Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
25 pages
1 file
Menurut Islam, pendidikan adalah corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidupsemenjak dari buaian hingga ajal datang (Al-Hadis)life long education. Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. Dalam hal ini Dewey berpendapat bahwa: "Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessity of life), salah satu fungsi sosial (a social function), sebagai bimbingan (as direction), sebagai sarana pertumbuhan (as means of growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup, 1 lewat transmisi baik dalam bentuk informal, formal maupun nonformal". Bahkan jauh Lodge mengatakan bahwa: "Pendidikan dan proses hidup dan kehidupan manusia itu berjalan serempak, tidak terpisah satu sama yang lainlife is education, and education is life." 2 Dengan demikian, pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran. Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan
Dinamika, 2017
Islamic education phenomenon with its kinds and shapes has good philosophic evidence. Philosophy of education is application of philosophyc ideas in education which has essential values to aim the purpose and the performance of Islamic education. Generally, the tendencies in philosophy had created the typology of Islamic education philosophy. Its tendencies influenced the development Islamic education curriculum. This paper tries to explain the tendency of education philosophy which influenced Islamic education curriculum.
Filsafat berasal dari Bahasa yunani, yaitu 'philosophia', dimana kata 'philos' berarti cinta atau suka, sedangkan 'sophia' berarti kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi 'philosophia' memiliki arti cinta kepada kebijaksanaan. Secara umum, filsafat juga dapat di artikan sebagai aktivitas berfikir secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan (Kristiawan, 2016). Dari pengertiannya inilah kita bisa mengetahui bahwa filsafat membahas tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai kebenaran dalam kehidupan. Sebagai seorang manusia yang berakal, tentunya kita semua akan mencari jalan keluar/kebenaran dari setiap masalah yang kita hadapi. Dengan alasan inilah, akhirnya banyak ahli yang tertarik untuk mempelajari dan mengemukakan pendapatnya mengenai filsafat. Dari pendapat ahli yang berbeda-beda inilah akhirnya muncul aliran-aliran filsafat. Beberapa contoh aliran filsafat antara lain Nativiseme, Empirisme, Idealisme, Realisme Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Perenialisme, Esensialisme, Progresivisme, dan masih banyak lagi. Aliran-aliran filsafat ini memiliki latar belakang muncul dan pelopor yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan munculnya bermacam-macam aliran filsafat.
Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama dipergunakan orang. Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato (477-347 Sb.M) sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide tersebut. Bagi kelompok idealis alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual. Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam, tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan nurani. Kelompok yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa kekuatan idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan. Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Perkembangan pengetahuan mulai pesat pada akhir abad ke-17 sampai abad ke-18. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke-17 dan lebih lagi selama abad ke-18 antara lain karena pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643-1727) tentang fisikanya. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena kepercayaan itu pada abad ke-18 disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan). Kaum terpelajar makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentangOrang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, jadi saya ada).
2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Progressivisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang lahir pada kisaran abad ke-20. Aliran filsafat ini bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang dikenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952), yang menitik beratkan pada segi manfaat hidup praktis. Progressivisme dalam pandangannya selalu dihubungkan dengan pengertian "the liberal road to cultural" , yang dimaksud dengan liberal adalah fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta mengetahui dan menyelidiki pendidikan demi pengembangan pengalaman. Menurut progressivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Aliran progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar pada dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Pada aliran progressivisme ini pendidikan berpusat dan berakhir pada siswa dan memberi penekanan lebih besar pada kreativitas, aktifitas, dan pengalaman teman sebaya. Maka dari itu aliran filsafat progressivisme ini tidak menyetujui pendidikan yang ototriter, karena tujuan dari pendidikan progressivisme ini adalah sebagai rekontruksi pengalaman yang terus menerus agar peserta didik mampu menyesuaikan diri sesuai dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah. B. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan dari aliran progressivisme ini adalah menekankan pola perkembangan anak secara bebas dan alami tanpa melepas nilai kreatifitas, inisiatif dan ekspresi diri. Selain itu, progressivisme juga bertujuan untuk memberikan peserta didik (individu) kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial mereka, serta dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Pendidikan juga membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang demokratis. Maka dari itu materi yang diberikan adalah materi yang berkaitan dengan masalah-masalah dalam kehidupan bermasyarakat. C. Kurikulum Kurikulum yang digunakan pada aliran ini merupakan konsep kurikulum yang berbasis masalah sosial atau disebut sebagai kurikulum rekonstruksi sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial adalah kurikulum yang digunakan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam pandangan filsafat progressivisme, kurikulum
Loading Preview
Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Journal of Islamic Education Policy
Jurnal Ekshis, 2023
Filsafat Pendidikan Islam, 2023
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan, 2019
Diktat Mata Kuliah Filsafat Islam, 2018