunakan sebagain besar dari Jurnal Berbahasa Inggris, juga dari buku-buku yang berkaitan dengan hal ini, serta dari blog dan website yang relevan dengan materi yang sedang di bahas oleh penulis.
Perpustakaan sekolah bukan hanya sebagai syarat untuk dipenuhi suatu sekolah, melainkan perpustakaan sekolah merupakan organisasi di sekolah untuk membatu pelaksanaan pendidikan di sekolah tersebut. Jika perpustakaan tersebut tidak diurus dengan baik, secara otomatis perpustakaan tersebut tidak akan berkembang dengan baik. Artikel ini bertujuan untuk memberikan penjelasan dan penerapan pengembangan perpustakaan sekolah dengan menggunakan konsep perpustakaan 2.0, sehingga perpustakaan sekolah dapat berkembang dan memenuhi kebutuhan pengguna di sekolah tersebut dengan baik. Kata Kunci: pengembangan perpustakaan, perpustakaan sekolah, perpustakaan 2.0
Library catalogue is challenged by the development of web technology that produce search engines dan also has change users’ interaction with information in this Web 2.0 enviroment. Users expect to participate and collaborate in the creation of information. This study aims to create a prototype of next generation OPAC which will use users’ contribution as an enrichment to OPAC. Users can contribute information to existing bibliographic record with tagging, rating and comment. Prototype was created using Drupal 7 and tested using Black Box method. Testing results shows that this prototype can fufill all functional requirements. Keywords: next generation OPAC, Web 2.0, Library 2.0, tagging, rating, review.
Tugas Penerbitan Media, 2022
Adanya covid-19 memberikan dampak yang besar terhadap perubahan masyarakat. Hal ini juga berdampak pada perpustakaan yang pada akhirnya banyak perpustakaan yang ditutup karena mengurangi adanya mobilitas di luar rumah. Untuk mempertahankan eksistensi perpustakaan, ada beberapa perpustakaan yang masih melayani pemustaka dengan menerapkan prinsip 5M. Kemudahan akses informasi masyarakat saat ini memaksa perpustakaan untuk mengembangkan inovasi layanan. Hadirnya beragam jenis perpustakaan menjadi salah satu dampak kemudahan akses informasi. Perpustakaan konvensional kini bermetamorfosis menjadi perpustakaan digital bahkan bookless library. Perubahan fisik perpustakaan ini menjadi bukti bahwa perpustakaan senantiasa berkembang dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. Perpustakaan hibrida menjadi salah satu jenis bentuk yang saat ini banyak diimplementasikan di berbagai perpustakaan. Perpustakaan hibrida menjadi penyeimbang kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan koleksi cetak dan koleksi digital. Akselerasi layanan perpustakaan tidak sekedar pada layanan fisik, namun juga pada layanan yang mendorong masyarakat untuk berpikir dan berprilaku intelektual.Dengan adanya teknologi informasi, lebih mudahkan pustakawan untuk tetap melayani pemustaka, seperti adanya perpustakaan digital ataupun bookless library. Dengan perpustakaan digital, pemustaka dapat meminjam buku secara online dengan batas waktu tertentu. Pemustaka juga dapat dengan mudah mendapatkan informasi melalui perpustakaan digital. Kata kunci : layanan perpustakaan, perpustakaan hibrida, perpustakaan digital
Tugas Mata Kuliah Penerbitan Media, 2022
This study aims to determine the various types of service innovations used by libraries in facing challenges due to the covid-19 pandemic. The covid-19 pandemic has led to policies regarding social distancing and physical distancing that have changed activities in the library in providing services to users. The method used in this research is observation and literature study. This is done by analyzing data obtained from journals, scientific articles, and research reports related to the study of library science. The results of the study indicate that online library services are needed today in meeting the information needs of users. The existence of social restrictions makes users unable or severely restricted from coming to the library. This is done to prevent the spread of the covid-19 virus and to prevent the spread of the covid-19 virus. With online library services, users can still get the information they need in an easy and effective way and don't have to come directly to the library.
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia), 2021
Library must inovate in order to keep gave services to people in Covid-19 pandemic era. This study aims to determine the service innovation and its development that carried out by UPT Proklamator Bung Karno Library during the Covid-19 pandemic. The research data were processed using a qualitative approach with descriptive analysis. The data was collected by observation techniques, interviews, and documentation study on UPT Proklamator Bung Karno Library's website and social medias. The results showed that: UPT Proklamator Bung Karno Library had made service innovations in various aspects during the Covid-19 pandemic. First, do online loan system. Second, open online member registration. Third, create live chat application on the website. Fourth, provide e-book collections on the website and Google play store application. Fifth, hold webinars and online discussions.
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.