Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
15 pages
1 file
Konflik merupakan dinamika yang selalu ada dalam setiap perilaku kehidupan baik yang terjadi dalam diri pribadi seseorang maupun antar pribadi dalam kelompok dan atau antar kelompok yang menyangkut adanya pertentangan kepentingan, identitas, tujuan, status serta eksistensi. Konflik dapat bermakna positif dan negatif. Dikatakan positif, jika konflik menyelesaikan masalah dan menciptakan perubahan secara positif. Sedangkan dikatakan negatif, jika konflik tidak menyelesaikan masalah bahkan menciptakan masalah baru.
Pendahuluan Konflik adalah suatu proses antara dua orang atau lebih di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya menjadi tidak berdaya. Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Konflik yang dapat dikawal akan menghasilkan integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan suatu konflik. Konflik organisasi adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif mahupun pengaruh negatif. Teori konflik sosial adalah paradigma berorientasi makro dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu ketidaksamaan yang menghasilkan konflik dan perubahan sosial. Unsur-unsur penting dalam perspektif ini ialah masyarakat tersusun dengan cara untuk menguntungkan beberapa individu atau organisasi dengan mengorbankan majoriti, dan faktor-faktor seperti kaum, jantina, kelas, dan umur dikaitkan dengan ketidaksamaan sosial. Untuk seorang ahli teori konflik sosial, ia adalah mengenai kumpulan dominan berbanding hubungan kumpulan minoriti. Karl Marx dianggap sebagai 'bapa' teori konflik sosial. Terdapat juga beberapa tokoh lain yang mempelopori teori ini seperti Ralf Dahrendorf dan Randall Collins.
Wacana: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Interdisiplin
In a plural society as in a village, the form of social interaction can occur in a dissociative process or an associative process. The dissociative process can occur if each community group is unable to resolve itself with other groups and conversely the associative process can occur if the adjustment process can be carried out properly then the social interaction of post-conflict communities in the village will be associative. Social conflict Basically, it cannot be organized unless it is postponed by reducing the extreme actions that occur, the way, among others, is to prevent conflict from producing something that is detrimental to all parties. In addition, conflict managers immediately pull individuals out of their involvement in a social conflict and include them in other community groups who are running positive programs. Living in society cannot be separated from social changes, both fast and slow changes, because people cannot live alone without a relationship with their fel...
website https://retizen.republika.co.id/posts/288460/studi-konflik-dalam-paradigma-ilmu-sosial Konflik senantiasa hadir mewarnai perjalanan hidup umat manusia dari masa ke masa, bahkan tidak ada peradaban pernah tegak dan eksis di muka bumi ini, tanpa adanya konflik di dalamnya, seakan-akan konflik itu menjadi bagian yang alamiah dalam kehidupan umat manusia atau istilah kerennya menjadi "hukum besi sejarah". Karena secara kondrat manusia memiliki perbedaan dalam kebutuhan, keinginan, nilai, ideologi, dan tujuan, maka dari adanya perbedaan itu terbuka peluang kecil atau besar terjadinya gesekan, benturan, tubrukan, dan pertentangan diantara umat manusia. Konflik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai situasi di mana terdapat dua pihak atau lebih memiliki perbedaan dalam kepentingan, nilai, tujuan, atau persepsi, yang menyebabkan ketegangan atau ketidaksepakatan diantara mereka (Susan, 2014). Artikel ini merupakan ulasan singkat mengenai konflik dalam studi ilmu-ilmu sosial, yang sebelumnya menjadi bahan ajar penulis ketika menyampaikan perkulihaan tentang teori konflik kepada mahasiswa di kelas.
Social change in general can be defined as a process of shifting or changing the structure/order in the society, include more innovative mindset, attitude, and social life in order to get a more dignified livelihood. The changes that occur in the community nowadays is normal symptoms. His influence could spread quickly to other parts of the world thanks to the presence of modern communication. New discoveries in the field of technology happens somewhere, it quickly can be known by other societies that are far away from the venue. Social change always brings out the dynamics that unwittingly connected with the reality of conflicts in society. This is due to social changes and social conflict is always attached to the structure of society. Quoting what was prudent Soerjono Soekanto that social change in society can change social values giving rise to difference the establishment or result in the appearance of a conflict. In view of the conflict theory states that something is constant or fixed is social conflict, rather than social change. Because the change is simply a result of the conflict. Because of the sustained conflict, then the change will also follow suit. ABSTRAK Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut. Perubahan sosial senantiasa memunculkan dinamika yang tanpa disadari berhubungan dengan realitas konflik dalam masyarakat. Hal ini disebabkan perubahan sosial dan konflik sosial selalu melekat pada struktur masyarakat. Mengutip apa yang dikemukakan Soerjono Soekanto bahwa perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan perbedaan pendirian atau mengakibatkan munculnya konflik. Dalam pandangan teori konflik dinyatakan bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia selalu dihadapkan pada dua modus eksistensi. Menurut Fromm, ada dua modus eksistensi manusia, modus pertama adalah kecenderungan untuk “memiliki” (to have) dan modus keduanya adalah kecenderungan untuk “ingin menjadi” (to be).1 Modus pertama mengarah kepada keinginan yang kuat untuk memiliki “to have” sesuatu dalam bentuk material dengan simbol-simbol statusnya, seperti merasa sebagai kelompok eksklusif yang terhormat. Sangat menarik dicermati karena obsesi kepemilikan ini justru lebih kuat pada status dan kekuasaan. Karena itu, nafsu memiliki ini menjadi tidak sehat dan bahkan menimbulkan letupan-letupan konflik di masyarakat.
Jurnal Penelitian Komunikasi, 2013
Social conflicts that occur in several areas in Indonesia lately, one of them is caused by the weakness of law certainty. This is feared to threaten the integration of the Republic of Indonesia. This study aims to determine the factors that affect social conflict in Manis Lor village in Kuningan district. The method used the explanatory quantitative methods, the statistical test Path Analysis. The study population was a formal and informal community leaders (village chief, clergy, and youth), and the people who involved in a conflict in Manis Lor village Kuningan regency. The result shows a) There is no significant influence between social identity factors with social conflict anarchist. b) There is significant influence between socioeconomic factors with social conflict anarchists. c) There is no significant influence between the credibility factor anarchist leaders with social conflict. d) There is no significant influence between the motive factor with anarchist social conflict. e) There is significant influence between personality factors/beliefs with anarchist social conflict. f) There is significant influence of behavioral factors anarchist communication with social conflict.
Education : Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan
Manusia/ makhluk hidup merupakan makhluk konfliktif yakni makhluk yang akan selalu bertentangan dengan perbedaan, pertentangan serta persaingan baik dengan cara yang baik maupun terpaksa. hal-hal ini sangat tidak dapat di hindari dikarenakan merupakan aspek nyata di dalaam kehidupan sosial bermasyarakat. konflik pada tahapan tertentu sangat di butuhkan sebagai alat perubahan manusia sebagai anggota masyarakat supaya menjadi yang lebih baik lagi. terdapat pandangan kontemporer terhadap konflik didasarkan kepada anggapan-anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat di hilangkan sebagaimana konsekkuensi nya yang logis sebagai bahan interaksi makhluk hidup. tetapi yang menjadi permasalahan di sini adalah bukan bagaimana caranya supaya meredam kan koflik tetapi melainkan bagaimana cara yang ampuh untuk menangani nya secara tepat sehingga tidak akan menimbulkan hubungan yang rusak antar pribadi masing-masing bahkan juga merusak keorganisasian. seharusnya konflik bukan di jadi...
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Shautut Tarbiyah, 2015
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya, 2019
Jurnal Kebijakan Publik, 2020