Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
10 pages
1 file
Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling mendukung.Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh airmata, sebum, ludah, dan getah lambung yang mengandung unsure pertahanan kimiawi.
Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungi dan parasit. Sistem ini merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi.
Sistem kekebalan (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau seranganorganisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi padaautoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. Kemampuan sistem kekebalan untuk membedakan komponen sel tubuh dari komponen patogen asing akan menopang amanat yang diembannya guna merespon infeksipatogen -baik yang berkembang biak di dalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus, maupun yang berkembang biak di luar sel tubuh (ekstraselular) -sebelum berkembang menjadi penyakit.
E. coli serotype O157:H7 berada dalam makanan setengah matang, makanan tersebut dimakan oleh manusia dan masuk ke tubuh manusia, struktur tubuh E. coli yaitu meliputi dinding sel, flagel, dan kapsul Kemudian, bakteri E. coli merupakan bakteri gram negatif ekstraseluler yang mengeluarkan endotoksin berupa LPS. Lipopolisakarida atau disingkat LPS terdapat pada dinsing sel E.coli. LPS tersebut merangsang aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi, salah satu hasil aktivasi komplemen tersebut yaitu efek opsonisasi/perlekatan bakteri yang berfungsi untuk fagositosis oleh neutrofil, makrofag jairngan dan monosit. Selain adanya fagositosis yaitu terjadi pula reaksi lisis melalui MAC (Membran Attack Complex) serta beberapa hasil sampingan aktrivasi komplemen melalui pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin E.coli berupa LPS merangsang pula sitokin oleh makrofag. Fungsi dari sitokin yaitu untuk merangsang proses inflamasi non spesifik dan mengaktivasi limfosit spesifik yaitu sel B dan sel T yang akan menghasilkan mekanisme imunitas spesifik. Perlu dijelaskan kembali bahwa sel makrofag selain berperan untuk fagosisitas, sel tersebut pula beperan sebagai sel APC (antigen presenting cell). Sel ini akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke permukaan sel yang dapati kenali oleh limfosit T yaitu T helper. T helper dibantu oleh MHC II (Major Histocompatibility Antigen) ini akan mengaktivasi sel B, sel B tersebut langsung memproduksi antibodi, antibodi terhadap antigen mempunyai tiga peranan yaitu opsonisasi atau perlekatan permukaan bakteri E.coli dengan antibodi agar berlangsungnya proses fagositosis oleh makrofag, yang kedua netralisasi toksin bakteri mencegah penempelan terhadap sel atrget serta meningkatkan fagositosis dan yang terakhir yaitu aktivasi komplemen untuk terjadinya peradangan.
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Atau dengan kata lain Autoimunitas adalah responimunterhadap antigen jaringansendiri yang disebabkankegagalanmekanisme normal yang berperanuntukmempertahankan self-tolerance sel B, sel T ataukeduanya. Potensiautoimunditemukanpadasemuaindividuolehkarenalimfositdapatmengeskpresikanre septorspesifikuntukbanyak self antifen. (Baratawidjaya,2006) Sedangkan Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk. B. Penyebab Autoimunitas Genetik : Telah ditunjukkan pada manusia bahwa gen Major Histocompatibility Complex (MHC) dikaitkan dengan kejadian spesifik dari penyakit autoimmune. Gen MHC ada pada semua vertebrata, gen ini menandai 2 katagori pokok molekul yang membentuk bagian dari sel membran dan seluruh bagian membran. Secara khusus gen tersebut memiliki peranan dalam menseleksi antigen yang dapat dikenali oleh sel-T. Sebuah analisa keturunan dari anjing beardies menunjukan bahwa hypoadrenocorticism mempengaruhi sifat keturunan yang dihasilkan. Kejadian ini disebabkan adanya autosomal recessive gene yang melakukan penetrasi secara tidak lengkap. Para peneliti berharap dapat mengidentifikasi gen atau gen-gen pada satu atau lebih loci yang memiliki hubungan dengan hypoadrenocorticism. Analisa pedigree pada populasi besar Old English Sheepdogs dan breeds lainnya yang pada populasi lebih kecil, menunjukkan bahwa hampir semua kasus autoimmune terjadi pada hewan yang memiliki darah segaris. Namun demikian data tersebut juga menjelaskan bahwa anjing-anjing yang dalam segaris keturunan tidak selalu menderita penyakit autoimmune dimana mayoritas
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.
Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi antigen. Kedua cabang ini berinteraksi satu sama lain dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan akhir, mengeliminasi antigen. Dari dua cabang respon ini, satu diperantarai terutama oleh sel B dan antibodi dalam sirkulasi, dan dinamakan respon imun humoral (berasal dari cairan tubuh = humor). Cabang yang satunya, diperantarai oleh sel T, yang tidak mensintesis antibodi, tetapi mensintesis dan melepas bermacam-macam sitokin yang mempengaruhi sel-sel yang lainnya. 8.2. IMUNITAS HUMORAL Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi serum, yang merupakan protein yang disekresi oleh sel B. Sel B yang diaktifkan, akan mensekresi antibodi, setelah pengikatan antigen ke membran molekul imunoglobulin (Ig), yaitu reseptor sel B (BCR), yang diekspresikan oleh sel B tersebut. Sudah diperkirakan bahwa setiap sel B mengekspresikan sampai 10 5 BCR dari spesifisitas yang sama. Sekali diikat, sel B menerima signal untuk memulai mensekresi bentuk imunoglobulin ini, yang merupakan suatu proses yang menginisiasi respon antibodi yang optimal dengan maksud untuk mengeliminasi antigen dari hospes. Antibodi adalah suatu campuran heterogenus dari globulin serum, yang saling bekerja sama untuk menunjukkan kemampuan mengikat antigen spesifik. Semua globulin serum dengan aktivitas antibodi dinamakan imunoglobulin Semua molekul immunoglobulin mempunyai struktur umum yang memungkinkan untuk melakukan dua hal : (1) mengenal dan mengikat secara spesifik struktur unik yang ada pada antigen, yang disebut epitop, dan (2) menampilkan fungsi biologik setelah berkombinasi dengan antigen. (Uraian tentang struktur imunoglobulin lebih lanjut, diberikan oleh pengampu mata kuliah imunologi yang BAB 8
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.