Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
74 pages
1 file
Kebebasan beragama telah sedia terjamin di dalam perlembagaan Negara. Kebebasan ini telah mewujudkan keharmonian dalam masyarakat Malaysia sejak kita memperolehi kemerdekaan. Kesefahaman kepada pengaruh dan peranan nilai agama yang ditunjukkan telah mewujudkan masyarakat yang mampu bekerjasama, berinteraksi dan harmoni dalam menangani masalah yang dihadapi.
Ada tiga alasan bahwa agama memiliki hal prioritas dalam pembentukan civil society, yaitu pertama: Secara kultural, bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat religius.dimana nilai-nilai agama merupakan nilai-nilai yang substansial dari masyarakat yang beradab dapat ditanamkan melalui lembaga-lembaga keagamaan. Kedua: Nilai-nilai teologis meupakan energi yang dapat menggerakkan semangat untuk beramal soleh. Ketiga: Para Rasul sebagai figur panutan pengikut agama apapun dan menjadi model yang sangat berperan dalam mengubah perilaku masyarakat. Agama dengan fungsi integrative sebagai pemersatu dan disintegrative sebagai pengontrol kebijakan kekusaan atau pemerintah yang menyimpang, ternyata agama-agama yang ada termasuk civil religion tersebut, ikut berperan mewujudkan adanya civil society, yaitu masyarakat yang sopan dan toleran terhadap satu sama lain, yang mengatur diri sendiri melalui berbagai lembaga, tanpa campur tangan pemerintah, dan yang bebas dari pelaksanaan, ancaman dan kekerasan.
Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian manusia dalam masyarakat dan agama, sehingga mampu menghadapi masalah dalam bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali akal dan nafsu perlu membekali diri dengan agama supaya menjadi manusia yang lebih baik bagi sesama manusia berkelompok atau bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial atau bermasyarakat butuh individu atau manusia lain karna manusia tidak akan mampu hidup sendiri ia butuh orang lain .manusia perlu bermasyarakat dan saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain dalam kelompok sosial maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup nya dan untuk berkembang. Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/ minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi). Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu kami mengangkat judul makalah agama dan masyarakat. 1 1.2 Rumusan Masalah
ABSTRAK Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi oleh apa yang disebut agama. Bahkan, dalam kehidupan sekarang pun dengan kemajuan teknologi supramodern manusia tak luput dari agama. Karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama. Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yag diusahakan oleh suatu masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Tujuan agama salah satunya adalah membentuk jiwa yang berbudi pekerti dengan adab yang sempurna baik dengan Tuhan-nya maupun dengan lingkungan masyarakatnya. Menurut para ahli ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L. Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya masyarakat. Karena manusia sebagai masyarakat dan agama sebagai pegangan hidupnya ibarat dua sisi dari keping uang yang sama, tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi ketika klaim kebenaran agama yang dianut seseorang atau sekelompok masyarakat dihadapkan pada klaim kebenaran agama yang lain, tidak jarang timbul benturan, perselisihan, bahkan peperangan yang bernuansa agama. Sehingga manusia atau sekelompok masyarakat yang menganut agama tertentu melupakan tujuan dari agama itu sendiri. Penulisan ini bertujuan agar kita sebagai makhluk sosial dengan latar belakang agama yang berbeda dapat bersatu dan rukun. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang berusaha memahami gejala agama-agama secara soiologis, untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam wujud kerukunan beragama. Salah satu upaya untuk menumbuhkan kerukunan hidup beragama adalah dengan memahami gejala keberagamaan manusia yang beragama dan itu dapat dihampiri diantaranya melalui pendekatan sosiologis, baik menggunakan disiplin ilmu Sosiologi Islam, Sosiologi Agama, Sosiologi Dakwah, maupun rumpun disipin ilmu sosial lainnya.
Abstrak: Agama adalah sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat tradisional maupun modern. Dimensi pluralitas yang dipunyai agama adalah sesuatu yang sifatnya neutral values, artinya ia mempunyai potensi konstruktif sekaligus destruktif dalam kehidupan umat manusia. Mengingat pluralitas agama merupakan keniscayaan sosiologis, maka perlu ditingkatkan kedewasaan dalam menerima perbedaan dan memperluas wawasan paham keagamaan, agar perbedaan yang ada bukannya menambah potensi konflik melainkan menjadikan pluralitas sebagai aset budaya dan politik. Kerusuhan dan peristiwa kekerasan massal yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia belakangan ini merupakan suatu fenomena yang amat memilukan dalam konteks hidup beragama dan bernegara. Bukan hanya dari banyaknya korban jiwa yang jatuh, tapi lebih-lebih lagi banyak pranata agama, pranata sosial yang menjadi amukan massa. Hal ini terlihat jelas dari peristiwa Ambon, Maluku, Ketapang, Aceh, Mataram, dan sederetan peristiwa lainnya yang banyak mengorbankan jiwa manusia. Dalam peristiwa ini telah terjadi dehumanisasi, harga diri dan hak-hak asasi manusia sudah tidak dipandang lagi. Kata kunci: Agama, Konflik Sosial, dan Ekonomi.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salahsatu tugas yang diberikan dosen guna memenuhi nilai. Makalah ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Surakarta, September 2014 Hormat Kami 2 Penulis BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Manusia memiliki kebebasan beragama. Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah membeda-bedakan golongan. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Agama islam sangat mentoleransi kepada agama-agam lain.
Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung eBooks, 2020
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan /minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi). Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Unisia, 1994
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan Musik Gereja
KANAL: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2016
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi