Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai pedoman hidup umat manusia dalam menata kehidupan dunia dan akhiratnya. Konsep-konsep dan berita yang dibawa al-Qur'an selalu relevan dengan zaman yang dilaluinya sekaligus berdialog terhadap setiap umat kapan dan di manapun mereka berada. 1 Salah satu pembahasan menarik dan krusial yang diangkat al-Qur'an adalah tauhid (monoteisme). Menyembah kepada satu Tuhan (monoteisme) merupakan misi penting yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad dibuktikan dengan ajaran monoteisme yang ada dalam kitab suci umat Yahudi dan Nasrani. Dua komunitas tersebut di dalam al-Quran disebut dengan Ahl al-Kitab dan secara jelas diketahui mereka mempunyai persambungan aqidah dengan kaum muslimin. Bahkan Allah sendiri menegaskan bahwa al-Qur'an diturunkan untuk memberikan pembenaran terhadap sebagian isi Taurat (kitab suci agama Yahudi) dan Injil (kitab suci agama Nasrani) serta mengoreksi sebagian isi yang lain. Berkaitan dengan monoteisme, riset sejarah telah menunjukkan bahwa animisme dan dinamisme yang dipraktekkan oleh orang-orang primitif, merupakan kemunduran dari keyakinan akan keesaan Tuhan. Kepercayaan akan satu Tuhan yang dibawa oleh Yahudi, Kristen dan Islam adalah lawan dari politeisme, dan bukan evolusi dari politeisme. Bahkan monoteisme adalah konsep yang sudah ada sejak masa permulaan manusia. Kemudian karena pengaruh dari tradisi tertentu terjadilah penyimpangan-penyimpangan. 2 Penyimpangan yang demikian terjadi pula dalam agama Yahudi dan Kristen sebagaimana yang telah diinformasikan dalam al-Qur'an. Berawal dari kajian terhadap ayat al-Qur'an, penulis merasa tertarik untuk mengkaji pernyataan al-Qur'an akan adanya penyimpangan ajaran 1 Muhammad Galib M, Ahl Al-Kitab: Makna dan Cakupannya, Paramadina, Jakarta, 1998, hlm. 1. 2 Muhammad Ataur Rahim, Misteri Yesus dalam Sejarah, Pustaka Dai, 1994, hlm. 35.